lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan adalah merupakan komponen aset lancar yang
paling tidak likuid, sementara dengan acid-test ratio dimaksudkan untuk membandingkan aset yang lebih lancar quick assets dengan utang
lancar. Perhitungannya sebagai berikut :
Adapun dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah current ratio rasio lancar. Rasio lancar menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban
lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat Brigham, 2010:134.
Menurut Subramanyam dalam buku Fahmi 2012:66 alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuan untuk mengukur : a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar
Semakin tinggi jumlah kelipatan aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan
dibayar.
b. Penyangga kerugian Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar
menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau
dilikuiditasi.
c. Cadangan dana lancar Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat
membahayakan arus kas sementara dan tidak terduga.
2.1.4. Profitability
2.1.4.1. Pengertian Profitability
Brigham dan Houston 2001:197, “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”.
Universitas Sumatera Utara
Sartono 2001:119, “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri”. Menurut Greuning 2005:29, “Profitabilitas adalah suatu indikasi
atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata.”
Menurut Sofyan Syafri Harahap 2008:304, “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
Rasio profitabilitas biasanya digunakan untuk mengukur seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektivitas
manajemen meliputi kegiatan-kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan operasional. Dengan
demikian sangat penting bagi investor jangka panjang untuk melakukan analisa profitabilitas ini.
Keputusan pendanaan atau struktur modal sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya profitabilitas suatu perusahaan.Keputusan
pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat
berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan Kartini dan Arianto,2008:13.
Universitas Sumatera Utara
Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan lebih banyak menggunakan pendanaan dari dalam
perusahaan. Karena jika profitabilitas semakin tinggi, maka perusahaan dapat menyediakan laba ditahan dalam jumlah yang lebih besar sehingga
penggunaan hutang dapat ditekan.
2.1.4.2. Pengukuran Profitability
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitability suatu perusahaan. Menurut Wild, et al 2005:42 penilaian profitabilitas yang akan
dikemukakan adalah dengan menghubungkan antara keutungan dengan tingkat penjualan yang dicapai oleh suatu perusahaan dan jumlah aktiva
dalam periode tertentu, yaitu:
a. Gross Profit Margin GPM
Gross Profit Margin merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi gross profit margin,
maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal itu menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif rendah dibandingkan
dengan penjualan. Sebaliknya, semakin rendah gross profit margin, semakin kurang baik operasi perusahaan. Gross profit margin dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
b. Operating Profit Margin OPM
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Pengukuran ini adalah ukuran persentase
dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Operating profit margin dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
c. Return On Assets ROA
Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba
dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini, dapat dikatakan semakin baik pula keadaan perusahaan. Return On Assets ROA
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
d. Return On Equity ROE
Retum on equity ROE adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat pendapatan yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin tinggi tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang sahampemilik perusahaan. Return on equity ROE dapat dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
e. Net Profit Margin NPM
Net profit margin adalah rasio antara laba bersih net profit dengan penjualan sales. Net profit di sini adalah sisa dari hasil
penjualan setelah seluruh biaya-biaya dikurangi termasuk bunga dan pajak. Rasio ini mengukur besarnya laba bersih yang dicapai oleh
perusahaan dari penjualan yang telah dilakukan. Net profit margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rasio laba bersih ini akan semakin baik jika semakin tinggi. Tetapi hal ini belum dapat dijadikan ukuran yang representatif untuk
menilai sukses tidaknya perusahaan, sebab laba yang diperoleh itu harus dibandingkan dengan besarnya jumlah dana yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Net profit margin.
Menurut Bambang Riyanto 2001:39 besar kecilnya Profit Margin ditentukan oleh dua faktor yaitu :
Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukkan oleh 2 faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya
laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari penjualan sales dan besarnya biaya usaha operating expenses. Dengan
jumlah operating expenses tertentu profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu profit
margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses. Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usaha untuk
memperbesar profit margin, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Dengan menambah biaya usaha operating expenses sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-
besarnya, atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan besarnya sales
dapat dapat disebabkan karena perubahan harga per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu tetap, atau disebabkan
karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga penjualan per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan:
a.
Memperbesar volume sales perunit pada tingkat harga penjualan tertentu atau,
b. Menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas sales
dalam unit tertentu. 2. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu
diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar- besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih
besar daripada berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai
dengan berkurangnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.
2.1.5. Tangibility Struktur Aktiva