25 akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25 sebagai kasus kronik yang tetap menular.
2.1.7 Pengobatan
Penderita tuberkulosis harus diobati dan pengobatannya harus adekuat. Pengobatan tuberkulosis memakan waktu selama enam bulan. Dalam memberantas
penyakit tuberkulosis, Negara mempunyai pedoman dalam pengobatan tuberkulosis yang disebut Program Penanggulangan Tuberkulosis National Tuberculosis
Programme. Pengobatan tuberkulosis di Indonesia terdiri dari 2 fase yaitu fase intensif
awal dan fase intermiten lanjutan. Fase awal merupakan pengobatan yang berlangsung selama 2 bulan, dimana pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan. Sedangkan fase intermiten merupakan
fase lanjutan dari fase intensif yakni berlangsung selama 6-12 bulan, dimana pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama dan ini
penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Obat yang diberikan pada fase intensif adalah isoniazid, rifampin, dan
pirazinamid. Sedangkan, obat yang diberikan pada fase intermiten adalah isoniazid dan rifampin. Ketiga obat ini berfungsi untuk membunuh bakteri tuberkulosis paru.
Efek samping ketiga obat itu ialah timbulnya rasa mual, muntah, anoreksia, dan nyeri kepala. Efek-efek tersebut dapat berakibat pada penurunan nafsu makan. Obat
Universitas Sumatera Utara
tersebut diminum oleh penderita setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum makan Depkes RI, 2002.
2.1.8 Faktor Risiko
Faktor risiko yaitu semua variabel yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit. Pada dasarnya berbagai faktor risiko penyakit tuberkulosis paru saling
berkaitan satu sama lainnya. Berbagai faktor risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu; kependudukan dan faktor lingkungan.
a. Faktor Risiko Karakteristik Penduduk
Kejadian penyakit tuberkulosis paru merupakan hasil interaksi antara komponen lingkungan yakni udara yang mengandung basil tuberkulosis, dengan
masyarakat serta dipengaruhi berbagai faktor variabel yang mempengaruhinya. Variabel pada masyarakat secara umum dikenal sebagai variabel kependudukan.
Banyak variabel kependudukan yang memiliki peran dalam timbulnya atau kejadian penyakit tuberkulosis paru, yaitu:
1 Jenis Kelamin Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas
penderita tuberkulosis paru adalah wanita, hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural,
tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara , diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih
memerlukan evidence pada masing-masing wilayah sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen.
Universitas Sumatera Utara