2.3.1 Kebutuhan Energi
Energi dibutuhkan tubuh untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70 dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi
untuk metabolisme basal dan diperlukan untuk fungsi tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak,
berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya Soekirman, 2000. Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada beberapa faktor. Oleh
karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang digunakan sebagai standart guna mencapai status gizi. Kebutuhan normal tubuh adalah
kebutuhan yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi AKG rata-rata yang dianjurkan per orang per hari. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan
pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Berikut AKG rata-rata yang dianjurkan untuk kelompok umur 19-64
dapat dilihat pada tabel berikut Almatsier, 2009
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Energi dan Protein Rata-Rata Yang Dianjurkan per orang per hari Pada Kelompok Umur 19-64 Tahun
No Golongan Umur
Berat Badan Tinggi Badan
Energi Protein
1 Pria
19-29 tahun 30-49 tahun
50-64 tahun 60
62 62
165 165
165 2550
2350 2250
55 55
55
2 Wanita
19-29 tahun 30-49 tahun
50-64 tahun 52
55 55
156 156
156 1900
1800 1750
48 48
48
Sumber : Almatsier, 2009 Jika konsumsi buruk akan menyebabkan pemakaian cadangan energi tubuh
yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh. Sejalan dengan penelitian Shopia 2010, menyebutkan tingkat kecukupan energi ini akan mempengaruhi status
gizi. Hal ini berdampak terhadap sistem imunitas dan penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menjadi progressif yang mengakibatkan perlambatan penyembuhan
Tuberkulosis.
2.3.2 Kebutuhan Protein
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi, tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak
Soekirman, 2002. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan
pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi
tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak Winarno, 1997. Kecukupan protein akan dapat terpenuhi apabila kecukupan energi telah
terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan. Kekurangan protein yang terus
menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreativitas dan daya kerja merosot, mental
lemah dan lain-lain. Menurut Shopia 2010, tingkat kecukupan asupan protein akan mempengaruhi status gizi.
Angka Kecukupan Proteinoranghari remaja laki-laki usia 10-12 tahun adalah 50 gr, untuk usia 13-15 tahun 60 gr, dan untuk usia 16-18 tahun sebesar 65 gr. Angka
Universitas Sumatera Utara
kecukupan proteinoranghari remaja perempuan dengan kelompok usia yang sama secara berturut-turut adalah 50 gr, 57 gr, dan 55 gr Almatsier, dkk, 2011.
Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, fases, dan rambut, serta untuk
mengganti sel-sel yang rusak—pada usia ini seseorang tidak mengalami pertumbuhan lagi. AKG protein laki-laki usia 19-64 tahun adalah sebanyak 60 grhari, sedangkan
untuk perempuan sebesar 50 grhari. Seorang laki-laki dan perempuan dewasa membutuhkan protein kurang lebih 0,8 grkg berat badan normalhari Almatsier,
dkk, 2011. Sumber-sumber protein diperoleh dari bahan makanan berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutunya, seperti: telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
Akan tetapi harga pangan hewani relatif mahal, sehingga hanya 18,4 rata-rata penduduk Indonesia yang mengkonsumsi protein Almatsier, et al,. 2011.
Pada penderita Tuberkulosis paru biasanya akan mengalami malnutrisi, termasuk kekurangan protein yang disebabkan anoreksia dan nafsu makan menurun.
Perbaikan malnutrisi dengan memberikan makanan yang adekuat dan tinggi protein akan menghentikan proses depletion dan perbaikan sel, mukosa jaringan serta
integritas sel dan sistem imunitas sehingga daya tahan meningkat dan menguntungkan pengobatan Tuberkulosis Almatsier, et al,. 2011.
2.4 Hubungan Status Gizi dengan Tuberkulosis Paru