BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode penelitian cross sectional penelitian sesaat, yaitu dengan menggambarkan hubungan
status gizi dan tingkat konsumsi energi protein serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Medan
Johor.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang tuberkulosis paru Puskesmas Medan Johor. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah dari hasil observasi awal, diketahui bahwa
pada tahun 2013 Puskesmas Medan Johor memiliki kunjungan penderita tuberkulosis paru BTA positif sebanyak 58 orang dan berdasarkan hasil laporannya menunjukkan
angka kesembuhan yang tinggi sebab pada tahun 2012 jumlah penderita tuberkulosis paru paru BTA positif sebanyak 106 orang.
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Januari 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita tuberkulosis paru, baik yang baru berobat, berobat ulang maupun yang gagal berobat yang berkunjung ke
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Medan Johor dan tercatat dalam lembar register tuberkulosis paru yaitu
sebanyak 58 orang. 3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi total sampling, yaitu sebanyak 58 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer meliputi data responden yang diperoleh secara langsung di Puskesmas Medan Johor, yaitu :
1. Karakteristik responden umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan yang
diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap penderita tuberkulosis paru. 2.
Data tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan cara wawancara menggunakan form food recall 24 jam yang dilakukan selama 2
kali dengan selang waktu 3 hari. 3.
Data status gizi yang diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan penderita dengan menggunakan mikrotois dan timbangan injak.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data jumlah, fase pengobatan, pengawas minum obat, kepatuhan minum obat dan penderita tuberkulosis paru yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan pemegang program tuberkulosis paru di Puskesmas Medan Johor dan data gambaran umum Puskesmas Medan Johor.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : 1.
Timbangan injak 2.
Microtoice 3.
Kuesioner, yang berisi data identitas diri responden 4.
Formulir food recall 24 jam
3.6 Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi energi dan protein yang dilihat dari jenis makanan dan, frekuensi makanan. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah status gizi.
3.6.2 Definisi Operasional
1. Status gizi adalah keadaan tubuh penderita tuberkulosis paru sebagai akibat
konsumsi makanan dengan penggunaan zat-zat gizi. Dengan menentukan IMT dengan pengkuran berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.
2. Tingkat konsumsi energi dan protein adalah jumlah energi kalori dan protein
yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi oleh pederita tuberkulosis paru di Puskesmas Medan Johor.
3. Pengetahuan tuberkulosis paru adalah segala sesuatu yang diketahui penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Medan Johor tentang tuberkulosis paru. 4.
Pengobatan adalah kepatuhan minum obat, fase pengobatan, dan pengawas minum obat pada penderita tuberkulosis paru.
Universitas Sumatera Utara
5. Kepatuhan minum obat adalah tindakan penderita tuberkulosis dalam
meminum obat. 6.
Fase pengobatan adalah fase secara medis yang terbagi dalam dua tahap, yaitu fase awal 2 bulan pertama dan fase lanjutan 2-6 bulan.
7. Pengawas minum obat adalah keberadaan orang terutama keluarga yang
mengawasi penderita dalam meminum obat. 8.
Perilaku merokok adalah tindakan merokok yang masih dilakukan selama masa pengobatan pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Medan
Johor.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Status gizi
Status gizi dapat diperoleh dengan menggunakan IMT Indeks Massa Tubuh pada penderita tuberkulosis paru, yakni dengan rumus sebagai berikut :
IMT
=
Berat Badan Kg Tinggi Badan m2
Kemudian IMT tersebut dikategorikan berdasarkan acuan yang telah ditetapkan.
Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori
IMT kgm2 Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat
27,0 Sumber : Depkes, 1994
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkat konsumsi energi diperoleh melalui food recall 2 kali 24 jam dan hasil
analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi. Tingkat kecukupan energi
dengan menggunakan rumus Supariasa, et al., 2001 : Jumlah Konsumsi
Tingkat kecukupan energi = -------------------------------------- x 100 Kecukupan yang dianjurkan
Dikategorikan menjadi : -
Defisit : 70 AKG -
Kurang : 70 - 80 AKG -
Cukup : 80 – 99 AKG -
Baik : ≥ 100 AKG 3.
Tingkat konsumsi protein diperoleh melalui food recall 2 kali 24 jam dan hasil analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi protein, kemudian
dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi. Tingkat kecukupan protein dengan menggunakan rumus Supariasa, et al, 2001 :
Jumlah Konsumsi Tingkat kecukupan protein = -------------------------------------- x 100
Kecukupan yang dianjurkan
Klasifikasi tingkat kecukupan protein TKP sebagai berikut Supariasa, et al, 2001:
Defisit : 70 AKG Kurang : 70 - 80 AKG
Universitas Sumatera Utara
Cukup : 80 – 99 AKG Baik :
≥ 100 AKG 4.
Pengetahuan tuberkulosis paru adalah pengetahuan penderita tuberkulosis paru tentang penyakit tuberkulosis paru yang merupakan hasil penilaian atau
skoring terhadap beberapa pertanyaan yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan dan cara pencegahannya yang diukur dengan
menjumlahkan skor pada setiap pertanyaan. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0, selanjutnya nilai masing-masing responden
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rumus =
Skor jawaban responden Skor total jawaban benar
x 100 Kemudian akan dikelompokkan menjadi pengetahuan baik jika 80, sedang
jika 60-80 dan pengetahuan kurang jika skor 60 dari skor maksimal Khomsan, 2000.
5. Kepatuhan minum obat
Kategori kepatuhan minum obat terbagi menjadi dua, yaitu patuh dan tidak patuh.
Patuh : penderita meminum obatnya sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Tidak patuh
: penderita meminum obatnya tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
6. Fase pengobatan
Tahapan dalam pengobatan terbagi menjadi dua fase, yaitu : -
fase awal : 2 bulan pertama pengobatan
Universitas Sumatera Utara
- fase lanjutan : 2-6 bulan pengobatan
7. Pengawas minum obat
Kategori pengawas minum obat ada dua, yaitu : -
Ada -
Tidak ada
3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Metode Pengolahan Data