tersebut diminum oleh penderita setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum makan Depkes RI, 2002.
2.1.8 Faktor Risiko
Faktor risiko yaitu semua variabel yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit. Pada dasarnya berbagai faktor risiko penyakit tuberkulosis paru saling
berkaitan satu sama lainnya. Berbagai faktor risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu; kependudukan dan faktor lingkungan.
a. Faktor Risiko Karakteristik Penduduk
Kejadian penyakit tuberkulosis paru merupakan hasil interaksi antara komponen lingkungan yakni udara yang mengandung basil tuberkulosis, dengan
masyarakat serta dipengaruhi berbagai faktor variabel yang mempengaruhinya. Variabel pada masyarakat secara umum dikenal sebagai variabel kependudukan.
Banyak variabel kependudukan yang memiliki peran dalam timbulnya atau kejadian penyakit tuberkulosis paru, yaitu:
1 Jenis Kelamin Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas
penderita tuberkulosis paru adalah wanita, hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural,
tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara , diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih
memerlukan evidence pada masing-masing wilayah sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen.
Universitas Sumatera Utara
2 Umur Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru,
risiko untuk mendapatkan penyakit tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2
tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika
seseorang atau kelompok menjelang usia tua Warren,1994, Daniel dalam Ruswanto, 2010. Namun di Indonesia diperkirakan 75 penderita
tuberkulosis paru adalah usia produktif yaitu 15 hingga 50 tahun Depkes,2002.
Kekuatan untuk melawan infeksi adalah tergantung pertahanan tubuh dan ini sangat dipengaruhi oleh umur penderita. Pada awal kelahiran
pertahanan tubuh sangat lemah dan akan meningkat secara perlahan sampai umur 10 tahun, setelah masa pubertas pertahanan tubuh lebih baik dalam
mencegah penyebaran infeksi melalui darah, tetapi lemah dalam mencegah penyebaran infeksi di paru. Tingkat umur penderita dapat mempengaruhi
kerja efek obat, karena metabolisme obat dan fungsi organ tubuh kurang efisien pada bayi yang sangat mudah dan pada orang tua, sehingga dapat
menimbulkan efek yang lebih kuat dan panjang pada kedua kelompok umur ini Crofton, 2002.
3 Status Gizi Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam timbulnya
kejadian tuberkulosis paru, tentu saja hal ini masih tergantung variabel lain
Universitas Sumatera Utara
yang utama yaitu ada tidaknya kuman tuberkulosis pada paru. Seperti diketahui kuman tuberkulosis merupakan kuman yang suka tidur hingga
bertahun-tahun, apabila memiliki kesempatan untuk bangun dan menimbulkan penyakit maka timbulah kejadian penyakit tuberculosis paru.
Oleh karena itu salah satu kekuatan daya tangkal adalah status gizi yang baik, baik pada wanita, laki-laki, anak-anak maupun dewasa.
4 Kondisi Sosial Ekonomi WHO dalam Ruswanto 2010, menyebutkan 90 penderita
tuberkulosis paru di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin. Hubungan antara kemiskinan dengan penyakit
tubekulosis bersifat timbale balik, tuberkulosis merupakan penyebab kemiskinan dan karena miskin maka manusia menderita tuberkulosis.
Kondisi sosial ekonomi itu sendiri, mungkin tidak hanya berhubungan secara langsung, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya
kondisi gizi memburuk, serta perumahan yang tidak sehat, dan akses terhadap pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya. Menurut
perhitungan rata-rata penderita tuberkulosis kehilangan 3 sampai 4 bulan waktu kerja dalam setahun, dan juga kehilangan penghasilan setahun secara
total mencapai 30 dari pendapatan rumah tangga. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan sangat mempengaruhi
terjadinya kasus tuberkulosis paru atau keberhasilan pengobatan, status sosial ekonomi keluarga diukur dari jenis, keadaan rumah, kepadatan
penghuni per kamar, status pekerjaan dan harta kepemilikan. Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dengan sosial ekonomi yang rendah sering mengalami kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, sehingga penyakit tuberkulosis
paru menjadi ancaman bagi mereka. Penyebab terbesar menurunya kasus tuberkulosis paru adalah meningkatnya tingkat sosial ekonomi keluarga
tetapi faktor lain akibat sosial ekonomi adalah pengaruh lingkungan rumah secara fisik baik pada ventilasi, pencahayaan, kepadatan rumah dan
pemenuhan gizi.
b. Faktor Risiko Lingkungan