2 26 - 40 dB : gangguan pendengaran ringan 3 41 - 60 dB : gangguan pendengaran sedang
4 61 - 90 dB : gangguan pendengaran berat 5 90 dB
: gangguan pendengaran sangat berat f. Gangguan pendengaran sensorineural adalah gangguan
pendengaran yang disebabkan oleh kelainan di koklea, N.VIII, dan pusat pendengaran di korteks serebri Atcherson Prout, 2003;
Soetirto, Hendarmin Bashirudddin, 2010.
g. Audiometri nada murni merupakan suatu pemeriksaan ketajaman
pendengaran dengan menggunakan stimulus nada murni bunyi yang hanya memiliki satu frekuensi American Speech-Language-
Hearing Association, 2005. h. Nilai ambang dengar adalah tingkat intensitas terendah tiap frekuensi
yang masih dapat didengar dengan pemeriksaan audiometri nada murni, dengan satuan desibel dan yang digunakan adalah ambang
dengar hantaran udaraSoetirto, Hendarmin Bashirudddin, 2010.
3.5 Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini membutuhkan beberapa bahan dan peralatan sebagai berikut:
1 Catatan medis penderita dan status penelitian penderita 2 Formulir persetujuan ikut penelitian
3 Kuesioner penelitian 4 Glukometer merk Accu-check
5 Lampu kepala merk Ryne 6 Spekulum telinga merk Hartmann
7 Otoskop merk Riester 8 Larutan Peroksida 3 H
2
O
2
9 Alat penghisap suction merk Thomas Medipump tipe 1132 GL 3
10 Kanul penghisap nomor 6 dan 8 tipe Fergusson 11 Spekulum hidung merk Renz
Universitas Sumatera Utara
12 Spatel lidah merk Renz 13 Kaca laringoskopi dan kaca rinoskopi merk Renz
14 Pengait serumen merk Renz 15 Audiometer merk Rexton tipe D67 dan telah dikalibras
3.6 Prosedur Kerja
Prosedur Pemeriksaan Audiometri Nada Murni
Untuk pemeriksaan PTA, perlu diperhatikan beberapa syarat antara lain:
1 Alat audiometer yang telah distandardisasi oleh American National Standards Institute ANSI.
2 Suasana yang tenang dan bila perlu ruangan kedap suara. 3 Pemeriksa yang sabar dan teliti.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik maka prosedur yang perlu diperhatikan antara lain:
1 Penderita ditempatkan sedemikian rupa sehingga ia tidak melihat gerakan tangan pemeriksa, karena hal ini akan mempengaruhi
penderita bahwa nada tes sedang disajikan. 2 Untuk mengurangi interfensi dari suara-suara latar belakang yang
berasal dari sekitarnya maka tempat yang terbaik adalah ruangan kedap suara akan tetapi bila tidak ada maka tes dilakukan di
ruangan tersembunyi. 3 Instruksi kepada penderita harus jelas misalnya “anda akan
diperiksa dan akan mendengar bunyi yang kadang-kadang keras dan kadang-kadang lemah melalui earphone. Bila mendengar bunyi
tersebut, tekan tombol dan acungkan tangan. Kalau mendengar di sebelah kanan acungkan tangan kanan dan kalau didengar pada
telinga kiri maka acungkan tangan kiri”.
Universitas Sumatera Utara
4 Earphone harus diletakkan secara tepat diatas liang telinga luar,warna merah di sebelah kanan dan warna biru di sebelah kiri.
5 Penyajian nada tes tidak boleh dengan irama yang konstan dan lamanya interval antara dua bunyi harus selalu diubah-ubah. Tidak
boleh memutar tombol dial pengatur selama penyaji masih ditekan.
6 Pemeriksaan pertama dimulai pada frekuensi 1000 Hz karena nada ini dapat memberi hasil akurat yang konsisten. Kemudian periksa
nada-nada lebih tinggi 2000 Hz, 3000Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, dan 8000 Hz.
Untuk menentukan nilai ambang dengar pada tiap-tiap frekuensi dilakukan sebagai berikut :
1 Putar tombol dial pada kedudukan 0 dB dan sajikan bunyi selama 1-2 detik. Bila tidak ada respon, intensitas dinaikkan 5 dB, demikian
seterusnya sampai ada respon. Jika sudah ada respon, turunkan intensitasnya 5 dB sebagai cross check dan bila tidak mendengar
maka inilah nilai ambang frekuensi tersebut. Untuk telinga kanan diberikan kode O dan telinga kiri diberi kode X pada audiogram.
2 Cara yang sama dilakukan untuk frekuensi-frekuensi yang lain.
3.7 Teknik Pengumpulan Data