e. Telinga yang diperiksa terlebih dahulu harus yang berfungsi lebih baik. f. Penyajian nada tes tidak boleh dengan irama yang tetap dan lamanya
interval antara dua bunyi harus selalu diubah-ubah. Tidak boleh memutar tombol dial pengatur selama penyaji masih ditekan.
g. Pemeriksaan pertama dimulai pada frekuensi 1000 Hz karena nada ini dapat memberi hasil akurat yang konsisten. Kemudian periksa nada-
nada lebih tinggi 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz dan frekuensi 250 Hz serta 500Hz.
Untuk menentukan nilai ambang tiap-tiap frekuensi putar tombol pada kedudukan 0 dB dan sajikan bunyi selama 1-2 detik. Bila tidak ada respon,
intensitas dinaikkan 5 dB, demikian seterusnya sampai ada respon. Jika sudah ada respon, turunkan intensitasnya 5 dB sebagai cross check dan
bila tidak mendengar maka inilah nilai ambang frekuensi tersebut. Cara yang sama dilakukan untuk frekuensi-frekuensi yang lain American
Speech-Language-Hearing Association, 2005; Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL, 2008.
2.4.2 Komponen utama audiometer
Audiometer yang tersedia di pasaran umumnya terdiri dari enam komponen utama Soetirto, Hendarmin, dan Bashirudddin, 2010 :
1. Oskilator, yang menghasilkan berbagai nada murni 2. Amplifier, untuk menaikkan intensitas nada murni sampai dapat
terdengar 3. Pemutus interrupture, yang memungkinkan pemeriksa menekan
dan mematikan tombol nada murni secara halus tanpa terdengar bunyi lain klik
4. Attenuator, agar pemeriksa dapat menaikkan atau menurunkan intensitas ke tingkat yang dikehendaki
5. Earphone, yang mengubah gelombang listrik yang dihasilkan oleh audiometer menjadi bunyi yang dapat didengar
Universitas Sumatera Utara
6. Sumber suara pengganggu masking yang sering diperlukan untuk meniadakan bunyi ke telinga yang tidak diperiksa
Bagian dari audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa hantaran udara, bone
conductor untuk memeriksa hantaran tulang Soetirto, Hendarmin, dan Bashirudddin, 2010.
Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat
ambang dengar menurut hantaran udara dan menurut hantaran tulang. Bila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik hantaran udara
maupun hantaran tulang maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat ketulian Soetirto, Hendarmin,
dan Bashirudddin, 2010.
2.4.3 Notasi audiogram
Pemeriksaan direkam untuk masing – masing telinga secara terpisah dimana frekuensi merupakan aksis sedangkan intensitas sebagai
ordinatnya. Notasi pada audiogram dipakai grafik hantaran udara yaitu dibuat dengan garis lurus penuh Intensitas yang diperiksa antara 125 –
8000 Hz dan grafik hantaran tulang yaitu dibuat dengan garis terputus- putus Intensitas yang diperiksa yaitu 250 – 4000 Hz. Untuk telinga kanan
seandainya memakai warna dibuat dengan warna merah dan telinga kiri warna biru. Untuk hantaran udara telinga kanan dengan tanda lingkaran
kecil O atau ∆ jika dilakukan masking, dan hantaran udara untuk telinga
kiri dengan tanda X atau
□
jika dilakukan masking, untuk hantaran tulang telinga kanan digambarakan dengan tanda panah ke kiri atau [
jika dilakukan masking, telinga kiri tanda panah ke kanan atau ] jika dilakukan masking British Audiology Recommended Procedure, 2004.
2.4.4 Cross hearing dan masking