Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau terjadi gangguan pendengaran.
Dalam menentukan derajat gangguan pendengaran, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udara saja.
Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher, yaitu: Ambang Dengar AD = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz
Soetirto, Hendarmin Bashirudddin, 2010. 3
Gambar 5 Audiogram Pasien dengan Pendengaran Normal Hain, 2012 Menurut kepustakaan terbaru, frekuensi 4000 Hz berperan penting
untuk pendengaran, sehingga perlu diperhitungkan. Dengan demikian, derajat ketulian dihitung dengan menambahkan ambang dengar 4000 Hz
dengan ketiga ambang dengar di atas, kemudian dibagi empat. Ambang DengarAD=
4 AD500Hz + AD1000Hz + AD2000Hz + AD4000Hz
Soetirto, Hendarmin, dan Bashirudddin, 2010. Adapun interpretasi hasil berdasarkan International Standard
Organizationc ISO tentang derajat gangguan pendengaran adalah: 0-25 dB pendengaran normal, 26-40 dB gangguan pendengaran ringan, 41-60
dB gangguan pendengaran sedang, 61-90 dB, gangguan pendengaran berat, 90 dB gangguan pendengaran sangat berat Soetirto, Hendarmin,
Bashirudddin, 2010.
2.4.1 Prosedur pelaksanaan
Untuk pemeriksaan PTA, perlu diperhatikan beberapa syarat antara lain adalah alat audiometer yang telah distandarisasi oleh American National
Universitas Sumatera Utara
Standards Institute ANSI, suasana yang tenang bila perlu ruangan kedap suara, pemeriksa yang sabar dan teliti American National Standards
Institute, 2004; Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL, 2008. Pada pengukuran audiologi, fungsi pendengaran diukur terpisah untuk
masing-masing telinga dengan menggunakan earphone hantaran udara. Saat ini yang sering digunakan adalah insert-earphone yang langsung
dimasukkan dalam liang telinga luar karena memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan earphone supraaural antara lain kontak dengan
tulang temporal yang minimal sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya cross hearing. PTA juga dapat dilakukan dengan
menggunakan osilator atau vibrator yang diletakkan pada tulang mastoid untuk mengukur hantaran tulang, yaitu antara 250-4000 Hz Kolegium
Ilmu Kesehatan THT-KL, 2008. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik maka prosedur yang
perlu diperhatikan antara lain American Speech-Language-Hearing Association, 2005; Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL, 2008:
a. Penderita ditempatkan sedemikian rupa sehingga ia tidak melihat gerakan tangan pemeriksa, karena hal ini akan mempengaruhi
penderita bahwa nada tes sedang disajikan. b. Untuk mengurangi interferensi dari suara-suara latar belakang yang
berasal dari sekitarnya maka tempat yang terbaik adalah ruangan kedap suara akan tetapi bila tidak ada maka tes dilakukan di ruangan
tersembunyi. c. Instruksi kepada penderita harus jelas misalnya “anda akan diperiksa
dan akan mendengar bunyi yang kadang-kadang keras dan kadang- kadang lemah melalui earphone. Bila mendengar bunyi itu, tekan
tombol dan acungkan tangan. Kalau mendengar di sebelah kanan acungkan tangan kanan dan kalau didengar pada telinga kiri maka
acungkan tangan kiri”. d. Earphone harus diletakkan secara tepat diatas liang telinga luar, warna
merah di sebelah kanan dan warna biru di sebelah kiri.
Universitas Sumatera Utara
e. Telinga yang diperiksa terlebih dahulu harus yang berfungsi lebih baik. f. Penyajian nada tes tidak boleh dengan irama yang tetap dan lamanya
interval antara dua bunyi harus selalu diubah-ubah. Tidak boleh memutar tombol dial pengatur selama penyaji masih ditekan.
g. Pemeriksaan pertama dimulai pada frekuensi 1000 Hz karena nada ini dapat memberi hasil akurat yang konsisten. Kemudian periksa nada-
nada lebih tinggi 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz dan frekuensi 250 Hz serta 500Hz.
Untuk menentukan nilai ambang tiap-tiap frekuensi putar tombol pada kedudukan 0 dB dan sajikan bunyi selama 1-2 detik. Bila tidak ada respon,
intensitas dinaikkan 5 dB, demikian seterusnya sampai ada respon. Jika sudah ada respon, turunkan intensitasnya 5 dB sebagai cross check dan
bila tidak mendengar maka inilah nilai ambang frekuensi tersebut. Cara yang sama dilakukan untuk frekuensi-frekuensi yang lain American
Speech-Language-Hearing Association, 2005; Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL, 2008.
2.4.2 Komponen utama audiometer