Sangatlah ironis bahwa dalam hidupnya Ichiyo Higuchi sangat miskin dan tak pernah memiliki cukup uang bahkan untuk membeli makanan
yang layak, sehingga menyebabkan kematiannya yang dini karena
kekurangan gizi dan tuberkulosis. Namun dalam kematian, wajahnya melanglang buana jauh keluar dari tempat persemayamannya untuk
diabadikan di dalam benda yang menyusahkan hidupnya sepanjang hidup, yaitu uang. Ia ada dimana-mana, menatap tenang kepada dunia yang
membentang luas yang sekarang ia jelajahi dalam uang 5000 yen Jepang sebagai penghormatan baginya karena telah menghasilkan karya-karya sastra
hebat bagi dunia, khususnya dunia sastra di Jepang.
3.2 Analisis Nilai-
Nilai Pragmatik Cuplikan Cerita Novel “Catatan Ichiyo” Karya Rei Kimura
Untuk mengetahui nilai-nilai pragmatik sastra yang terkandung dalam novel
“Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura maka penulis akan menganalisis beberapa cuplikan teks yang mengandung nilai tersebut. Berikut
adalah beberapa nilai pragmatik yang terdapat pada novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura, yaitu :
3.2.1 Percaya Diri
Cuplikan 1 : Halaman 47-48
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
“Aku bisa melakukannya. Ayah percaya padaku, jadi aku tak boleh mengecewakannya
,”gadis kecil itu berkata pada dirinya sendiri sembari menerima lembaran kertas dengan gugup dari Noriyoshi dan mulai membaca
dengan suara lantang dan jelas tidak terbata-bata, bahkan ketika mengucapkan kata-kata sulit yang jauh di luar kemampuan anak seusianya.
“Burung-burung datang memanggil dalam kabut pagi...” ... ... ...
... ... ... “Kau melakukannya dengan baik hari ini Natsuko chan, Ayah
bangga padamu” ucap ayahnya kemudian, penuh dengan kebanggaan
meluap-luap mendengar banjir pujian dari tamu-tamunya tentang betapa luar biasa anaknya yang baru berusia enam tahun, bukan hanya dalam
membaca tapi juga melantunkan sajak klasik yang sulit dengan gairah dan ekspresi yang begitu kuat.
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas kita dapat melihat bahwa sejak kecil Ichiyo sudah diajarkan oleh ayahnya agar selalu percaya diri dalam
melakukan apapun, bahkan di usianya yang masih enam tahun. Berkat rasa percaya diri yang dimilikinya dan juga berkat dukungan penuh ayahnya ia
mampu membuat ayahnya bangga di depan rekan-rekan ayahnya. Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan dalam teori Abrams,
penulis melihat bahwa Ichiyo merupakan pribadi yang percaya diri, cuplikan cerita ini menunjukkan bahwa Ichiyo percaya diri ia bisa melakukan apa yang
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
dipercayakan ayahnya padanya dan membuat ayahnya bangga. Ichiyo bisa menjadi seperti ini berkat dukungan penuh.
Nilai yang diangkat dalam novel ini adalah setiap manusia pasti memiliki orangtua yang selalu mengajarkan kebaikan, contohnya ayah Ichiyo
yang sejak kecil menanamkan rasa percaya diri kepada Ichiyo. Berkat rasa percaya diri tersebut, kita bisa menjadi pribadi yang tidak malu untuk
melakukan sesuatu yang dapat bermanfaat untuk kita dan juga orang lain.
Cuplikan 2 : Halaman 48-49
“Jika aku besar nanti, aku ingin menjadi seorang penulis seperti teman-teman ayah
,”kata Natsuko tegas saat ia menyusup ke dalam futon-nya malam itu.
“Kau tak mungkin jadi penulis, Natsuko, karena kau perempuan,”kakaknya, Sentaro menyahut.”Tugas perempuan adalah
menikah dan tinggal di rumah serta melahirkan anak dan bukan menjadi penulis atau apapun”
“Jangan berkata begitu, Sentaro,” teriak Natsuko. “Perempuan mampu menjadi apapun yang mereka inginkan asalkan mereka memiliki otak
dan sepasang tangan Mereka sama pintarnya dengan laki- laki”
“Yah tentu saja, masyarakat dan kaum perempuan sendiri tidak berpendapat demikian,”ejek Sentaro. “ Apakah kau melihat ada perempuan
di antara perkumpulan sastra teman- teman ayah hari ini?”
“Diam, kau tak tahu apa yang kau katakan,” Natsuko masuk ke futon kakaknya dan meninjunya.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas menunjukkan sikap percaya diri Ichiyo terhadap bakat sastra yang dimilikinya, sikap ini mampu membuat
Ichiyo bermimpi untuk menjadi seorang penulis seperti teman-teman ayahnya. Ia yakin bahwa dengan dukungan ayahnya dan kegiatan sastra yang sering
diadakan oleh ayahnya akan membuat Ichiyo menjadi seorang penulis hebat. Bahkan ia tidak peduli diremehkan oleh saudaranya hanya karena ia seorang
perempuan, karena pada masa Meiji perempuan tidak memiliki pengaruh yang kuat dan wanita dianggap tidak terlalu penting dalam berbagai bidang.
Meskipun begitu Ichiyo tetap yakin bahwa ia mampu menjadi apa yang ia inginkan tanpa ada hal apapun yang dapat menghalanginya untuk meraih
mimpi tersebut. Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan dalam teori Abrams,
penulis melihat bahwa Ichiyo merupakan seseorang yang tidak peduli terhadap perbedaan gender, menurutnya semua manusia itu sama saja. Ichiyo
sangat benci jika orang lain menyepelekan wanita hanya karena jenis kelaminnya. Ichiyo beranggapan semua manusia mampu berkarya dan
perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki, yaitu hak untuk berkarya dan mendapat penghidupan yang layak.
Nilai yang diangkat oleh Ichiyo adalah jangan pernah merasa menjadi seorang wanita adalah sebuah halangan untuk berkarya. Tetapi kita
harus menunjukkan bahwa wanita mampu berkarya dan juga bersaing dengan para pria, bahkan mampu menjadi lebih baik dari mereka. Wanita dapat
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
menjadi apapun yang mereka inginkan jika mereka mau bekerja keras. Meskipun akhirnya wanita harus tetap mengurus rumah tangga, setidaknya
wanita harus memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas sama seperti laki-laki, karena seorang Ibu yang cerdas akan melahirkan keturunan yang cerdas pula.
Cuplikan 3 : Halaman 67-68
“Kuharap Ayah dan Ibu tidak keberatan, tapi aku sudah memutuskan bahwa nama Natsuko terdengar terlalu biasa dan kurang
menunjukkan identitasku sebagai penulis dan penyair masa depan. Aku ingin mengambil nama Ichiyo, sehelai daun, kata terindah yang pernah kutemui
dan aku ingin menjadi sehelai daun dari halaman buku-buku yang ingin kutulis mulai sekarang.”
Pernyataan Natsuko mengejutkan Noriyoshi, namun mengingat emosinya yang kurang stabil belakangan ini, ia bertekad untuk
menyenangkan hatinya bahkan untuk hal seserius perubahan nama, lalu ia pun berkata dengan enteng, “Jika nama Ichiyo lebih menginspirasimu
daripada Natsuko, Ayah tidak keberatan dan Ayah yakin Ibumu juga.” Furuya sangat keberatan dan mengomeli Noriyoshi yang menyerah
begitu saja pada keinginan Natsuko. “Mengubah nama lahir dan nama pemberian begitu saja adalah
sebuah kesalahan,”katanya. “Ingatlah, kita memilih nama kita dengan hati- hati agar cocok dengan pertanda lahir dan ramalan bintang yang baik dan
siapa yang tahu kemalangan seperti apa yang akan dialaminya jika ia keluar
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
dari perlindungan tersebut dan menggantinya dengan nama baru yang belum teruji”
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas menunjukkan sikap Ichiyo kecil yang mengajukan keinginan kepada orangtuanya untuk mengganti nama
kecilnya, karena ia meyakini nama Ichiyo lebih menginspirasi daripada Natsuko. Ichiyo memutuskan untuk mengganti nama karena suatu alasan
yang terjadi di saat perpisahannya dengan teman kecil yang juga memiliki bakat sastra yang sama dengannya, Masao Kobayashi. Saat itu, sehelai daun
Ichiyo jatuh sebagai tanda perpisahan mereka, menurut Ichiyo sehelai daun merupakan kata terindah yang pernah ditemuinya dan ia ingin menjadi sehelai
daun dari halaman buku-buku yang akan ia tulis. Ia memutuskan untuk mengubah namanya bahkan ketika ia masih berumur 11 tahun.
Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan dalam teori Abrams, dapat diketahui bahwa berkat rasa percaya diri yang ditanamkan ayahnya kepada
Ichiyo, ia berani dan percaya diri untuk memutuskan mengganti nama kecilnya yang merupakan hal yang dianggap tabu di Jepang. Bahkan ia tidak
peduli kemarahan ibunya yang tidak setuju atas keinginannya untuk mengganti nama kecil tersebut, karena menurut ibunya mengganti nama kecil
dengan nama baru yang belum teruji oleh ramalan Jepang akan menyebabkan kemalangan terhadap diri pemilik nama tersebut.
Nilai yang diangkat dalam cerita novel ini adalah jika kita memiliki cita-cita yang ingin kita raih maka kita harus belajar, berusaha sungguh-
sungguh, berani serta percaya diri untuk menggapainya, bahkan dalam hal
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
kecil seperti mengganti nama. Ichiyo mengajarkan kita bahwa hal kecil yang kita ubah dapat membawa kita menggapai mimpi kita untuk mengubah masa
depan yang lebih baik. Niat baik Ichiyo mengganti nama akan menentukan bagaimana masa depan Ichiyo pada akhirnya, yaitu menjadi seorang penulis.
Cuplikan 4 : Halaman 79
“Oh Natsuko, kau tak mungkin menghadiri pesta megah semacam itu dengan pakaian ini, mungkin sebaiknya kau tidak usah ke sana,
bagaimana kau dapat menahan malu?” Ichiyo ragu-ragu agak lama, sangatlah menggoda untuk menyerah
dan tidak datang serta mempermalukan diri sendiri, namun ia dapat melihat kekecewaan di mata ayahnya bila ia tidak mau menghadiri pertemuan
bergengsi itu hanya karena sebuah kimono bekas. Setelah bergulat sejenak dengan harga dirinya, Ichiyo tahu ia tak mungkin mengecewakan Noriyoshi,
tak peduli ia harus muncul dengan pakaian yang bahkan tak akan diberikan gadis lain kepada pelayan mereka.
Ia menegakkan tubuhnya dan berkata tegas, “Tak ada yang dapat
menghentikanku untuk datang ke sana dan kimono ini? Mengapa memangnya? Ini hanyalah penutup tubuh, pada akhirnya yang terpenting
adalah karya tulisanku kan?”
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas menunjukkan sikap Ichiyo yang tidak peduli pada penampilan fisik, menurutnya penampilan fisik tidak terlalu
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
penting, tetapi bakatnya lah yang utama, ia tidak peduli orang lain akan mengatakan apa mengenai baju yang ia kenakan pada acara itu, bahkan
godaan ibunya untuk tidak datang ke acara itu karena ia akan mempermalukan dirinya dengan kimono bekas yang ia kenakan. Tetapi
Ichiyo lebih memikirkan bagaimana agar orang-orang memandangnya lebih kepada karyanya bukan penampilannya serta perasaan kecewa ayahnya jika
ia tidak datang ke acara tersebut hanya karena masalah pakaian. Ichiyo tidak gengsi dan malu kepada teman-temannya yang memakai kimono indah ke
acara tersebut. Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, penulis
dapat melihat bahwa Ichiyo percaya diri pada penampilannya yang biasa saja, bahkan ia tidak malu memakai kimono bekas ke acara bergengsi di
sekolahnya. Ia lebih memilih orang lain melihatnya karena karya tulisannya bukan karena apa yang ia kenakan. Jadi menurutnya tak akan ada yang bisa
menghentikannya datang ke acara itu hanya karena kimono bekasnya. Nilai yang diangkat dalam novel ini adalah kita tidak boleh malu
terhadap penampilan diri sendiri. Meskipun penampilan kita sederhana dan apa adanya kita tidak boleh malu terhadap teman lain yang memiliki
penampilan lebih baik dari kita, tetapi kita bisa menunjukkan dari segi lain selain penampilan, yaitu karya yang dapat kita hasilkan. Setiap manusia
punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi kita harus tetap bersyukur apapun pemberian
Tuhan. Sebaliknya juga, Ichiyo
pun mengajarkan kita untuk tidak menilai orang lain hanya berdasarkan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
penampilan fisiknya saja, karena apa yang kita lihat dari luar belum tentu mencerminkan kepribadian seseorang tersebut.
Cuplikan 5 : Halaman 137
Ia mengemukakan idenya kepada Kuniko yang ragu-ragu, yang hanya menyanggah melalui cara-cara simbolis meskipun sebenarnya ia
kurang setuju dan menurut Kuniko ada kemungkinan Ichiyo benar dan Musashino adalah satu-satunya peluang baginya untuk melihat novel
pertamanya dicetak. “Aku yakin Kuniko, sungguh yakin, begitu novel pertamaku
diterbitkan, aku tak akan pernah lagi menengok ke belakang dan yang lainnya akan mengikuti,” kata Ichiyo.
“Baiklah, Natsu, kau tak perlu berusaha keras membujukku, aku percaya padamu seperti biasanya dan jika menurutmu Tosui san dapat
membantu menerbitkan novel pertamamu, lakukanlah”
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas kita dapat melihat sikap Ichiyo yang yakin bahwa novel pertama yang telah ia tulis selama berbulan-bulan dan
membuatnya hampir putus asa akan dapat terbit melalui majalah Musashino, majalah milik Nakarai Tosui. Ichiyo sadar meskipun ia berbakat tetapi ia tidak
dapat berjuang sendiri untuk menerbitkan novel pertamanya agar dapat dibaca oleh semua orang. Keputusan Ichiyo untuk bekerjasama dengan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Nakarai Tosui juga didukung oleh adiknya, Kuniko. Ichiyo yakin setelah novel pertamanya terbit akan ada novel-novel bagus selanjutnya yang ia tulis
mengikuti kesuksesan dalam karir menulisnya. Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan dalam teori Abrams,
penulis melihat bahwa Ichiyo merupakan sosok yang tidak mudah putus asa dalam mengembangkan bakat menulisnya, ia terus berusaha dan mencari cara
bagaimana agar karyanya dapat diterbitkan di saat begitu banyak masalah kehidupan yang sedang dihadapinya.
Nilai yang diangkat dalam novel ini adalah kita harus tetap mengembangkan bakat dan jangan mudah putus asa. Terus mengasah bakat
tersebut dan berusaha menjadi yang terbaik agar cita-cita dapat tercapai. Dalam menggapai cita-cita, kita tidak bisa sendiri karena kita juga butuh
orang lain seperti orang tua, sahabat, teman dan saudara untuk terus mendukung dan memberi semangat.
3.2.2 Gigih