Nilai yang diangkat dari cerita novel ini adalah jadilah orang yang bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu yang menjadi tujuan hidup,
seperti Ichiyo yang gigih ingin tetap menulis sampai akhir hidupnya. Begitu juga dengan kita, tetaplah bersungguh-sungguh dalam berkarya sampai
akhirnya kita benar-benar tak mampu lagi. Jangan sia-siakan kesempatan selagi kita masih mampu agar mencapai hidup yang lebih baik.
3.2.3 Rendah Hati
Cuplikan 1 : Halaman 150-151
“Prosa dan gaya penulisan yang indah,” begitu bunyi komentar koran Asahi dan Ichiyo secepatnya berlari pulang menggenggam potongan
komentar itu, lalu menghunjamkannya ke tangan Kuniko. “Lihatlah, Kuni chan, Ibu, Asahi Shinbun memilih bukuku untuk
dikomentari dan lihatlah bagaimana mereka memuji gaya bahasaku,” teriaknya. “Akhirnya aku menjadi penulis dengan karya yang telah terbit dan
sekarang aku bahkan mendapat komentar positif dari koran bergengsi seperti Asahi Shinbun Aku tak percaya in
i terjadi” “Oh Natsu, berikan korannya padaku”jerit Kuniko. “Lihat ini Ibu,
si pemberi komentar sungguh-sungguh membandingkan gaya bahasa dan tulisan Natsu dengan sang penulis besar, Tsubouchi Shoyo Kau akan
terkenal Natsu, aku selalu yakin” “Tidak, belum seterkenal itu,” Ichiyo tertawa dan rasanya nyaman
sekali dapat merasa bahagia serta tertawa. “Suara tawa di rumah ini sangat
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
menyenangkan, tapi tidak, aku belum bisa bilang aku sudah terkenal, masih banyak yang harus dilakukan dan perbaikan-perbaikan untuk novelku
selanjutnya sebelum aku bisa mendekati standar Shoyo san dan para penulis lain.
Aku harus terus memacu diriku, aku tak bisa berhenti sekarang”
Analisis :
Dari cuplikan teks cerita di atas dapat kita lihat bahwa sikap Ichiyo yang rendah hati menanggapi pujian-pujian yang ditujukan kepadanya.
Setelah novel pertama Ichiyo terbit ia mendapat banyak pujian, salah satunya dari Asahi Shinbun. Asahi Shinbun berkomentar bahwa Ichiyo memiliki gaya
bahasa seperti penulis terkenal Tsubouchi Shoyo. Namun Ichiyo menanggapi bahwa ia belum sebagus dan seterkenal itu karena ia merupakan pemula
dalam dunia sastra dan menurutnya ia masih harus melakukan perbaikan untuk menulis karya yang lebih baik.
Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, penulis melihat bahwa Ichiyo menunjukkan sikap sebagai tokoh yang rendah hati
meskipun ia sangat senang banyak sastrawan yang memuji karyanya. Ia merupakan sosok yang tidak pernah melupakan Tuhan, ia selalu bersyukur
atas apa yang Tuhan berikan kepadanya, seperti penderitaan panjang yang selama ini ia alami dan juga kesenangan yang Tuhan berikan melalui
karyanya. Nilai yang diangkat dari cerita novel adalah jadilah seseorang yang
rendah hati meskipun kita memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain, misalnya bakat istimewa. Ichiyo mengajarkan kita untuk tetap rendah hati
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
menanggapi pujian-pujian orang lain terhadap karyanya dan selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kita segalanya.
Cuplikan 2 : Halaman 173
“Lihatlah, Ibu” ia pulang ke rumah suatu hari setelah karyanya terbit, melambai-
lambaikan lembaran uang 10 yen di tangannya. “Aku menerima 10 yen hari ini untuk penerbitan bagian pertama bukuku di Miyako
Hana” Ibunya dan Kuniko mengerumuninya, menyentuh lembaran 10 yen
itu seakan-akan permata yang sangat berharga, bagi mereka itu bukan hanya masalah uangnya, tapi juga pentingnya fakta bahwa akhirnya Ichiyo
menyejajarkan dirinya dengan para penulis yang dibayar untuk karyanya. “Kau sekarang adalah penulis profesional,” Kuniko bangga, dan
sambil menunjuk ke arah gambar tokoh dalam lembaran uang itu, menambahkan, “Siapa yang tahu? Kau mungkin akan menjadi sangat
terkenal hingga suatu hari wajahmu akan muncul dalam salah satu lembaran uang kertas Jepang”
“Jangan terlalu senang dulu Kuni chan,”Ichiyo tertawa. “Wajah seorang wanita dalam lembaran uang kertas di Jepang? Kurasa para pejabat
di negeri ini lebih rela mati daripada membiarkannya terjadi Kenapa, kita bahkan belum sepenuhnya diterima di dunia sastra yang diatur dan
dido minasi oleh para pria yang selalu meremehkan kita.”
Analisis :
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Dari cuplikan teks cerita di atas dapat kita lihat bahwa Ichiyo telah berhasil menerbitkan novel selanjutnya melalui majalah Miyako no Hana dan
Ichiyo mendapat 10 yen atas penerbitan bagian pertama novelnya tersebut. Pada masa ini Ichiyo mulai menyejajarkan dirinya sebagai penulis yang
dibayar untuk karyanya, dan adiknya, Kuniko, memberi komentar diluar dugaan. Kuniko mengatakan bahwa suatu hari nanti wajah Ichiyo akan
muncul dalam salah satu lembaran uang kertas Jepang. Ichiyo hanya tersenyum menanggapi komentar tersebut karena menurutnya ia belum
sepenuhnya diterima di dunia sastra yang didominasi oleh pria dan wanita bangsawan pada masa itu. Ichiyo tetap rendah hati menanggapi komentar apa
saja, padahal nyatanya suatu hari nanti apa yang dikatakan Kuniko menjadi kenyataan.
Dari segi pragmatik yang dijelaskan dalam teori Abrams, Ichiyo merupakan sosok rendah hati dan tidak cepat puas dengan apa yang ia
dapatkan. Ia sadar masih banyak yang lebih baik darinya dan ia harus lebih baik dalam menulis karya selanjutnya meskipun tidak ada yang memberikan
komentar buruk terhadap karyanya selama ini. Nilai yang diangkat dari novel ini adalah tetap menjadi seseorang
yang rendah hati jika kita sudah mampu mencapai impian. Ichiyo mengajarkan kita untuk tidak cepat puas terhadap apa yang kita dapat dan
sebaiknya lebih fokus untuk melakukan perbaikan dalam menulis karya selanjutnya.
Cuplikan 3 : Halaman 235-236
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
“Kemarin, seseorang dari Bundan komunitas sastra memintaku menulis artikel tentang seni menulis. Hari ini tiga penulis terkenal, Mori Ogai,
Koda Rohan dan Saito Ryukuu menyarankanku untuk bergabung dengan mereka menulis kolom bulanan di majalah Mezamashigusa. Setelah itu
saudara laki-laki Ogai datang memaksaku untuk memberi jawaban sambil memperingatkanku untuk tidak memercayai Saito Ryukuu. Bahkan sebelum
aku punya kesempatan berpikir, Ryukuu datang dan memberiku nasehat untuk tidak bergabung dengan Mezamashigusa karena majalah itu sedang
sekarat dan bisa bangkrut kapan saja” tutur Ichiyo pada buku hariannya. “Semua ini terlalu berlebihan untukku, segala akal bulus, intrik dan manuver
di sekelilingku,aku tak tahu lagi siapa yang harus dipercaya atau didengar Aku merasa seperti boneka yang tangan dan kakinya diikat ke segala arah
Inikah harga sebuah popularitas atau jangan-jangan aku yang terlalu sensitif?”
Meskipun Ichiyo tersanjung oleh antusiasme tiba-tiba para penulis terkenal untuk bekerjasama dengannya, tahun-tahun penuh penolakan telah
membuatnya berhati-hati dan tak ingin membuat keputusan di saat sedang bingung menanggapi tawaran-tawaran mereka yang cenderung memaksa.
“Saya sangat berterimakasih atas ketertarikan Anda pada tulisan saya,”katanya. “Tapi jujur saja saya merasa saya belum matang dan saya
belum pantas untuk bekerjasama dengan penulis-penulis terkemuka seperti Anda sekalian.”
Analisis :
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Dari cuplikan teks cerita di atas dapat kita lihat bahwa setelah novel- novel Ichiyo terbit dan mendapat banyak respon positif dari para sastrawan
saat itu, banyak yang ingin bekerjasama dengan Ichiyo mulai dari mahasiswa sastra sampai penulis terkenal. Ichiyo merasa bingung, menurutnya yang ia
hadapi terlalu berlebihan. Ichiyo mendapat tawaran untuk menulis di sebuah majalah Mezamigusha, majalah milik seorang sastrawan terkenal pada masa
itu. Tetapi Ichiyo merasa ia belum pantas dan ajakan untuk menulis tersebut terlalu memaksa untuknya. Ichiyo menolaknya dengan lembut karena ia
merasa tulisannya belum pantas untuk disejajarkan dengan penulis terkenal. Dari segi pragmatik yang dikemukakan oleh Abrams, penulis
melihat Ichiyo menunjukkan sikap rendah hatinya kepada siapa saja yang memuji karyanya. Meskipun ia merasa respon terhadap karyanya berlebihan
tetapi Ichiyo tidak pernah kasar dan marah dalam menanggapi semua itu karena Ichiyo menghargai pendapat orang lain terhadap karyanya.
Nilai yang diangkat dari cerita novel ini adalah tetaplah rendah hati dalam menanggapi respon seseorang terhadap kita, baik respon baik maupun
respon buruk. Karena semua respon atau kritik yang ditujukan kepada kita akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik.
3.2.4 Tegas