pembaca. Tetapi inti cerita di dalam novel tetap sama dengan kisah sejarahnya tanpa ada yang diubah sedikitpun.
2.3 Biografi Pengarang
Rei Kimura adalah seorang pengacara yang memiliki ketertarikan dalam
bidang menulis.
Keunggulan karya-karyanya
terletak pada
penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang diangkat dari kejadian nyata di dalam beberapa bukunya. Dengan cara
ini, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru, kisah pilot Kamikaze perempuan pada masa Perang Dunia II dan
kisah Ichiyo Higuchi seorang sastrawan wanita Jepang yang diabadikan dalam uang 5000 Yen. Kimura merangkainya menjadi sebuah cerita yang
menarik. Kimura
memandang karya-karyanya
sebagai pencarian
atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke
berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit hampir di seluruh dunia. Selain menjadi pengacara, Kimura juga seorang jurnalis freelance yang
tergabung dalam Australian News Syndicate.
2.4 Studi Pragmatik Sastra dan Semiotik
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel
“Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura, penulis mengambil beberapa cuplikan teks yang memiliki nilai di dalam cerita novel tersebut. Pragmatik sastra
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
adalah cabang penelitian ilmu sastra yang mengarah kepada aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketidakpuasan terhadap penelitian
struktural murni yang memandang karya sastra hanya sebagai teks itu saja. Kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra
dari permukaannya saja. Maksudnya, kajian struktur sering melupakan aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna terhadap karya sastra.
Pragmatik sastra lebih menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami dan menghayati karya sastra, karena pembaca
sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu merupakan karya sastra atau tidak dan sebagai sebuah keutuhan komunikasi sastrawan-karya sastra-
pembaca, maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai kepada pembacanya bukanlah karya sastra, Siswanto dan Roekhan dalam
Endraswara 2008 : 70. Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama dan tujuan pendidikan lainnya. Dengan kata lain
pragmatik sastra bertugas sebagai pengungkap tujuan yang dikemukakan para pengarang untuk mendidik masyarakat pembacanya. Semakin banyak nilai-
nilai, ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik dan bernilai tinggi karya sastra tersebut, Abrams dalam
Jabrohim 2012 : 67 . Menurut Selden dalam Endraswara 2008 : 70 karya sastra tidak mempunyai keberadaan sampai karya sastra itu dibaca,
pembacalah yang menerapkan kode untuk menyampaikan pesan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Menurut Teeuw dalam Endraswara 2008 : 71 kajian pragmatik selalu memunculkan persoalan yang berkaitan dengan masalah pembaca,
yaitu apa yang dilakukan pembaca dengan karya sastra, apa yang dilakukan karya sastra dengan pembacanya serta apakah tugas dan batas kemungkinan
pembaca sebagai pemberi makna. Hal ini berhubungan dengan manfaat pragmatik sastra terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat,
perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan melalui peranan pembaca dalam memahami karya sastra. Dengan
indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik adalah memberikan manfaat terhadap pembaca. Dengan mempertimbangkan
indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya adalah berbagai tanggapan
masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra. Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan teori
semiotik untuk melihat tanda makna nilai-nilai dalam novel dan manfaat novel tersebut bagi para pembaca. Semiotik berasal dari bahasa Yunani
Semeion yang berarti tanda. Semiotik Semiotika adalah ilmu tentang tanda- tanda, ilmu ini menganggap bahwa fenomena masyarakat sosial dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan
interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan
perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal.
Junus dalam Jabrohim 2012 : 86 mengemukakan bahwa karya sastra merupakan struktur sistem tanda yang bermakna, tanpa memperhatikan
sistem tanda-tanda dan maknanya, maka struktur karya sastra atau karya sastra itu sendiri tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Penelitian
menggunakan teori semiotik juga dapat mengarahkan hubungan teks sastra dengan pembaca. Tanda yang terdapat pada karya sastra menghubungkan
antara penulis, karya sastra dan pembaca. Dalam hubungan ini teks sastra adalah sarana komunikasi sastra antara pengarang dengan pembacanya. Jika
pengarang dalam merefleksikan karya menggunakan kode atau tanda tertentu yang mudah dipahami oleh pembaca, maka karya tersebut akan mudah
dipahami, tetapi sebaliknya jika tanda yang digunakan pengarang masih asing bagi pembaca, maka karya tersebut akan sulit dipahami. Pada saat
menggunakan kode tertentu kadang-kadang justru timbul makna baru. Tetapi melalui semiotik arti atau makna karya sastra akan lebih mudah dipahami.
Namun arti atau makna di dalam teori semiotik sendiri adalah meaning of meaning atau disebut juga makna significance.
2.5 Keadaan Sosial Masyarakat Jepang Pada Zaman Meiji