Dimana: n = jumlah pergantian pencegahan yang telah dilakukan sampai
kurun waktu t T = interval pergantian komponen
Ft = frekuensi distribusi kumulatif komponen Hasil peningkatan reliability sistem sekarang dibandingkan dengan sistem
usulan dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Peningkatan Reliability Komponen Mesin
No Komponen
Sekarang Corrective Usulan Preventive
Nilai Peningkatan
Interval Pergantian
Komponen hari
Reliability Interval
Pergantian Komponen
hari Reliability
1 Nozzle Ø
2,5mm 14
0,498842478 9
0,932203317 46,48780272
2 Nozzle Ø
2mm 67
0,505158815 42
0,948383761 46,73476753
3 Nozzle Ø
1,7mm 63
0,500000000 41
0,947822304 47,24749588
4 Mata Bor
30 0,431514534
16 0,901273041
52,12166409 5
Konektor 16
0,553456689 14
0,680964830 18,72462943
Rata-rata Peningkatan Reliability 42,2632719
Interval Pergantian untuk corrective maintenance diperoleh dari nilai rata-rata data historis interval kerusakan komponen
Dari Tabel 6.6 di atas dapat diperoleh adanya peningkatan reliability komponen mesin sebesar 42,2632719
≈ 42,3. Nilai ini sangat signifikan dan besar pengaruhnya kepada perusahaan jika diterapkannya sistem perawatan
preventif preventive maintenance system dengan menggunakan metode RCM.
6.4.3. Peningkatan Availability
Nilai Availability dapat dihitung dengan menggunakan rumus: At
= 1 – Dt
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan nilai Availability masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Peningkatan Availability
No Komponen
Sekarang Corrective Usulan Preventive
Nilai Peningkatan
Downtime Availability
Downtime Availability
1 Nozzle Ø
2,5mm 0,009636552
0,99036345 0,005271776
0,99472822 0,438790807
2 Nozzle Ø
2mm 0,002695112
0,99730489 0,001195141
0,99880486 0,150176582
3 Nozzle Ø
1,7mm 0,002687156
0,99731284 0,001178814
0,99882119 0,151012215
4 Mata Bor
0,006452889 0,99354711
0,003093370 0,99690663
0,336994348 5
Konektor 0,026117753
0,97388225 0,025025949
0,97497405 0,111982878
Rata-rata Peningkatan Availability 0,237791370
Dari Tabel 6.6 di atas, dapat diperoleh adanya peningkatan availability sebesar 0,237791370
≈ 0,24 apabila diterapkannya sistem perawatan preventif preventive maintenance. Jika dihitung dari rata-rata total availability komponen,
maka akan diperoleh nilai rata-rata availability sebesar 99,284699 ≈ 99,29.
Artinya, waktu komponen untuk dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya adalah sebesar 99,29.
6.4.4. Peningkatan Maintenance Efficiency
Besarnya peningkatan maintenance efficiency pada komponen kritis antara sistem perawatan sekarang corrective maintenance dengan sistem perawatan
usulan preventive maintenance dapat dihitung dengan menggunakan Maintenance Value Stream Mapping MVSM. Current State Maintenance Value
Stream Mapping untuk masing-masing komponen kritis pada sistem perawatan sekarang dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan Future State Maintenance
Universitas Sumatera Utara
Value Stream Mapping untuk masing-masing komponen kritis pada sistem perawatan uusulan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 6.9. Peningkatan Maintenance Efficiency
No Komponen
Maintenance Efficiency
Sekarang Usulan
1 Nozzle Ø
2,5mm 9,32
36,59 2
Nozzle Ø 2mm
10,21 40,89
3 Nozzle Ø
1,7mm 11,81
49,24 4
Mata Bor 9,09
41,52 5
Konektor 54,94
68,01
Rata-rata 19,07
47,25
Dari Tabel 6.9 di atas dapat diperoleh rendahnya maintenance efficiency rata-rata 19,07 disebabkan oleh besarnya waktu yang dibutuhkan untuk
penyediaan komponen. Tidak adanya komponen di bagian technical departement pada saat kerusakan terjadi, mengakibatkan delay untuk pengambilan komponen
di gudang sparepart ataupun karena menunggu sampai komponen yang baru tersedia. Delay ini menghabiskan waktu rata-rata hingga 60 menit untuk setiap
komponen. Jika diterapkannya sistem perawatan usulan preventive maintenance, dari
Tabel 6.9 di atas diperoleh peningkatan maintenance efficiency sebesar 28,176. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi perusahaan untuk
meminimisasi downtime akibat breakdown yang terjadi. Perusahaan harus menyediakan komponen kritis di bagian technical departement sebelum jadwal
pergantian komponen dilaksanakan. Atau dengan kata lain perusahaan dapat membuat sistem inventory suku cadang untuk memudahkan proses perawatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan