Identifikasi Sistem Perawatan Sekarang Reliability Centered Maintenance RCM 1.Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Identifikasi Sistem Perawatan Sekarang

Perusahaan menerapkan sistem corrective maintenance, dimana perusahaan hanya memperbaiki mesin peralatan produksi jika terdapat kegagalan fungsi. Teknisi akan mencari komponen mana yang mengalami kerusakan dan dengan segera akan menggantinya dengan komponen yang baru. Perusahaan belum memiliki sistem perawatan mesin peralatan produksi pada saat sebelum mesin beroperasi, saat mesin beroperasi, maupun setelah saat mesin beroperasi. Tidak adanya sistem perawatan yang diterapkan perusahaan untuk penggunaan mesin ini membuat kehandalan mesin berkurang. Selain itu, perusahaan juga mempekerjakan operator yang sifatnya buruh harian, sehingga operator yang menggunakan mesin berganti dari hari ke hari. Cara setiap operator yang menggunakan mesin ini pun berbeda-beda. Tidak adanya suatu standar kerja yang diterapkan oleh perusahaan dalam menggunakan mesin, tentunya hal ini juga membuat kehandalan mesin berkurang. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diperoleh tingginya angka persentase downtime mesin peralatan yang terjadi di lantai produksi. Downtime yang tinggi disebabkan oleh rendahnya kualitas maintenance yang diterapkan di perusahaan. Berdasarkan hasil identifikasi penyebab tingginya downtime maka digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat Cause and Effect Diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1. Cause and Effect Diagram Penyebab Tingginya Persentase Downtime pada Sistem Perawatan Aktual Universitas Sumatera Utara 5.2.2. Reliability Centered Maintenance RCM 5.2.2.1.Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi Sistem yang dipilih pada penelitian ini ada dua, yaitu sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo. Sistem produksi Kernel Silo terdiri dari 6 sub-sistem, yaitu: 1. Pengukuran dan pemberian tanda 2. Pemotongan Cutting Torch 3. Pengerolan Hydraulic Plate Roll 4. Pengelasan a. Pengelasan 1 Las Listrik Semiotomatis b. Pengelasan 2 Las Otomatis 5. Perakitan Bor Magnet 6. Pengecatan Sedangkan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo terdiri dari satu sub-sistem saja, yaitu sub-sistem pemindahan benda kerja Hoisting Crane. Sub-sistem produksi Kernel Silo dan sub-sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa dapat dilihat pada Gambar 5.2. Penjelasan untuk masing-masing sub-sistem dapat dilihat pada bagian deskripsi sistem dan blok diagram fungsi. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2. Sub-sistem Produksi Kernel Silo dan Sub-sistem Peralatan Pendukung Produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa 5.2.2.2.Pendefinisian Batasan Sistem Dalam proses RCM, definisi batasan sistem sangat penting karena dapat membedakan secara jelas antara sistem yang satu dengan sistem yang lainnya agar dapat membuat daftar komponen yang mendukung sistem tersebut. Hal ini dapat mencegah terjadinya tumpang tindih atau overlap. Mesin yang digunakan dalam proses produksi Kernel Silo adalah sebagai berikut: 1. Mesin Cutting Torch 2. Mesin Hydraulic Plate Roll 3. Mesin Las Listrik Semiotomatis Universitas Sumatera Utara 4. Mesin Las Otomatis 5. Mesin Bor Magnet Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mendukung sistem produksi Kernel Silo adalah Mesin Hoisting Crane. 5.2.2.3.Deskripsi Sistem dan Blok Diagram Fungsi Dalam tahap ini, informasi yang harus dikembangkan yaitu penjelasan sistem, blok diagram fungsi, dan System Work Breakdown Structure SWBS. Adapun penjelasan sistem produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran dan Pemberian Tanda Marking Pada proses pengukuran, plat besi diberi tanda garis potong, mengacu kepada gambar fabrikasi atau desain gambar teknik yang telah ditentukan oleh konsumen. Pemberian tanda harus dilakukan dengan akurat dan jelas serta dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap marking atau tanda hasil pengukuran agar tidak terjadi kesalahan. Dalam pemberian tanda harus dipertimbangkan penyusutan, perubahan bentuk dan toleransi ukuran akhir yang diijinkan. 2. Pemotongan Setelah dilakukan marking dilakukan proses pemotongan plat sesuai dengan tanda dari hasil marking tersebut. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin blender potong atau cutting torch yaitu pemotongan dengan api. Pemotongan harus memperhitungkan bentuk dan ukuran material. Universitas Sumatera Utara Pemotongan besi dengan api menggunakan gas oxy-acetylene yang didapat dari zat asam dan asetilin gas karbit tekanan tinggi dari silinder-silinder besi terpisah yang dialirkan dari tabung oksigen dan nitrogen. Alat cutting torch ini merupakan metode yang paling sesuai dalam industri fabrikasi Kernel Silo. Kemudian setelah dipotong sesuai dengan ukurannya, plat diperiksa kembali kesesuaian antara hasil pemotongan dengan ukuran. Pengukuran dilakukan pada diagonal hasil pemotongan plat. 3. Pengerolan Rolling Setelah plat besi dipotong sesuai dengan ukurannya, tahap selanjutnya plat besi dilengkungkan dengan menggunakan mesin rolling. Plat besi di-roll berulang kali hingga membentuk suatu silinder. 4. Pengelasan Setelah plat besi yang di-roll telah berbentuk silinder, dilakukan pengelasan ikat tack welding pada beberapa titik sambungan silinder, dan juga diberi penguat sambungan dengan menggunakan mesin las listrik semiotomatis. Setelah itu dilakukan pengelasan penuh dengan menggunakan mesin las otomatis. 5. Perakitan Perakitan dilakukan apabila semua part-part produk Kernel Silo telah selesai dibuat atau diproses. Dalam perakitan komponen harus memperhatikan tanda- tanda yang sudah dicantumkan pada plat besi pada saat pengukuran, agar perakitannya tidak terjadi kesalahan dan ketidaksesuaian. Proses perakitan akan menggunakan mesin bor magnet untuk melubangi plat besi dan akan Universitas Sumatera Utara disambungkan dengan part yang lain agar memperkokoh struktur produk Kernel Silo. 6. Pengecatan Pengecatan merupakan proses akhir penyelesaian pada proses fabrikasi. Pengecatan merupakan pelapis Kernel Silo yang bertujuan untuk memperlambat terjadinya korosi. Adapun penjelasan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa adalah sistem pemindahan benda kerja. Pemindahan benda kerja dilakukan dengan menggunakan mesin hoisting crane. Hoisting crane digunakan sebagai alat untuk memindahkan bahan atau benda kerja dari satu stasiun kerja menuju stasiun kerja berikutnya pada lantai produksi. Blok diagram fungsi dari sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo dapat dilihat pada Gambar 5.3. Pengukuran dan Pemberian Tanda Pemotongan Pengerolan Pengelasan 1 Pengelasan 2 Perakitan Pengecatan Sistem Produksi Kernel Silo Pemindahan Benda Kerja Sistem Peralatan Pendukung Produksi Kernel Silo Gambar 5.3. Blok Diagram Fungsi Produksi Kernel Silo dan Peralatan Pendukung Produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa Universitas Sumatera Utara Komponen-komponen utama yang mengalami breakdown pada sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. SWBS Sistem Produksi Kernel Silo dan Sistem Peralatan Pendukung Produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa No. Sistem Kode Mesin Kode Komponen A Sistem Produksi A.1 Blender Potong Cutting Torch A.1.1 Nozzle Ø 2,5mm A.2 Hydraulic Plate Roll A.2.1 Elektromotor A.3 Las Listrik Semiotomatis A.3.1 Nozzle Ø 2mm A.4 Las Otomatis A.4.1 Nozzle Ø 1,7mm A.5 Bor Magnet A.5.1 Mata Bor A.5.2 Elektromotor B Sistem Peralatan Pendukung Produksi B.1 Hoisting Crane B.1.1 Elektromotor B.1.2 Konektor Struktur SWBS sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa dapat dilihat pada Gambar 5.4. Gambar 5.4. Struktur SWBS Sistem Produksi Kernel Silo dan Sistem Peralatan Pendukung Produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa Universitas Sumatera Utara 5.2.2.4.Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Sistem Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi dilakukan dengan memberikan kode terhadap fungsi dan kegagalan fungsi, dimana angka pertama menunjukkan nama unit proses, angka kedua menunjukkan fungsi unit proses dan angka ketiga menunjukkan kegagalan fungsi unit proses. Deskripsi fungsi kegagalan fungsi sistem poduksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo PT Pancakarsa Bangun Reksa dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Sistem No. Fungsi No. Kerusakan Fungsi Uraian FungsiKegagalan Fungsi Penjelasan Kegagalan Fungsi Komponen A.1 Melakukan pemotongan terhadap plat besi A.1.1 Hasil pemotongan kurang baik Permukaan plat besi yang tidak merata A.2 Menggulung plat besi menjadi silinder A.2.1 Gagal menggulung plat besi Ukuran diameter gulungan plat besi tidak sesuai A.3 Menyambungkan plat besi A.3.1 Plat besi gagal tersambung Plat besi tidak saling menempel A.4 Melakukan pengelasan penuh A.4.1 Hasil pengelasan kurang baik Permukaan plat besi tidak merata A.5 Melubangi plat besi A.5.1 Hasil pelubangan kurang baik Ukuran diameter lubang tidak sesuai A.5.2 Plat besi gagal terlubangi Motor listrik tidak berfungsi dikarenakan kelebihan beban kapasitas B.1 Memindahkan benda kerja dari satu stasiun ke stasiun berikutnya B.1.1 Gagal memindahkan benda kerja Motor listrik tidak berfungsi dikarenakan kelebihan beban kapasitas B.1.2 Gagal memindahkan benda kerja Konektor tidak berfungsi dikarenakan tidak terhubung dengan motor listrik Universitas Sumatera Utara Dari fungsi dan kegagalan fungsi sistem yang telah dibuat pada Tabel 5.7, maka dapat dibuat matrix kegagalan fungsi sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo yang dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Matrix Kegagalan Fungsi Sistem Subsistem No. Kegagalan Fungsi A.1.1 A.2.1 A.3.1 A.4.1 A.5.1 A.5.2 B.1.1 B.1.2 Cutting Torch x Hydraulic Plate Roll x Las Listrik Semiotomatis x Las Otomatis x Bor Magnet x x Hoisting Crane x x 5.2.2.5.Analisis Akibat Kegagalan Consequence of Failure Analysis COFA Penyusunan COFA berdasarkan tiap-tiap komponen dapat dilihat pada Tabel 5.9. 5.2.2.6.Analisis Pohon Logika COFA Logic Tree Adapun COFA Logic Tree untuk komponen Nozzle Ø 2,5mm mesin cutting torch yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem produksi Kernel Silo dapat dilihat pada Gambar 5.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Penyusunan COFA No. A B C D E F G H Nama Komponen dan Deskripsi Penjelasan Semua Fungsi Komponen Penjelasan Kegagalan Masing- masing Fungsi Penjelasan Mode Kegagalan Komponen yang Dominan Jelaskah Terjadinya Kegagalan? Penjelasan Efek Sistem untuk Setiap Mode Kegagalan Menjelaskan Konsekuensi dari Kegagalan Berdasarkan Kriteria Keandalan Komponen Menentukan Klasifikasi Komponen A.1.1 Nozzle Ø 2,5mm Mesin Cutting Torch Mengatur gas oxy- acetylene yang keluar dari tabung gas Gagal untuk memberikan pengaturan gas yang keluar saat mesin beroperasi Nozzle Ø 2,5mm tidak bisa diatur Ya Keluarnya gas tidak bisa diatur disebabkan oleh tumpulnya Nozzle Ø 2,5mm Kegagalan mengatur keluarnya gas pada saat mesin beroperasi dapat mengakibatkan hasil pemotongan kurang baik Komponen sangat penting karena mempengaruhi kualitas produk Sebagai alat yang dibakar untuk mempertahankan api yang diberikan dari lighter Gagal untuk mempertahankan api saat mesin beroperasi Nozzle Ø 2,5mm tidak bisa mempertahankan api Ya Api tidak bisa dipertahankan disebabkan oleh tumpulnya Nozzle Ø 2,5mm Kegagalan mempertahankan api saat mesin beroperasi dapat mengakibatkan kegagalan pemotongan Komponen sangat penting karena dapat menyebabkan pabrik berhenti beroperasi A.2.1 Elektomotor Mesin Hydraulic Plate Roll Menghasilkan daya pada motor listrik untuk menggerakkan tenaga hidrolik Gagal mengalirkan arus listrik pada saat mesin beroperasi Rotor tidak berfungsi Ya Arus listrik tidak dapat dialirkan disebabkan gulungan kawat tembaga yang ada pada rotor tidak teratur berserakan Kegagalan menghasilkan daya dapat mengakibatkan kegagalan untuk melakukan pembulatan plat besi Komponen sangat penting karena dapat menyebabkan pabrik berhenti beroperasi A.3.1 Nozzle Ø 2mm Mesin Las Listrik Semiotomatis Mengeluarkan obat dari mesin las Gagal untuk memberikan obat pada saat mesin beroperasi Nozzle Ø 2mm tidak berfungsi Ya Tidak bisa mengeluarkan obat disebabkan oleh tumpulnya Nozzle Ø 2mm Kegagalan mengeluarkan obat pada saat beroperasi dapat mengakibatkan hasil pengelasan kurang baik dan gagal melakukan pengelasan Komponen sangat penting karena mempengaruhi kualitas produk dan dapat meyebabkan pabrik berhenti beroperasi Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Penyusunan COFA Lanjutan No. A B C D E F G H Nama Komponen dan Deskripsi Penjelasan Semua Fungsi Komponen Penjelasan Kegagalan Masing- masing Fungsi Penjelasan Mode Kegagalan Komponen yang Dominan Jelaskah Terjadinya Kegagalan? Penjelasan Efek Sistem untuk Setiap Mode Kegagalan Menjelaskan Konsekuensi dari Kegagalan Berdasarkan Kriteria Keandalan Komponen Menentukan Klasifikasi Komponen A.4.1 Nozzle Ø 1,7mm Mesin Las Otomatis Mengeluarkan obat dari mesin las Gagal untuk memberikan obat pada saat mesin beroperasi Nozzle Ø 1,7mm tidak berfungsi Ya Tidak bisa mengeluarkan obat disebabkan oleh tumpulnya Nozzle Ø 1,7mm Kegagalan mengeluarkan obat pada saat beroperasi dapat mengakibatkan hasil pengelasan kurang baik dan gagal melakukan pengelasan Komponen sangat penting karena mempengaruhi kualitas produk dan dapat meyebabkan pabrik berhenti beroperasi A.5.1 Mata Bor Mesin Bor Magnet Melubangi plat besi Gagal melubangi plat besi Mata bor gagal melubangi plat besi Ya Plat besi tidak dapat dilubangi disebabkan mata bor aus Kegagalan melubangi plat besi dapat mengakibatkan bentuk lubang tidak sesuai dan tidak dapat digunakan Komponen sangat penting karena mempengaruhi kualitas roduk A.5.2 Elektomotor Mesin Bor Magnet Menghasilkan daya pada motor listrik untuk menggerakkan mesin bor magnet Gagal mengalirkan arus listrik pada saat mesin beroperasi Rotor tidak berfungsi Ya Arus listrik tidak dapat dialirkan disebabkan gulungan kawat tembaga yang ada pada rotor tidak teratur berserakan Kegagalan menghasilkan daya dapat mengakibatkan kegagalan untuk melubangi plat besi Komponen sangat penting karena dapat menyebabkan pabrik berhenti beroperasi Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Penyusunan COFA Lanjutan No. A B C D E F G H Nama Komponen dan Deskripsi Penjelasan Semua Fungsi Komponen Penjelasan Kegagalan Masing- masing Fungsi Penjelasan Mode Kegagalan Komponen yang Dominan Jelaskah Terjadinya Kegagalan? Penjelasan Efek Sistem untuk Setiap Mode Kegagalan Menjelaskan Konsekuensi dari Kegagalan Berdasarkan Kriteria Keandalan Komponen Menentukan Klasifikasi Komponen B.1.1 Elektomotor Mesin Hoisting Crane Menghasilkan daya pada motor listrik untuk menggerakkan tenaga hidrolik dalam melakukan pemindahan benda kerja Gagal mengalirkan arus listrik pada saat mesin beroperasi Rotor tidak berfungsi Ya Arus listrik tidak dapat dialirkan disebabkan gulungan kawat tembaga yang ada pada rotor tidak teratur berserakan Kegagalan menghasilkan daya dapat mengakibatkan kegagalan untuk melakukan pemindahan benda kerja dan dapat menjatuhkannya Komponen sangat penting karena dapat menyebabkan pabrik berhenti beroperasi dan mempengaruhi kualitas produk B.1.2 Konektor Mesin Hoisting Crane Menghubungkan arus listrik dari elektromotor untuk mengatur pergerakan hoisting crane Gagal menghubungkan arus listrik dari elektromotor pada saat mesin beroperasi Konektor gagal terhubung Ya Konektor tidak dapat menghubungkan arus listrik dari elektromotor disebabkan beban melebihi kapasitas tersedia Kegagalan menghubungkan arus listrik dari elektromotor dapat mengakibatkan kegagalan untuk melakukan pemindahan benda kerja dan dapat menjatuhkannya Komponen sangat penting karena dapat menyebabkan pabrik berhenti beroperasi dan mempengaruhi kualitas produk Universitas Sumatera Utara Gambar 5.5. COFA Logic Tree Komponen Nozzle Ø 2,5mm Mesin Cutting Torch Dengan cara yang sama dilakukan untuk setiap komponen yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kernel Silo. Rekapitulasi COFA Logic Tree dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Rekapitulasi COFA Logic Tree No. Mesin Komponen Critically Analysis Evident Safety Outage Category 1 Cutting Torch Nozzle Ø 2,5mm Y N Y B 2 Hydraulic Plate Roll Elektromotor Y N Y B 3 Las Listrik Semiotomatis Nozzle Ø 2mm Y N Y B 4 Las Otomatis Nozzle Ø 1,7mm Y N Y B 5 Bor Magnet Mata Bor Y N Y B Elektromotor Y Y Y B 6 Hoisting Crane Elektromotor Y Y Y A B Konektor Y Y Y A B Universitas Sumatera Utara 5.2.2.7.Pemilihan Tindakan Pemilihan tindakan didasarkan dengan menjawab pertanyaan penuntun selection guide yang disesuaikan pada road map pemilihan tindakan. Proses ini akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Adapun pemilihan tindakan untuk komponen Nozzle Ø 2,5mm mesin cutting torch yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem produksi Kernel Silo dapat dilihat pada Gambar 5.6. Gambar 5.6. Pemilihan Tindakan Komponen Nozzle Ø 2,5mm Mesin Cutting Torch Universitas Sumatera Utara Dengan cara yang sama dilakukan untuk setiap komponen yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem produksi Kernel Silo dan sistem peralatan pendukung produksi Kerrnel Silo. Rekapitulasi pemilihan tindakan untuk setiap komponen mesin dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Rekapitulasi Pemilihan Tindakan No Mesin Komponen Selection Guide Selection Task 1 2 3 4 5 6 7 1 Cutting Torch Nozzle Ø 2,5mm Y Y N N - Y - TD 2 Hydraulic Plate Roll Elektromotor Y N Y N - Y - CD 3 Las Listrik Semiotomatis Nozzle Ø 2mm Y Y N N - Y - TD 4 Las Otomatis Nozzle Ø 1,7mm Y Y N N - Y - TD 5 Bor Magnet Mata Bor Y Y N N - Y - TD Elektromotor Y N Y N - Y - CD 6 Hoisting Crane Elektromotor Y N Y N - Y - CD Konektor Y Y N N - Y - TD Berdasarkan hasil rekapitulasi pemilihan tindakan pada Tabel 5.9, maka kategori tindakan pencegahan untuk kerusakan komponen adalah sebagai berikut: 1. Condition Directed CD Komponen yang termasuk dalam tindakan ini adalah: a. Elektromotor mesin Hydraulic Plate Roll b. Elektromotor mesin Mata Bor c. Elektromotor mesin Hoisting Crane 2. Time Directed TD Komponen yang termasuk dalam tindakan ini adalah: a. Nozzle Ø 2,5mm b. Nozzle Ø 2mm c. Nozzle Ø 1,7mm d. Mata bor Universitas Sumatera Utara e. Konektor

5.2.3. Pengujian Pola Distribusi dan Reliability