Reliability Centered Maintenance RCM

b. Breakdown maintenance, yaitu suatu kegiatan perawatan yang pelaksanaannya menunggu sampai dengan peralatan tersebut rusak lalu dilakukan perbaikan. Cara ini dilakukan apabila efek kegagalan tidak bersifat signifikan terhadap operasi ataupun produksi.

3.2. Reliability Centered Maintenance RCM

RCM merupakan teknik yang pada awalnya dikembangkan oleh industri pesawat yang fokus terhadap pencegahan kegagalan yang dapat berakibat serius. RCM ditemukan pada akhir tahun 1960 ketika bagian pesawat memerlukan untuk kegiatan service. RCM adalah alat optimisasi perawatan yang mana memiliki peran untuk memberikan respon yang efektif terhadap permintaan industri dari peningkatan keefektifan kegiatan operasi dan perawatan. Analisis RCM adalah pendekatan evaluasi sistematis untuk memngembangkan atau mengoptimalkan kegiatan perawatan. RCM menggunakan pohon logika keputusan decision logic tree untuk mengidentifikasi kebutuhan atau peralatan yang termasuk ke dalam keselamatan dan akibat operasional dari tiap kegagalan dan penurunan mekanisme tanggungjawab terhadap kegagalan. Langkah-langkah dalam mengaplikasikan metode RCM adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi Proses analisis RCM sebaiknya dilakukan pada tingkat sistem bukan pada tingkat komponen. Dengan proses analisis pada tingkat sistem akan Universitas Sumatera Utara memberikan informasi yang lebih jelas mengenai fungsi dan kegagalan fungsi komponen terhadap sistem. Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran dan pengertian yang lebih mendalam mengenai sistem dan bagaimana sistem bekerja. Informasi-informasi yang dikumpulkan dapat melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan sejumlah buku referensi. 2. Pendefinisian Batasan Sistem Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan pembatasan sistem. Pendefinisian batasan sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya. 3. Deskripsi Sistem dan Blok Diagram Fungsi Dalam tahap ini ada tiga informasi yang harus dikembangkan yaitu deskripsi sistem, blok diagram fungsi, dan system work breakdown structure SWBS. a. Deskripsi sistem diperlukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalam sistem tersebut dan bagaimana komponen-komponen yang terdapat dalam sistem tersebut beroperasi. Sedangkan informasi fungsi peralatan dan cara sistem beroperasi dapat dipakai sebagai informasi untuk membuat dasar menentukan kegiatan pemeliharaan pencegahan. b. Blok diagram fungsi menggambarkan dengan jelas mengenai masukan, keluaran, dan interaksi antara sub-sub sistem tersebut. c. System work breakdown structure SWBS merupakan gambaran himpunan daftar peralatan untuk setiap bagian-bagian sub sistem. Sistem ini terdiri Universitas Sumatera Utara dari dua komponen utama, yaitu diagram dan kode dari subsistem komponen. 4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi Pada tahap ini lebih difokuskan pada kegagalan fungsi, biasanya kegagalan fungsi memiliki dua atau lebih kondisi yang menyebabkan kegagalan parsial, minor maupun mayor pada sistem. 5. FMEA Failure Mode and Effect Analysis FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruh- pengarunya terhadap kehandalan sistem tersebut. Namun pada masa sekarang ini telah ditemukan metode analisis yang lebih lengkap penjelasannya dibandingkan dengan FMEA, yaitu COFA Consequence of Failure Analysis yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. 6. Logic Tree Analysis LTA Pada tahap ini metode LTA yang digunakan adalah COFA Logic Tree. Penyusunan COFA Logic Tree merupakan proses kualitatif yang digunakan untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan oleh masing-masing mode kegagalan. Tujuan penyusunan COFA Logic Tree adalah untuk mengklasifikasikan mode kegagalan ke dalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritasnya. Ada tiga pertanyaan untuk menyusun COFA Logic Tree yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Evident, yaitu apakah operator mengetahui telah terjadi gangguan dalam sistem? b. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan? c. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin berhenti? d. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori, yakni: 1 Kategori A Safety problem, apabila kegagalan komponen mengakibatkan masalah keselamatan karyawan. 2 Kategori B Outage problem, apabila kegagalan komponen mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin berhenti. 3 Kategori C Economic problem, apabila kegagalan komponen mengakibatkan masalah ekonomi perusahaan. 4 Kategori D Hidden failure, apabila karyawan tidak mengetahui telah terjadinya kegagalan komponen dalam kondisi normal. Proses COFA Logic Tree dapat dilihat pada Gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. COFA Logic Tree 7. Pemilihan Kegiatan Pada tahap ini akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Ada beberapa kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan dalam pemilihan, yaitu: a. Condition Directed Tasks, yaitu kegiatan harus memungkinkan untuk mendeteksi kondisi kegagalan yang paling potensial. b. Time Based Tasks, yaitu kegiatan overhaul yang diidentifikasi berdasarkan umur komponen. c. Failure Finding Task, yaitu komponen harus diganti karena kegiatan operasi tidak berjalan dengan normal. Universitas Sumatera Utara

3.3. Consequence of Failure Analysis COFA