Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena kehidupan dalam masyarakat pada umumnya dijadikan sebagai inspirasi bagi para sastrawan untuk diwujudkan dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karya sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena kehidupan masyarakat sehingga hasil karya sastra itu tidak hanya dianggap sekadar cerita khayal pengarang semata, melainkan perwujudan dari kreativitas pengarang dalam menggali gagasannya. Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia imajinatif yang tidak jauh berbeda dengan kehidupan manusia sebenarnya. Dalam novel biasanya dimungkinkan adanya penyajian secara meluas tentang tempat atau ruang sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama Sayuti, 1997: 6-7. Kehadiran novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye benar-benar menyingkap garis kehidupan yang terjalin satu sama lain bagai bola raksasa takdir yang berputar sesuai hukum sebab-akibat. Novel ini sangat religius, berkisah tentang perjalanan pulang manusia ke asalnya. Sebuah kisah yang sangat filosofis, dalam maknanya, dan mampu menggugah hati nurani siapa saja untuk kembali menyadari makna kemanusiaan. Kisah- kisah cerita dalam novel ini dituturkan secara sederhana dan komunikatif tanpa kehilangan bobot kesastraannya. Cerita ini dikisahkan melalui sudut pandang orang ketiga serba tahu dan dirangkai dengan alur mundur atau flash back. 1 commit to users Sebuah novel diwujudkan atau dimanifestasikan dengan bahasa. Bahasa dalam karya sastra mempunyai peranan yang sangat penting sebagai media bagi pengarang untuk menyampaikan gagasannya. Tanpa bahasa maksud dan tujuan pengarang tidak mungkin dapat disampaikan dengan baik. Teeuw 1984:70 menyatakan bahwa bahasa sastra adalah “ bahasa yang dapat memengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya memikat pembacanya.” Pada umumnya orang beranggapan bahwa bahasa sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan dari bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Seorang pengarang dengan segala kreativitasnya mengekspresikan gagasannya menggunakan bahasa dan semua media yang ada dalam bahasa. Gaya berbahasa dan cara pandang pengarang satu dengan pengarang lainnya berbeda karena hal ini sudah menjadi bagian dari ciri khas seorang pengarang. Penggunaan gaya bahasa yang tepat akan memberikan efek keindahan pada sebuah karya sastra. Hal ini akan menarik perhatian masyarakat pembaca untuk memahami dan mengapresiasikan karya sastra itu. Bahasa yang mengandung penyimpangan akan memperindah pembentukan sebuah karya sastra. Hal ini akan menggugah pembaca untuk menafsirkan maksud yang disampaikan pengarang lewat karya sastranya. Pengarang melakukan penyimpangan kebahasaan, bukan semata- mata bertujuan ingin aneh melainkan dimaksudkan untuk memeroleh efek keindahan di samping juga ingin mengedepankan, mengaktualkan sesuatu yang dituturkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa sastra bersifat dinamis, terbuka terhadap adanya kemungkinan penyimpangan dan pembaharuan, namun juga tidak mengabaikan fungsi komunikatifnya. Akan tetapi penyimpangan bahasa sastra bukannya tak terbatas. Penyimpangan bahasa secara berlebihan akan berakibat pesan yang ingin disampaikan dalam karya sastra tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik. commit to users Gaya bahasa adalah cara atau teknik mengungkapkan pikiran atau perasaan dalam bentuk lisan atau tulisan dengan menggunakan bahasa kias sehingga memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang, menghasilkan suatu pengertian yang jelas, menarik bagi pembaca. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemajasan merupakan gaya bahasa yang sengaja mendayagunakan penuturan dengan memanfaatkan bahasa kias. Gaya Tere Liye yang khas muncul dalam pengisahan di novel ini. Pilihan katanya tepat. Dalam kalimat-kalimatnya sering ditemui pemanfaatan majas simile, personifikasi dan hiperbola. Selain itu dapat juga ditemukan majas paradoks. Berdasarkan pengamatan setelah membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu banyak kalimat- kalimat yang sulit ditafsirkan maknanya sehingga masyarakat pembaca merasa kesulitan untuk menangkap pesan yang disampaikan pengarang. Atas dasar itulah dilakukan telaah terhadap gaya bahasa khususnya pada tataran majas. Pada mulanya, karya sastra memang untuk dinikmati keindahannya, bukan untuk dipahami. Akan tetapi, mengingat bahwa karya sastra juga merupakan sebuah produk budaya, maka persoalannya menjadi lain. Karya sastra berkembang sesuai dengan proses kearifan zaman sehingga lama-kelamaan sastra pun berkembang fungsinya. Yang semula hanya sekadar menghibur, pada tahapan proses berikutnya karya sastra juga dituntut untuk dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi pembaca. Hal ini relevan dengan idiom sastra “Dulce et Utile” menyenangkan dan berguna. Penggunaan bentuk-bentuk kias dalam kesastraan merupakan bentuk penyimpangan dalam kebahasaan. Penggunaan bentuk bahasa kias haruslah tepat sehingga dapat memengaruhi pembaca agar dapat menginterpretasikan sesuatu yang dimaksud dengan asosiasi-asosiasi dan mendukung terciptanya suasana tertentu. Selain itu, penggunaan bentuk- bentuk ungkapan itu haruslah baru dan segar sehingga dapat memberikan kesan kemurnian, kesegaran, kadang-kadang bahkan mengejutkan, dan lebih efektif. commit to users Selain aspek estetika, karya sastra juga harus menampilkan aspek etika isi dengan mengungkap nilai-nilai moral, kepincangan-kepincangan sosial, dan problematika kehidupan manusia beserta kompleksnya persoalan-persoalan kemanusiaan. Karya sastra senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat. Ajaran moral itu sendiri bersifat tak terbatas, dapat mencakup persoalan hidup seperti, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam buku ini, Tere Liye berusaha menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam hidup. Di setiap bagian ceritanya selalu disisipi pemahaman mengapa suatu hal terjadi dan mengapa harus terjadi melalui sudut pandang yang berbeda. Tere Liye menawarkan cara menyikapi berbagai macam kegundahan hati atas pertanyaan tentang keadilan hidup, takdir, hubungan sebab-akibat dalam hidup, kehilangan, cobaan dan ujian dalam hidup, sehingga kita bisa menjadi lebih bijaksana. Buku ini memberi kesan yang sangat mendalam mengenai bagaimana seseorang harus menyikapi hidup dengan sederhana. Segalanya dalam hidup ini memiliki keterkaitan hukum sebab- akibat. Perbuatan baik atau pun buruk pasti ada akibatnya sekecil apa pun. Semua urusan sejatinya sederhana jika kita bisa memandang dari sisi yang benar. Hanya kadang keegoisan kita membuat sesuatu menjadi sangat rumit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu pada segi gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan. Alasan dipilih dari segi gaya bahasa karena setelah membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, peneliti menemukan banyak gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam commit to users menyampaikan setiap gagasannya sedangkan dari segi nilai-nilai pendidikan, peneliti menganggap bahwa novel ini memuat nilai religi, nilai moral, dan nilai sosial yang sangat tinggi dan berguna bagi masyarakat pembaca.

B. Identifikasi Masalah