Gaya Bahasa Pertautan Jenis-jenis Gaya Bahasa

c. Gaya Bahasa Pertautan

1 Metonimia Aminudin 1995: 421 berpendapat metonimia adalah pengganti kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi akibat terdapatnya ciri yang bersifat tetap. Sedangkan Keraf 2004: 142 berpendapat bahwa metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metonimia adalah pemahaman terhadap suatu benda dengan menggunakan nama yang sudah terkenal atau melekat pada suatu benda tersebut. 2 Sinekdoke Keraf 2004: 142 menyatakan bahwa “Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan pars pro toto atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian totem pro parte”. 3 Alusi Keraf 2004: 141 berpendapat alusi adalah gaya bahasa dengan referensi eksplisit atau implisit tentang tokoh, peritiwa tempat dalam kehidupan nyata. 4 Eufimisme Eufimisme adalah gaya bahasa dengan acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan untuk menggantikan acuan yang dirasakan menghina, menyinggung. Dengan penggunaan gaya bahasa ini diharapkan kalimat yang diujarkan tidak terasa tajam bagi yang menerima kalimat itu. Kata eufimisme atau eufimismus diturunkan dari kata Yunani euphemizein yang berarti “mempergunakan kata- kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Sebagai gaya bahasa, eufimisme adalah semacam acuan berupa ungkapan- ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan- acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan ssesuatu yang tidak menyenangkan Keraf, 2004: 132. 5 Eponim commit to users Keraf 2004: 141 mengemukakan eponim merupakan gaya bahasa dengan pemakaian nama seseorang yang dihubungkan berdasar sesuatu yang sudah melekat padanya. Nama yang disebut adalah figur yang terkenal di mata masyarakat. 6 Epitet Keraf 2004: 141 menyatakan bahwa “Epitet epiteta adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari sesesorang atau suatu hal”. Frasa yang digunakan adalah ungkapan yang sudah cukup dikenal oleh pembaca. 7 Antonomasia Keraf 2004: 142 berpendapat antonomasia adalah gaya bahasa berupa penyebutan gelar resmi atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Gelar resmi tersebut cukup dikenal masyarakat. 8 Erotesis Keraf 2004: 134 berpendapat erotesis adalah pertanyaan dengan tujuan mencapai efek mendalam dan tidak menghendaki jawaban. Gaya ini biasanya digunakan sebagai alat yang efektif oleh para orator. 9 Paralelisme Keraf 2004: 126 berpendapat paralelisme merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata atau frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kata-kata tersebut memiliki pengertian yang dekat. 10 Elipsis Keraf 2004:132 berpendapat elipsis adalah gaya yang menghilangkan unsur kalimat yang dapat dengan mudah ditafsirkan pembaca atau pendengar. Pemakaian gaya bahasa ini menghasilkan kalimat rumpang atau kalimat yang mengandung unsur yang sengaja disembunyikan. commit to users 11 Asindeton Keraf 2004: 131 berpendapat bahwa asindeton adalah gaya yang berupa acuan yang bersifat padat. Beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, melainkan hanya menggunakan koma. 12 Polisindeton Keraf 2004: 131 berpendapat bahwa polisindeton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan asidenton. Kata, frase, dan klausa yang berurutan dihubungkan dengan kata sambung.

d. Gaya Bahasa Perulangan