Gaya Bahasa Elipsis Gaya Bahasa Pleonasme Gaya Bahasa Perifrasis Gaya Bahasa Anafora Gaya Bahasa Paradoks

n. Gaya Bahasa Apostrof

1 Kau menjadi sebab seribu malaikat takjim mengucap salam ketika menjemput Diar di penghujung umurnya yang sayangnya masih amat muda. hal. 57 2 Di manakah malaikat-malaikat penolong? hal. 209 3 Menjelang malaikat maut datang, ibumu berbisik lirih tentang betapa malangnya hidupmu Ray. hal. 210 4 Tuhan justru sedang mengirimkan seribu malaikat untuk menjemput istrimu. hal. 316 5 Dewa bumi sungguh memberkahimu. hal. 350 6 Malam ini tatapan matanya membuat segenap malaikat bergegas bertanya. hal. 418

o. Gaya Bahasa Elipsis

1 Dalam hitungan menit piring itu tak tersisa. hal. 39 2 Sabit menghias angkasa. hal. 66 3 Menyaksikan tubuh lebam itu saja sudah menusuk, apalagi ditambah dengan sedu-sedannya. hal. 71 4 Mushalla dekat tower mengumandangkan takbir, memanggil orang-orang untuk kembali. hal. 190

p. Gaya Bahasa Pleonasme

1 Merapikan anak rambut yang menganggu ujung-ujung mata. hal. 100 2 Menyibak anak rambut. hal. 183 3 Persis satu bulan sepulang dari kremasi Vin, ketika kakinya menuruni anak tangga pertama pesawat yang baru membawanya kembali dari kunjungan ke tambang bersalju itu, tubuh kekar Ray jatuh terjerambab. hal. 402 digilib.uns.ac.id commit to users

q. Gaya Bahasa Perifrasis

1 Beberapa menit setelah percakapan tanpa kata-kata itu terjadi, Anggrek Putih dari Timur pelan menutup mata. hal. 399

r. Gaya Bahasa Anafora

1 Sibuk bertanya tentang Ayah-Bunda. Sibuk mengeluh. Sibuk protes. hal. 4 2 Menyimak anak-anak berseragam berangkat sekolah. Menyimak restoran fast food yang penuh dengan anak-anak muda seumurannya. Menyimak kehidupan anak-anak di panti asuhan lainnya. hal. 54 3 Tidak peduli seberapa baik atap gedung menahan hujan. Tidak peduli seberapa kokoh ember plastik melindunginya. Tidak peduli seberapa dalam rekahan tegel menutupinya. Kalau malam itu ditentukan basah maka basahlah dia. hal. 56 4 Berpuluh-puluh tahun dia mencari tahu siapa yang melakukan perbuatan bejat itu. Berpuluh-puluh tahun dia hanya bisa menduga-duga siapa eksekutor perbuatan terkutuk itu. Berpuluh-puluh tahun rasa penasaran menggumpal di kepalanya. hal. 194 5 Menatap sendu tanahMu, ya Tuhan. Menatap sendu tetes-tetes hujanMu. Menatap sendu langitMu. Mencari mukaMu yang katanya ada di mana-mana. hal. 418

s. Gaya Bahasa Paradoks

1 Namun sayang seribu kali sayang, ketika mala ini di ruang tengah Panti, di Istana, di jalanan kota dan di seluruh bumi buncah oleh suka cita, lihatlah kesedihan yang memancar di mata gadis kecil berumur enam tahun. hal. 3 2 Gadis kecil itu menatap kosong keramaian di hadapannya. hal. 4 commit to users 3 Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. hal. 5 4 Separuh malam terasa separuh abad. hal 51 5 Menatap kosong visualisasi kebahagiaan tiga orang dihadapannya. hal. 207 6 Menangis tanpa air mata. hal. 308 7 Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. hal. 424

t. Gaya Bahasa Epizeukis