Gaya Bahasa Ironi Gaya Bahasa Sarkasme

f. Gaya Bahasa Ironi

1 Mempunyai harta benda itu baik, miskin itu jelek. Benar-benar ukuran yang tidak hakiki. hal. 416 Kalimat tersebut merupakan kalimat yang memanfaatkan gaya bahasa ironi karena menyatakan sesuatu dengan maksud yang berlawanan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata- katanya Zaimar, 2002: 53. Kalimat tersebut lazim digunakan untuk memberi sindiran kepada orang yang pongah akan harta benda. Pesan yang terkandung pada kalimat di atas adalah jangan memandang suatu hal dari harta benda karena semua itu hanyalah titipan dari Tuhan yang sewaktu-waktu dapat diambil lagi.

g. Gaya Bahasa Sarkasme

1 Kak Amel, gadis tua tak laku-laku pengurus panti yang justru sedang sibuk mencatat, membagi kiriman parsel hari raya yang datang, jengkel diganggu, kemudian tidak sengaja membentak. hal. 5 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa sarkasme karena berupa sindiran yang menyatakan hinaan terhadap seseorang. Ejekan tersebut lebih kasar dari ironi. Apabila diujarkan akan menyakiti perasaan orang yang mendengarnya Keraf 2004: 143. Makna kalimat di atas adalah menyatakan celaan kepada seorang gadis yang sudah cukup umur untuk menikah tetapi belum menikah. 2 “Kau sembunyikan di mana semua bungkusan? Ayo jawab…Jawab anak bangsat” hal. 12 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa sarkasme. Hal ini nampak pada penggunaan kata bangsat yang dianggap bernilai kasar. Makna kalimat di atas adalah menyatakan commit to users ketidaksenangan pada seseorang yang mempunyai tingkah laku yang tidak baik. 3 “ Dasar anak pungut tidak tahu malu Kau sembunyikan di mana bungkusan-bungkusan itu? Kecil-kecil sudah jadi bajingan Persis seperti Ayah-Ibumu” hal. 12 Pemanfaatan gaya bahasa sarkasme nampak pada penggunaan kata anak pungut dan bajingan. Kedua kata tersebut mewakili kata bernilai kasar. Makna kalimat di atas adalah menyatakan ketidaksenangan pada seseorang yang mempunyai tingkah laku yang tidak baik, tidak mempunyai sopan santun dan aturan. 4 “Harusnya kubiarkan anak bangsat sepertimu tetap di jalanan” hal. 12 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa sarkasme. Hal ini nampak pada penggunaan kata bangsat yang dianggap bernilai kasar. Makna kalimat di atas adalah melukiskan seseorang yang geram atau tidak menyukai seseorang yang mempunyai tingkah laku yang tidak baik. 5 “Biarkan bangsat itu berbuka dengan air hujan Atau kau mau bersamanya di luar?” hal. 13 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa sarkasme. Penggunaan kata bangsat dalam kalimat di atas dianggap bernilai kasar. Kalimat di atas lazim digunakan untuk menghujat orang yang mempunyai perilaku yang tidak baik. 6 Dasar maling Rehan mendesis benci. hal. 15 Pemanfaatan gaya bahasa sarkasme nampak pada kalimat tersebut. Terbukti dengan pemilihan kata maling. Kata maling mempunyai nilai rasa yang lebih kasar daripada pencuri. Makna kalimat di atas adalah melukiskan kebencian seseorang terhadap orang lain yang ditunjukkan dengan umpatan yang bernilai kasar. commit to users 7 Penjaga panti itulah yang yang sesungguhnya bajingan, penipu, bangsat. hal. 15. Kalimat tersebut mengandung gaya bahasa sarkase, terbukti dengan adanya kata-kata yang mempunyai nilai rasa kasar yaitu bajingan, penipu, bangsat. Kalimat di atas lazim digunakan untuk menghujat orang yang menggunakan kebaikan sebagai topeng untuk menutupi kelicikan yang telah diperbuatnya. 8 Bekerja jadi jongos seperti ini. hal. 24 Kalimat tersebut mengandung gaya bahasa sarkasme, terbukti dengan adanya pemilihan kata jongos. Kata jongos dianggap nilai rasanya lebih kasar daripada kata pembantu. Makna kalimat di atas adalah menyatakan ketidaksenangan akan pekerjaan yang dilakukannya. 9 Teriakan anak bangsat. hal. 205 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa sarkasme. Hal ini nampak pada penggunaan kata bangsat yang dianggap bernilai kasar. Makna kalimat di atas adalah menyatakan kekesalan seseorang terhadap perilaku yang tidak baik. 10 “ itu untuk yang duduk di pojok gerbong. Bukan yang itu, bodoh” hal. 226 Pemanfaatan gaya bahasa sarkasme ampak pada kalimat tersebut karena terdapat kata bodoh yang dianggap bernilai kasar dan tidak perlu diucapkan. Kalimat di atas bermaksud untuk memberikan celaan kepada seseorang yang tidak dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan analisis makna gaya bahasa sarkasme di atas maka dapat dirumuskan bahwa pesan yang ingin disampaikan pengarang adalah jangan menggunakan umpatan-umpatan kotor untuk mencaci seseorang karena hal itu akan menimbulkan dendam bagi mereka yang tersakiti. Oleh karena itu, hati-hatilah saat berkata-kata agar tidak menyakiti perasaan orang lain. commit to users

h. Gaya Bahasa Sinisme