BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Pemanfaatan Gaya Bahasa Novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu Karya Tere Liye
Gaya bahasa yang unik dan cukup dominan dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah pemajasan. Majas dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu memberi daya hidup, memperindah, dan mengefektifkan pengungkapan gagasan. Majas dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu didominasi oleh Simile, disusul kemudian Metafora, Hiperbola, Personifikasi. Adapun pemajasan lain
yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu adalah Metonimia, Antitesis, Ironi, Sarkasme, Sinisme, Paralelisme, Pars pro
toto, Asindeton, Polisindeton, Apostrof, Elipsis, Pleonasme, Perifrasis, Anafora, Hipalase, Paradoks, dan Epizeukis.
a. Gaya Bahasa Personifikasi
1 Angin malam membelai rambut lembut, menyenangkan.
Menelisik, bernyanyi di sela-sela kuping. hal. 1 2
Tak apalah, malam ini lupakan soal tarif listrik yang mencekik. hal. 3
3 Tetes air itu terdiam sejenak di dagu. hal. 6
4 Angin malah bertiup semilir pelan, membuat anak rambut
bergoyang lembut. hal. 29 5
Hingga burung perkutut milik ruko di sebelahnya berisik bernyanyi. hal. 50
6 Yang dia tahu hatinya perlahan menuntun tangannya. hal. 84
7 Matahari senja menyambut jingga di ufuk barat. Cahayanya
yang lembut menyentuh ujung-ujung krei warung yang robek. hal. 139
40
commit to users
8 Deru kereta listrik melenguh, mengusir orang-orang yang suka
berjalan sembarangan di atas rel. hal. 165 9
Pemandangan itu menikam hatinya. hal. 206 10
Api sudah menjilat gorden kamar tidur. hal. 208 11
Apa hendak dikata, rembulan di langit terpaksa cemburu berhari-hari. hal. 241
12 Suara dengking oven yang bernyanyi. hal. 257
13 Membentuk tarian cahaya yang indah memesona. hal. 263
14 Mendadak waktu terasa berjalan lambat. hal. 268
15 Menatap lautan yang bernyanyi. hal. 278
16 Angin malam berhembus lembut. Menelisik anak-anak rambut,
sela-sela kuping, bernyanyi. hal. 294 17
Kumbang hitam beterbangan, menari duka. hal. 311 18
Kunang-kunang, satu-dua mulai beterbangan. Menarikan formasi indah. hal. 314
19 Angin pantai membelai rambut. hal. 346
20 Kunang-kunang terbang memenuhi langit-langit perkuburan.
Menari. hal. 396 21
Langit semakin buas menurunkan amarahnya. hal. 421
b. Gaya Bahasa Metafora
1 Rumah itu bercahaya lazimnya sebuah rumah yang sedang
menyambut hari raya. hal. 3 2
Mereka tunggang-langgang di koridor. Lantas mematung, seolah-olah tidak terjadi apapun di kamar masing-masing. hal.
13 3
Asa-asa menggantung di langit-langit. hal. 53 4
Kau mabuk oleh keberuntungan yang datang kembali. hal. 63 5
Hati yang hitam itu pelan mulai mengelupas. hal. 66 6
Diar mencungkil gembok besar hatinya. hal. 68
commit to users
7 Amat deras…. Membasahi dinding-dinding hati yang bebal.
hal. 71 8
Wajah yang bercahaya amat indah. hal. 84 9
Menyimak rembulan menyabit di langit. hal. 118 10
Menebalkan kuping. hal. 125 11
Maka terjadilah tarian penganiayaan yang menyedihkan itu. hal. 132
12 Sungguh tidak ada yang bisa menjahit luka-luka di hati Ray
sekarang. hal. 133 13
Ya, Natan kehilangan suara emasnya. hal. 144 14
Hingga malam gerbong-gerbong besi itu tetap membatu. hal. 148
15 Segelap hati Ray sekarang. hal. 163
16 Plee profesional, jangan samakan dia dengan maling kelas coro
lainnya. hal. 174 17
Gurat petir di langit membentuk akar-akar serabut. hal. 181 18
Kenangan masa lalu yang buncah memenuhi kepalanya membuat Plee malah mematung di samping ranjang. hal. 198
19 Ray mematung, kepalanya masih dipenuhi berbagai pertanyaan.
hal. 201 20
Pasien itu membeku oleh kesadaran yang mendadak ditanamkan di kepalanya. hal. 203
21 Sekecil itu menjadi mutiara elok dalam keluarga. hal. 206
22 Malam semakin matang. hal. 207
23 Tubuh suaminya langsung “dipeluk” oleh nyala api tinggi-
tinggi. hal. 208 24
Kesedihan menggantung di bara api. hal. 214 25
Dan Ray yang berdiri hendak protes membeku seketika. hal. 226
26 Masih sibuk mencuri-curi pandang separuh wajah rembulan itu.
hal. 230
commit to users
27 Seluruh kota sedang berhias. hal. 239
28 Semuanya sudah sejelas ayam putih terbang tinggi di bawah
terik matahari. hal. 269 29
Tapi malam itu, titik kecil itu bercahaya indah, titik kecil yang berjanji merengkuh janji kehidupan berikutnya. hal. 276
30 Dia ingin mendekap istrinya saat istrinya tahu untuk pertama
kalinya kalau mereka baru saja kehilangan permata mereka. hal. 308
31 Mengiris hati siapa saja yang melihatnya. hal. 309
32 Bersisihan dengan dua permata mereka yang tanpa nisan. hal.
311 33
Semburat merah memenuhi pemakaman yang letaknya hanya sepelemparan batu dari pantai. hal. 312
34 Aku yakin kau bisa merubah seribu rembulan menjadi energi
hebat tak terkirakan. hal. 326 35
Malam beranjak matang saat dua bulan yang lalu Ray memutuskan sudah saatnya mengambil seribu rembulan itu.
hal. 327 36
Ray benar-benar membatukan diri dalam pekerjaan. hal. 333 37
Pesta ulang tahun sekaligus tahun emas pernikahan Koh Cheu sudah dimulai satu jam yang lalu. hal. 349
38 “Sayang, sayang sekali. Gadis yang malang…. Bunga anggrek
yang mekar di waktu dan tempat yang salah. hal. 361 39
Sayang bunga anggrek itu harus layu dari batangnya. hal. 362 40
Hati itu memang sudah lama membatu. hal. 376 41
Patung pualam suci itu menatap lenggang jalanan. hal. 397
commit to users
c. Gaya Bahasa Hiperbola