Simpulan SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap objek kajian dengan mencermati pemanfaatan gaya bahasa, pencarian makna gaya bahasa, dan pengidentifikasian nilai-nilai pendidikan pada novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye didominasi oleh simile karena kalimat- kalimatnya banyak ditemukan penggunaan kata tugas seperti, bagai, dan bak. Pengarang cenderung dominan menggunakan gaya bahasa simile karena melalui gaya bahasa ini nilai-nilai pendidikan yang ingin disampaikan akan mudah dipahami oleh pembaca. Adapun pemajasan lain yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah metafora, hiperbola, personifikasi, metonimia, antitesis, ironi, sarkasme, sinisme, paralelisme, pars pro toto, asindeton, polisindeton, apostrof, elipsis, pleonasme, perifrasis, anafora, hipalase, paradoks, dan epizeukis. Gaya bahasa tersebut digunakan untuk menciptakan keindahan dan berkaitan dengan makna totalitas novel. 2. Pemaknaan gaya bahasa dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Pemaknaan pada gaya bahasa ditujukan untuk membantu pembaca dalam menafsirkan nilai-nilai pendidikan yang diungkapkan pengarang dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Mendadak waktu terasa berjalan lambat, kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa personifikasi, berdasarkan konteksnya menunjuk pada makna waktu yang terasa sangat lama. Penjaga panti semakin marah, jengkel karena bagai memarahi bongkol pisang yang diam seribu bahasa, kalimat tersebut memanfaatkan gaya bahasa simile. Menurut konteksnya bermakna kejengkelan penjaga panti saat memarahi Ray yang hanya berdiam diri dan tidak menghiraukan apa yang 136 commit to users dikatakannya. Kering atau basah nasib sebutir gandum itu sudah ditentukan, kalimat tersebut memanfaatkan gaya bahasa antitesis, maknanya adalah takdir seseorang itu sudah ditentukan. 3. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah nilai religius, nilai moral, dan nilai sosial. a. Nilai-nilai religius Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu dapat dikatakan sebagai novel yang bergenre religi. Jalan cerita dalam novel ini mengajarkan kita bagaimana cara beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,mengakui kebesaran-Nya yang diungkapkan dengan gaya bahasa antithesis; bagaimana cara bersyukur, diungkapkan pengarang dengan gaya bahasa paradoks dan satire; bagaimana senantiasa ikhlas dalam melakukan segala perbuatan tanpa mengharap imbalan diungkapkan pengarang dengan gaya bahasa anafora dan paradoks; mengembangkan sikap jujur yang diungkapkan pengarang melalui gaya bahasa apostrof; dan tidak kalah pentingnya pengarang memanfaatkan gaya bahasa satire untuk mengajarkan kita agar bijak dalam menghadapi kenyataan hidup. b. Nilai-nilai moral Pesan moral yang disampaikan Tere Liye lewat novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah bersedia memaafkan kesalahan orang lain, berusaha untuk menjadi contoh baik bagi orang lain, selalu berpikir positif terhadap suatu hal, mampu berjiwa besar, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup, tidak melihat suatu permasalahan dari hal yang kasat mata saja, sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin dapat dicapai dengan tekad yang kuat dan bekerja keras. Pengarang menggunakan gaya bahasa anafora, ironi, dan satire mewakili gagasannya untuk menghadirkan nilai-nilai moral dalam karyanya. commit to users c. Nilai-nilai sosial Nilai sosial yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah mengajarkan kita agar selalu menghargai ikatan persaudaraan. Persaudaraan yang kental dalam novel ini digambarkan melalui kutipan “Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara”. Selain itu nilai sosial yang diusung novel ini adalah mengajarkan kita untuk selalu berbaik sangka terhadap suatu hal agar terhindar dari perbuatan tercela. Tidak kalah pentingnya, novel ini juga mengajarkan kita untuk melestarikan silaturahmi terhadap sesama umat, menghargai dan menghormati pendapat orang lain, saling mengasihi antar sesama, menjaga kesetiakawanan, dan memberikan pandangan mengenai figur pemimpin yang baik. Pengungkapan nilai-nilai sosial ini didominasi oleh pemanfaatan gaya bahasa anafora.

B. Implikasi