pembanding bagai. Dalam konteks ini bisik-bisik menyebar dianggap sama dengan desis ular, karena cepat menjalar dan
terdengar di mana-mana. Berdasarkan konteksnya makna kalimat di atas adalah Ray menjadi bahan pembicaraan banyak
orang. 60
Bagai pohon yang pangkal batangnya dimakan ngengat, akar- akarnya dikunyah ulat, tubuh Ray jatuh terguling. hal. 402
Pemanfaatan gaya bahasa simile nampak pada kalimat tersebut karena membandingkan dua hal secara eksplisit atau
menyatakan sesuatu sama dengan hal laindengan menggunakan kata pembanding bagai. Dalam konteks ini tubuh Ray yang
rapuh diibaratkan dengan pohon yang telah dimakan ngengat dan ulat. Makna kalimat di atas adalah Ray jatuh terguling dan
tidak berdaya. 61
Dia sudah tersungkur bagai sehelai kapas di jalanan basah. hal. 421
Pemanfaatan gaya bahasa simile nampak pada kalimat tersebut karena membandingkan dua hal secara eksplisit atau
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain dengan menggunakan kata pembanding bagai. Dalam konteks ini Ketidakberdayaan
Ray diibaratkan denagan sehelai kapas yang ringan dan tak bertenaga. Makna kalimat di atas adalah dia tersungkur lemas di
jalanan basah.
j. Gaya Bahasa Paralelisme
1 Hujan deras. Kilat. Guntur. hal. 216
Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa paralelisme karena berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama Keraf, 2004: 126. Dalam konteks tersebut kata kilat dan
guntur sejajar dengan kata hujan, karena kilat dan guntur adalah hal-hal yang ada dan menyertai turunnya hujan. Berdasarkan
commit to users
konteksnya makna kalimat di atas adalah terjadi hujan deras disertai dengan kilat dan guntur.
2 Orang-orang berdemo membela Plee. Spanduk dipasangkan.
Poster-poster dibentangkan. Yel-yel diteriakkan. hal. 220 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa paralelisme karena
berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang
sama Keraf, 2004: 126. Dalam konteks ini kata berdemo disejajarkan dengan kata spanduk, poster, dan yel-yel karena
apabila kita melihat demo maka di sana akan nampak spanduk dan poster yang dipasang, selain itu juga terdengar teriakan yel-
yel. Dengan kata lain spanduk, poster, dan yel-yel adalah perlengkapan yang sering dipersiapkan orang saat akan
menggelar aksi demo. 3
Rambutnya panjang, hitam, legam. hal. 227 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa paralelisme karena
berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang
sama Keraf, 2004: 126. Kata panjang, hitam legam lazim digunakan untuk melukiskan rambut yang indah. Dengan
demikian benar adanya apabila rambut panjang disejajarkan dengan kata hitam legam. Makna kalimat di atas adalah
pengarang melukiskan rambut yang indah dengan rambut panjang, hitam legam.
4 Dia tipikal pemimpin yang tidak banyak bicara, tidak banyak
menyerah, ringan tangan membantu, meski keras, disiplin, dan terkesan misterius. hal. 234
Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa paralelisme karena berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama Keraf, 2004: 126. Kata tidak banyak bicara, tidak
banyak menyerah, ringan tangan membantu, meski keras,
commit to users
disiplin, dan terkesan misterius lazim digunakan untuk menggambarkan figur pemimpin yang pantas menjadi teladan.
5 Paling hanya bersenandung, bernyanyi, atau bermain gitar.
hal. 237 Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa paralelisme karena
berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang
sama Keraf, 2004: 126. Kata bersenandung disejajarkan dengan kata bernyanyi dan bermain gitar karena ketiga kata
tersebut mempunyai kesejajaran makna yaitu sama-sama melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kesenian.
k. Gaya Bahasa Pars pro toto