Berdasarkan  data  pada  tabel  5.9  ,  dapat  dilihat  distribusi  responden  tentang  landasan hukum kebijakan larangan impor pakaian bekas yaitu 19 responden atau 47  pedagang kurang
mengetahui, 11 responden atau 28  pedagang tidak mengetahui, dan 10 responden atau 25 pedagang
yang mengetahui
landasan hukum
kebijakan larangan
impor pakaian
bekas.Berdasarkan  pengamatan  peneliti,  kebijakan  larangan  impor  pakaian  bekas  bukanlah produk  kebijakan  baru  pemerintah.  Sejak  35  tahun  lalu  pemerintah  telah  melarang  kehadiran
impor  pakaian  bekas.  Melalui  Peraturan  KEMPERINDAG  RI  2301977  yang  direvisi  dalam Peraturan  KEMPERINDAG  RI  6422002  tentang  tata  niaga  melarang  impor  barang  gombal
baru.  Peraturan  ini  seperti  dilupakan  akibat  melesunya  kondisi  perekonomian  nasional  pasca krisis  1998.  Pengawasan  perdangangan  mulai  mengendur,  sementara  tuntutan  kebutuhan
masyarakat  atas  barang-barang  murah  semakin  besar.  Disinilah  awal  masuknya  produk-produk ilegal termasuk pakain bekas impor.
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Kebijakan Larangan Impor Pakaian Bekas
No. Kategori
Frekuensi Persentase
1. Mengetahui
12 30
2. Kurang mengetahui
15 37
3. Tidak mengetahui
13 33
Jumlah 40
100
Sumber : Data kuisoner 2016 Berdasarkan  data  pada  tabel  5.10  ,  dapat  dilihat  distribusi  responden  tentang  sosialisasi
kebijakan  larangan  impor  pakaian  bekas,  yaitu  :  15  responden  37  menjawab  kurang mengetahui,  13  responden  33  menjawab  tidak  mengetahui,  dan  12  responden  30
Universitas Sumatera Utara
menjawab    mengetahui.Berdasarkan  pengamatan  peneliti,  sosialisasi  kebijakan  larangan  impor pakaian bekas hanya dinformasikan melalui media cetak ataupun surat edaran pemerintah kepada
instansi  terkait  sehingga  sosialisasi  kebijakan  larangan  impor  pakaian  bekas  tidak  berjalan dengan maksimal.
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Kebijakan Larangan Impor Pakaian Bekas
di Pasar Melati No.
Kategori Frekuensi
Persentase 1.
Mengetahui 2.
Kurang mengetahui 13
33 3.
Tidak mengetahui 27
67 Jumlah
40 100
Sumber : Data kuisoner 2016 Berdasarkan  data  pada  tabel  5.11  ,  dapat  dilihat  distribusi  responden  tentang  sosialisasi
kebijakan larangan impor pakaian bekas di Pasar Melati, yaitu : 27 responden 67 menjawab tidak  pernah,  13  responden  33  menjawab  tidak  tahu.Berdasarkan  pengamatan  peneliti,
pemerintah melalui instansi terkait harus turun ke Pasar Melati yang merupakan pusat dagangan impor  pakaian  bekas  untuk  memberikan  sosialisasi  kebijakan  larangan  impor  pakaian  bekas
kepada  masyarakat  pedagang  pakaian  bekas  sehingga  masyarakat  memahami  akan  hasil kebijakan tersebut.
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh  Kebijakan Larangan Impor Pakaian Bekas
No. Kategori
Frekuensi Persentase
Universitas Sumatera Utara
1. Mengetahui
40 100
2. Kurang mengetahui
3. Tidak mengetahui
Jumlah 40
100 Sumber : Data kuisoner 2016
Berdasarkan  data  pada  tabel  5.12  ,  dapat  dilihat  distribusi  responden  tentang  pengaruh kebijakan  larangan  impor  pakaian  bekas  seluruh  responden  menjawab  ya.  Berdasarkan
pengamatan peneliti ,hal ini menunjukkan,kebijakan larangan impor pakaian bekas berpengaruh kepada  pedagang  pakaian  bekas.  Bisnis  perdagangan  pakaian  bekas  ini  telah  menjadi  mata
pencaharian  untuk  beberapa  kelompok  orang,  mulai  dari  tukang  pikul,  penjaga  toko,  hingga pemilik  kios.  Perputaran  usaha  yang  terjadi  justru  mampu  mengangkat  problematika  ekonomi
lokal tanpa harus menunggu campur tangan pemerintah. Kedua, monza ini bisa menjadi pelumas ekonomi  lokal  karena  operasionalisasi  kawasan  ini  mampu  menggerakkan  roda  ekonomi
kota Medan.  Pemerintah  daerah  bisa  mendapatkan  pendapatan  melalui  retribusi  yang  pada gilirannya dapat digunakan untuk membangun daerah.
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Aktivitas  Kebijakan Larangan Impor
Pakaian Bekas di Pasar Melati No.
Kategori Frekuensi
Persentase
Universitas Sumatera Utara
1. Mengetahui