commit to user 7
Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti 2002 dan Mustafa 2004 dapat diketahui bahwa sistem kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha besar
dengan pengusaha kecil atau antara perusahaan inti dengan petani plasma di Indonesia berada di wilayah pertumbuhan growth atau tergolong sedang.
Artinya pengaruh faktor kekuatan tidak terlalu mendominasi faktor internal dalam sistem kemitraan. Begitupun faktor peluang juga tidak terlalu
mendominasi faktor eksternal dalam sistem kemitraan. Faktor internal dalam sistem kemitraan berkaitan dengan faktor tenaga kerja, produktivitas,
pendapatan, ketrampilan dan kemampuan teknis, permodalan, pengalaman pasar, kontinuitas bahan baku, teknologi, lahan produksi dan kebijakan
kerjasama kedua belah pihak yang bermitra. Faktor eksternal kemitraan berkaitan dengan prospek pengembangan usaha, fluktuasi permintaan,
fluktuasi harga sarana penunjang produksi, sumber daya alam, pesaing, dan peluang peningkatan diversifikasi usaha.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian, Konsep dan Landasan Kemitraan
Kemitraan menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1995 merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha
besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling
memperkuat, dan
saling menguntungkan
Semangun dkk, 1999. Tujuan kemitraan seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah
nomor 44 tahun 1997 adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kulitas sumber daya kelompok
mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri Soemardjo et al., 2004.
commit to user 8
Disebutkan oleh Soemardjo et al 2004, berbagai pola kemitraan agribisnis sebagai berikut:
a. Pola kemitraan inti-plasma Merupakan hubungan antara petanipetanimitra, kelompok mitra
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis,
manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan
inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. b. Pola kemitraan subkontrak
Merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. c. Pola kemitraan dagang umum
Merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok
usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut.
d. Pola kemitraan keagenan Merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra
dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra perusahaan besar memberikan hak khusus kepada kelompok
mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh
pengusaha kecil
mitra. Perusahaan
besarmenengah bertanggungjawab atas mutu dan volume produk barang atau jasa,
sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan
tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
commit to user 9
e. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis KOA Merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra
dan perusahaan mitra dengan kata lain kemitraan usaha harus utuh dalam kemitraan agribisnis yang produktif, efisien, dan berkelanjutan.
Pola tersebut adalah: 1. Saling membutuhkan dalam arti perusahan mitra memerlukan
pasokan bahan baku dari petani uintuk keperluan usahanya. 2. Saling menguntungkan dalam arti petani dan perusahaan mitra
memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih dibanding apabila masing-masing pihak melakukan kegitan secara sendiri-diri.
3. Saling memperkuat dalam arti petani dan perusahaan dapat melanjutkan usaha secara bersama lebih efektif, efisien dan dalam
suatu skala usaha yang ekonomi. 4. Kesatuan usaha ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, dalam
arti antara inti dan plasma perlu menjamin kerjasama yang utuh dan berkelanjutan melalui sistem agribinsis dan agroindustri.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perusahan inti atau mitra usaha antara lain :
1. Penetapan harga petani yang lebih transparan 2. Perusahaan inti yang telah ditunjuk dituntut untuk lebih professional.
3. Kondisi tanaman dan produktifitas yang semakin menurun perlu mendapat perhatian bersama antara perusahaan inti dan kelompok tani.
4. Perlu diambil langkah-langkah adanya pemilikan bersama pada upah yang ada untuk dapat memberikan kesempatan petani memperoleh dari
Off-farm Semangun dkk, 1999. Kemitraan dapat dilakukan dengan pertimbangan asas kemitraan
mengacu pada perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling
memperkuat. Saling membutuhkan berarti pengusaha memerlukan pasokan bahan baku dan petani memerlukan penampungan hasil dan
bimbingan. Saling menguntungkan berarti petani ataupun pengusaha
commit to user 10
memperoleh peningkatan pendapatan disamping adanya kesinambungan usaha. Saling memperkuat berarti petani dan pengusaha sama-sama
melaksanakan etika bisnis, sama-sama mempunyai hak, dan saling membina
sehingga memperkuat
kesinambungan bermitra
Martodireso dan Widada, 2002. Masalah yang sering muncul bagi petani sebagai mitra disebabkan
ketrampilan baik dalam desain produk maupun teknik produksi yang masih relatif masih rendah, kemampuan manajemen yang masih rendah,
pemasaraan hasil produksi yang masih rendah, penyediaan bahan baku yang masih kecil, kurangnya modal, produktivitas masih rendah.
Perusahaan inti yang bermitra juga sering menghadapi kendala perusahaan harus menjamin pasar dan harus menyediakan bahan baku untuk
memenuhi permintaan pasar. Maka dari itu diperlukan kemitraan Purwaningsih, 2007.
Permasalahan yang dapat timbul dalam kemitraan antara petani dan perusahaan adalah apabila terjadi pada saat satu pihak merasa
diperlakukan tidak adil dan dirugikan. Ketidakadilan ini kadang-kadang tidak tampak, karena struktur masyarakat yang membuat petani selalu
berada pada pihak yang lemah. Misalnya karena petani modalnya kecil maka bagian keuntungannya juga kecil, dan karena perusahaan modal
yang dikeluarkan untuk kemitraan ini besar maka keuntungan yang diperoleh juga harus besar Purwaningsih, 2007.
Permasalahan lain yaitu pihak petani plasma yang telah terikat kontrak atau kesepakatan dengan pihak perusahaan inti seringkali menjual hasil
usahatani secara diam-diam manakala harga diluar lebih tinggi dibandingkan harga hasil kesepakatan. Kondisi ini berakibat pada biasnya
pelaksanaan sistem
kemitraan yang
semula berprinsip
saling menguntungkan dan saling membutuhkan Hafsah, 1999.
commit to user 11
2. Jagung Hibrida