ANALISIS KEMITRAAN DALAM PEMBENIHAN JAGUNG HIBRIDA PADA PT BISI INTERNATIONAL Tbk DI KABUPATEN KEDIRI

(1)

commit to user

i

ANALISISKEMITRAAN DALAM PEMBENIHAN JAGUNG HIBRIDA

PADA PT BISI INTERNATIONAL Tbk DI KABUPATEN KEDIRI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana

Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh:

EKA KARTIKA NURYANA DEWI H1306009

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

ANALISISKEMITRAAN DALAM PEMBENIHAN JAGUNG HIBRIDA

PADA PT BISI INTERNATIONAL Tbk DI KABUPATEN KEDIRI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Eka Kartika Nuryana Dewi

H 1306009

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 22 Oktober 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Ketua

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si NIP. 196710121993021001

Anggota I

Nuning Setyowati, SP. MSc NIP. 198203252005012001

Anggota II

Ir. Agustono. MSi NIP. 196408011990031004

Surakarta, Oktober 2010 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kita segalaragam keindahan ciptaan-Nya, meniupkan kesejukan dalam naungan hidup serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis dan selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP selaku selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian /Agrobisnis.

4. Bapak Dr. Ir. Mohd Harisudin, MSi selaku dosen Pembimbing Utama Skripsi atas segala bimbingan, keramahtamahan, nasehat, dan dukungannya baik dalam penyusunan skripsi maupun diluar masalah akademis.

5. Ibu Nuning Setyowati, SP. MSc selaku dosen Pembimbing Pendamping Skripsi atas segala bimbingan, keramahtamahan, nasehat, dan dukungannya baik dalam penyusunan skripsi maupun diluar masalah akademis.

6. Bapak Almarhum Ir. Ropingi, MSi selaku dosen Pembimbing Akademik atas masukan, nasehat serta bimbingannya selama penulis menuntut ilmu di fakultas pertanian.

7. PT Bisi International Tbk terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk bisa melaksanakan penelitian disana dan belajar banyak hal.


(4)

commit to user

iv

8. Ibuku yang telah ikhlas membiarkan aku meringkuk di dalam rahimnya dan dengan selemah-lemahnya meneteskan darah dan mencucurkan air mata kebahagiaan melahirkan aku yang tidak akan dapat membalas kasih sayangnya. Ibuku yang telah menyenandungkan do’a-do’a dan harapan dalam sujudnya. Terima kasih atas segalanya yang kau berikan kepada ku.

9. Bapak yang selalu menemaniku dan mengantarkan aku selama penelitian, selalu menunggu ku dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas segalanya kau berikan kepada ku.

10.Adik-adikku : Insan, Dita dan Dani’ makasih atas semangat dan do’anya. Makasih atas candaannya yang selalu membuat aku tersenyum.

11.Mas Bintar terimakasih atas do’a, dukungan dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ku.

12.Buat temen-temen Puspeta: Diah, Qori, Dian, Tunjung, Kakak Emi, Huda, Agung, Reza, Tejo, Joseph terima kasih atas do’a dan dukungan kalian selama ini dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini serta canda tawa yang hangat dan menyenangkan.

13.Untuk teman-teman Non Reguler 2006 terima kasih atas do’a, dukungan, semangat serta canda tawa selama ini.

‘Tak ada gading yang tak retak’ dan penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini pastilah tidak sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan masukan yang konstruktif. Sebagai penutup semoga laporan skripsi ini tetap dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Oktober 2010


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

B. Tinjauan Pustaka ... 7

1.Pengertian, Konsep dan Landasan Kemitraan ... 7

2.Jagung Hibrida ... 11

3.Penangkaran Benih Jagung Hibrida ... 17

4.Rumusan Strategi ... 18

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 21

D. Asumsi ... 24

E. Pembatasan Masalah ... 24

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode Dasar Penelitian ... 25

B. Metode Penentuan Lokasi ... 25

1.Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 25

2.Metode Penentuan Sampel ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 29

D. Metode Pengumpulan Data ... 30


(6)

commit to user

vi

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 32

A. Profil PT Bisi International Tbk ... 32

B. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

1.Keadaan Geografi dan Administrasi ... 34

2.Topografi Wilayah ... 34

3.Luas Penggunaan Lahan ... 34

4.Keadaan Pertanian ... 36

5.Keadaan Sosial Kependudukan dan Tenaga Kerja ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Alasan Keikutsertaan Petani Responden Dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk ... 46

1.Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia ... 43

2.Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan yang Ditempuh ... 44

3.Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 44

B. Kondisi Sistem Kemitraan ... 45

1. Mekanisme Pelaksanaan Sistem Kemitraan ... 45

2. Jenis Sistem Kemitraan ... 46

C. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 49

1.Identifikasi Faktor Internal Kekuatan ... 50

2.Identifikasi Faktor Internal Kelemahan ... 54

3.Identifikasi Faktor Eksternal Peluang ... 56

4.Identifikasi Faktor Eksternal Ancaman ... 58

D. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 62

E. Analisis Penentuan Posisi dan Strategi Sistem Kemitraan ... 65

F. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(7)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.Tercacat bahwa46,7juta kepala keluarga dari 230 juta orang penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani (Deptan, 2009). Hal ini disebabkan keadaan alam Indonesia yang cocok ditanami berbagai macam tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura, sehingga wajar jika sektor pertanian merupakan salah satu sumber penting penciptaan kerja atau pendapatan bagi sebagian besar penduduk yang tinggal di pedesaan.

Salah satu komoditas palawija yang memiliki peranan yang penting di Indonesia adalah jagung, karena merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai nutrisi jagung tidak jauh berbeda dengan beras dan dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok.

Tabel 1. Komposisi Gizi Beras Putih dan Jagung Per 100 Gram

Komposisi gizi Beras putih Jagung

Energi (kkal) 360 355

Protein (g) 6,8 9,2

Lemak (g) 0,7 3,9

Karbohidrat (g) 78,9 73,7

Kalsium (mg) 6 10

Fosfor (mg) 140 256

Besi (mg) 0,8 2,4

Vitamin A (SI) 0 510

Vitamin B1 (mg) 0,12 0,38

Vitamin C (mg) 0 0

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009 Sentra produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa, yaitu sekitar 65%, sedangkan di luar Jawa hanya sekitar 35%. Kebutuhan jagung di Indonesia pada tahun 2009 cukup besar yaitu 18 juta ton pipilan kering. Adapunkonsumsi jagung untuk industri pakan ternak sebesar 10 juta ton. Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung (Deptan, 2009).


(8)

commit to user

2

Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah terlihat dari angka tetap tahun (ATAP) 2009 sebesar 17,63 juta ton pipilan kering, sedangkan kebutuhan konsumen cenderung terus meningkat terlihat dari data Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2009 sebesar 18 juta ton pipilan kering. Menurut Purwono dan Rudi Hartono (2006), produksi jagung nasional belum mampu mengimbangi permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri pakan dan pangan. Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain seperti teknologi, kesiapan dan ketrampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil.

Peluang peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui perluasan areal pertanaman dan peningkatan produktivitas. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah perlu dilakukan perbaikan atau perakitan varietas unggul. Perbaikan varietas tanaman jagung dapat ditempuh melalui program pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk membentuk kultivar unggul, baik kultivar bersari bebas maupun kultivar hibrida. Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari varietas jagung bersari bebas. Secara umum, varietas hibrida lebih seragam dan mampu berproduksi lebih tinggi 15–20% dari varietas bersari bebas (Morris, 1995).

Pembenihan jagung hibrida merupakan salah satu solusi dalam peningkatan produktivitas jagung. Benih jagung hibrida berpotensi memiliki daya hasil tinggi, umumnya lebih tahan terhadap hama penyakit, lebih tanggap

terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam (Iriany dan Takdir, 2007).

PT Bisi International Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang agribisnis dalam pembenihan jagung hibrida. PT Bisi International Tbk dalam membenihkan jagung hibrida menjalin sebuah kerjasama dengan petani jagung hibrida karena perusahaan


(9)

commit to user

3

membutuhkan lahan yang luas dan jaminan atas pasokan bahan baku secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan.

Tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan sistem kemitraan yaitu untuk meringankan beban perusahaan memperoleh jaminan suplai bahan baku secara kontinyu yang berkualitas yang telah ditetapkan perusahaan. Hal-hal tersebut diatas melatarbelakangi pemilihan PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha sebagai obyek penelitian dan kemitraan sebagai pembahasan utama.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang muncul pada petani yang berusahatani jagung hibrida yaitu kualitas jagung hibrida harus memenuhi kiteria yang ditentukan oleh perusahaan dan harga yang berfluktuatif. Permasalah ini menjadikan posisi petani selalu terjepit di antara bagian yang sama-sama punya kekuatan besar dengan permodalan yang besar dan kapasitas usaha yang relatif besar (Palungkun, 1995).

Sistem kemitraan kemudian muncul sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah di atas. Kemitraan menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1995 merupakan suatu kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan tujuan meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al, 2004).

PT Bisi International Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis yaitu menyediakan benih jagung hibrida yang menyelenggarakan kegiatan sistem kemitraan. Dalam hal ini, perusahaan memberikan sarana produksi pertanian seperti benih jagung hibrida, pestisida, pupuk dan transportasi serta memasarkan hasil usaha jagung hibrida, sehingga masalah yang muncul adalah bahwa petani harus menanggung sendiri biaya-biaya peralatan dan perawatan tanaman. Selain itu petani juga harus


(10)

commit to user

4

menanggung resiko apabila mutu benih jagung tidak memenuhi standar mutu yang diinginkan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan harus menanggung resiko kerugian atas pembelian seluruh produk dari petani yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan.

Permasalahan lain yang muncul adalah adanya bias pemahaman antara apa yang diinginkan perusahaan dengan apa yang diterima oleh petani mitra. Hal ini menjelaskan bahwa kemitraan tidak selamanya memberi keuntungan yang seimbang bagi kedua belah pihak.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah alasan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk?

2. Bagaimanakah kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri? 3. Strategi alternatif apakah yang tepat dikembangkan dalam sistem

kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi alasan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk.

2. Mengidentifikasi kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri.

3. Merumuskan alternatif strategi yang tepat dikembangkan dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri.


(11)

commit to user

5

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana menambah pengetahuan dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi para petani mitra usaha PT Bisi International Tbk, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sistem kemitraan sebagai pertimbangan keikutsertaan petani dikemudian hari dalam sistem kemitraan.

3. Bagi PT Bisi International Tbk, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan sekaligus informasi dalam rangka perbaikan maupun peningkatan kualitas pelaksanaan sistem kemitraan dikemudian hari. 4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana


(12)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti (2002) berjudul “Analisis SWOT Petani Kabupaten Sleman Peserta Kemitraan Usaha Peternak Ayam Pedaging Pada PT Gema Usaha Ternak (GUT) Yogyakarta” diketahui bahwa kekuatan pada kemitraan usaha ini adalah sikap petani yang didukung tenaga kerja dan lahan produksi yang tersedia serta Keunggulan-Keunggulan yang dimiliki perusahaan inti dan aparat pemerintah. Kelemahannya adalah keterbatasan yang dimiliki petani, dominasi usaha perusahaan inti serta kekurangjelasan kebijakan pemerintah. Peluang kemitraan usaha adalah prospek pengembangan usaha petani dan perusahaan inti serta pengembangan masyarakat desa. Ancaman yang muncul adalah fluktuasi harga sarana produksi dan produk, ketidak pastian iklim usaha serta kurangnya pemahaman aparat pemerintah terhadap kemitraan usaha.

Mustafa (2004) dalam penelitiannya pada kemitraan PT Kemfarm Indonesia dengan petani terung jepang di Kabupaten Kediri, Jawa Timur menyebutkan bahwa faktor internal kekuatannya antara lain ditunjukkan oleh tingginya komitmen petani terhadap bisnis, arah tujuan masa depan melalui jaminan pasar dan harga pasti yang stabil, kemampuan manajemen, pemecahan terhadap permasalahan secara keseluruhan atas kegagalan usahatani, dan kemampuan keuangan. Faktor internal kelemahan pada pelaksanaan kemitraan meliputi kurangnya pengalaman pasar dalam memprediksi jumlah permintaan dan kemampuannya memenuhi serta kemampuan bersaing dengan produsen lain dengan pasar yang sama, keterbatasan keahlian teknik petani, proses-proses mutu yang tidak terkontrol oleh perusahaan, dan kebijakan kerjasama. Faktor eksternal peluang meliputi adanya peluang peningkatan diversifikasi usaha, dan prospek pengembangan usahatani terung jepang. Sedangkan ancaman yang dihadapi meliputi masuknya perusahaan inti agribisnis lain di pasar, dan masuknya negara eksportir terung jepang selain Indonesia ke negara Jepang.


(13)

commit to user

Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti (2002) dan Mustafa (2004) dapat diketahui bahwa sistem kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil atau antara perusahaan inti dengan petani plasma di Indonesia berada di wilayah pertumbuhan (growth) atau tergolong sedang. Artinya pengaruh faktor kekuatan tidak terlalu mendominasi faktor internal dalam sistem kemitraan. Begitupun faktor peluang juga tidak terlalu mendominasi faktor eksternal dalam sistem kemitraan. Faktor internal dalam sistem kemitraan berkaitan dengan faktor tenaga kerja, produktivitas, pendapatan, ketrampilan dan kemampuan teknis, permodalan, pengalaman pasar, kontinuitas bahan baku, teknologi, lahan produksi dan kebijakan kerjasama kedua belah pihak yang bermitra. Faktor eksternal kemitraan berkaitan dengan prospek pengembangan usaha, fluktuasi permintaan, fluktuasi harga sarana penunjang produksi, sumber daya alam, pesaing, dan peluang peningkatan diversifikasi usaha.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian, Konsep dan Landasan Kemitraan

Kemitraan menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1995 merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan (Semangun dkk, 1999).

Tujuan kemitraan seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1997 adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kulitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al., 2004).


(14)

commit to user

Disebutkan oleh Soemardjo et al (2004), berbagai pola kemitraan agribisnis sebagai berikut:

a. Pola kemitraan inti-plasma

Merupakan hubungan antara petani/petani/mitra, kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

b. Pola kemitraan subkontrak

Merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

c. Pola kemitraan dagang umum

Merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut.

d. Pola kemitraan keagenan

Merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha kecil mitra. Perusahaan besar/menengah bertanggungjawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk.


(15)

commit to user

e. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA)

Merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra dengan kata lain kemitraan usaha harus utuh dalam kemitraan agribisnis yang produktif, efisien, dan berkelanjutan. Pola tersebut adalah:

1. Saling membutuhkan dalam arti perusahan mitra memerlukan pasokan bahan baku dari petani uintuk keperluan usahanya.

2. Saling menguntungkan dalam arti petani dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih dibanding apabila masing-masing pihak melakukan kegitan secara sendiri-diri.

3. Saling memperkuat dalam arti petani dan perusahaan dapat melanjutkan usaha secara bersama lebih efektif, efisien dan dalam suatu skala usaha yang ekonomi.

4. Kesatuan usaha ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, dalam arti antara inti dan plasma perlu menjamin kerjasama yang utuh dan berkelanjutan melalui sistem agribinsis dan agroindustri. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perusahan inti atau mitra usaha antara lain :

1. Penetapan harga petani yang lebih transparan

2. Perusahaan inti yang telah ditunjuk dituntut untuk lebih professional. 3. Kondisi tanaman dan produktifitas yang semakin menurun perlu

mendapat perhatian bersama antara perusahaan inti dan kelompok tani. 4. Perlu diambil langkah-langkah adanya pemilikan bersama pada upah

yang ada untuk dapat memberikan kesempatan petani memperoleh dari

Off-farm (Semangun dkk, 1999).

Kemitraan dapat dilakukan dengan pertimbangan asas kemitraan mengacu pada perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling memperkuat. Saling membutuhkan berarti pengusaha memerlukan pasokan bahan baku dan petani memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. Saling menguntungkan berarti petani ataupun pengusaha


(16)

commit to user

memperoleh peningkatan pendapatan disamping adanya kesinambungan usaha. Saling memperkuat berarti petani dan pengusaha sama-sama melaksanakan etika bisnis, sama-sama mempunyai hak, dan saling membina sehingga memperkuat kesinambungan bermitra (Martodireso dan Widada, 2002).

Masalah yang sering muncul bagi petani sebagai mitra disebabkan ketrampilan baik dalam desain produk maupun teknik produksi yang masih relatif masih rendah, kemampuan manajemen yang masih rendah, pemasaraan hasil produksi yang masih rendah, penyediaan bahan baku yang masih kecil, kurangnya modal, produktivitas masih rendah. Perusahaan inti yang bermitra juga sering menghadapi kendala perusahaan harus menjamin pasar dan harus menyediakan bahan baku untuk memenuhi permintaan pasar. Maka dari itu diperlukan kemitraan (Purwaningsih, 2007).

Permasalahan yang dapat timbul dalam kemitraan antara petani dan perusahaan adalah apabila terjadi pada saat satu pihak merasa diperlakukan tidak adil dan dirugikan. Ketidakadilan ini kadang-kadang tidak tampak, karena struktur masyarakat yang membuat petani selalu berada pada pihak yang lemah. Misalnya karena petani modalnya kecil maka bagian keuntungannya juga kecil, dan karena perusahaan modal yang dikeluarkan untuk kemitraan ini besar maka keuntungan yang diperoleh juga harus besar (Purwaningsih, 2007).

Permasalahan lain yaitu pihak petani plasma yang telah terikat kontrak atau kesepakatan dengan pihak perusahaan inti seringkali menjual hasil usahatani secara diam-diam manakala harga diluar lebih tinggi dibandingkan harga hasil kesepakatan. Kondisi ini berakibat pada biasnya pelaksanaan sistem kemitraan yang semula berprinsip saling menguntungkan dan saling membutuhkan (Hafsah, 1999).


(17)

commit to user

2. Jagung Hibrida

a. Definisi Jagung Hibrida

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Warisno, 2009).

Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari persilangan antara dua galur. Jagung hibrida dapat diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hibridisasi merupakan perkawinan silang antara tanaman satu dengan tanaman yang lain


(18)

commit to user

dalam satu spesies untuk mendapatkan genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul.

Benih jagung hibrida dihasilkan dari pembuatan silang secara alamiah yang kemudian dikembangbiakan lebih lanjut dengan proses pembuatan satu tanaman yang berulang selama lebih dari tujuh generasi. Bibit hasil pembuatan sendiri ini kemudian disilangkan dalam program pembiakan selektif guna menghasilkan benih jagung hibrida generasi pertama atau F1. Benih jagung hibrida ini dapat menghasilkan tanaman seragam yang diuntungkan oleh efek heterosis dan vigor hibrida. Heterosis memberikan daya hasil yang lebih besar kepada keturunan yang dihasilkan dari pembuahan satu tanaman dan keturunan setara yang merupakan hasil persilangan (Hipi et al., 2006). b. Budidaya Jagung Hibrida

Menurut Redaksi Agromedia (2007), ruang lingkup kegiatan usaha jagung hibrida meliputilimatahap yaitu:

1. Persiapan lahan a. Pemilihan lahan

Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Secara umum, tanaman ini sangat toleran dan mampu beradaptasi dengan iklim Indonesia. Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah lahan kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan gambut yang telah diperbaiki, atau lahan basah bekas menanam padi.

Tanaman jagung toleran dengan pH tanah 5, 5-7, 0 tetapi nilai yang paling cocok adalah 6,8. Tanah lahan yang pH-nya terlalu rendah atau asam bisa dinaikkan dengan menabur kapur/dolomit. Agar lebih efisien, pengaplikasiannya dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan. Setelah penaburan, lahan dicangkul dan disiram agar kapur tercampur merata. Banyaknya kapur yang diberikan tergantung pada nilai pH awal lahan.


(19)

commit to user b. Pengolahan lahan

a) Pembersihan gulma

Sebelum ditanami jagung, lahan tanam dibersihkan dari gulma dan tanaman liar. Gulma seperti alang-alang, rumput teki, semak, dan pohon perdu, disiangi beserta dengan akar-akarnya. Gulma ini kemudian dibakar dan abunya ditaburkan ke lahan sebagai kompos untuk menambah kesuburan tanah. b)Pencangkulan

Pencangkulan lahan dilakukan dengan memindahkan tanah bagian bawah sedalam 15-20 cm ke atas permukaan lahan. Selain untuk menyeimbangkan ketersediaan unsur hara antara bagian bawah dan atas lahan, pencangkulan juga bertujuan membuat tanah lahan lebih remah dan gembur. c) Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan untuk lokasi penanaman benih banyak dilakukan di dataran rendah pada lahan kering, lahan bekas sawah, atau lahan tadah hujan. Bedengan dibuat selebar 70-100 cm, dan tingginya 10-20 cm. panjangnya disesuaikan dengan kondisi dan kontur lahan. Di daerah yang kering, tinggi bedengan sebaiknya dibuat agak rendah untuk memudahkan penyiraman karena jika terlalu tinggi membutuhkan banyak air saat penyiraman.

Di antara bedengan dibuat parit selebar 10-30 cm yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya air di bedengan agar akar jagung tidak tergenang. Untuk mencegah atau membunuh hama pada bedengan, taburkan secara merata insektisida Furadan 3G dengan dosis 10-20 kg/hekter lahan. d)Pemupukan

Pemupukan bertujuan meningkatkan kandungan unsur hara di lahan tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, baik kotoran sapi, kambing, maupun ayam. Pupuk


(20)

commit to user

yang diberikan harus matang, yakni kering, tidak berbau, dan teksturnya remah dan gembur. Pemberian pupuk yang belum matang membuat kondisi lahan menjadi panas dan bisa mengakibatkan kematian pada benih jagung yang ditanam. 2. Persiapan benih

Benih jagung hibrida dibuat dengan menyilangkan biji galur murni (FO) dari dua induk yang sudah diseleksi sifat unggulnya. Pembuatan benih jagung hibrida dilakukan di laboratorium dengan peralatan dan tenaga ahli yang berpengalaman.

Keunggulan tanaman jagung yang berasal dari benih hibrida antara lain tahan serangan hama dan penyakit, lebih cepat panen, produksi tinggi, serta sangat toleran dengan berbagai jenis dan ketinggian lahan.

3. Penanaman

Sebelum ditanam, benih direndam terlebih dahulu selama 30 menit di dalam air yang telah dicampur insektisida. Setelah itu, ditiriskan dan diberi fungisida berbentuk tepung. Kedua perlakuan ini bertujuan menghindarkan kemungkinan benih terserang hama dan jamur.

Benih ditanam pada pagi atau sore hari saat sinar matahari tidak begitu terik. Rata-rata, karena daya tumbuhnya tinggi, untuk semua varietas jagung hibrida hanya memerlukan satu butir untuk satu lubang tanam. Pemupukan awal berupa urea, TSP, dan KCL. Pemberian pupuk dosisnya 3-4,5 gram/lubang.

4. Perawatan

a) Penyulaman benih dilakukan satu minggu setelah tanam. Jika ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau tanaman muda terserang penyakit segera lakukan penyulaman yakni penanaman benih kembali.


(21)

commit to user b) Penyiangan gulma

c) Pemberian pupuk lanjutan dilakukan umur 15-30 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan antara lain pupuk urea, pupuk cair dan pupuk daun.

d) Pengairan dilakukan dengan sistem leb, yakni mengalirkan air ke parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan.

5. Panen dan Pascapanen a) Waktu panen

Umur panen buah jagung hibrida tergantung pada jenis dan varietasnya. Namun, ada beberapa ciri khusus yang menandakan jagung sudah siap dipanen. Salah satunya adalah kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan kuku.

b) Penjemuran

Jagung tongkolan yang sudah dipanen perlu dijemur kembali untuk mengantisipasi adanya biji yang belum kering. Caranya bisa dilakukan dengan menghambarkannya di atas terpal, anyaman bambu, atau ditempat penjemuran khusus yang sudah di semen. Selama proses penjemuran, buah jagung dibolak-balik beberapa kali agar bijinya mengering secara merata. c) Pemipilan

Pemipilan adalah proses memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan bisa dilakukan manual dengan tangan, Menggunakan alat pemipil dari kayu, atau menggunakan alat pemipil berpedal atau bermesin. Biji jagung pipilan kemudian dijemur sampai tercapai kadar air minimum yang memenuhi syarat jual, yakni 9-12 %.

d) Penyimpanan

Jika tidak langsung dijual, jagung pipilan yang sudah dikemas bisa disimpan didalam gudang. Gudang tempat penyimpanan


(22)

commit to user

harus selalu dalam keadaan kering dan laintainya harus diberi alas dari papan kayu.

c. Keunggulan Jagung Hibrida

Tipe hibrida mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi daripada tipe bersari bebas, karena hibrida memiliki gen-gen dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan adanya gejala hybrid vigor atau heterosis dengan menggunakan galur tanaman generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu, benih hibrida selalu dibuat ataupun diperbaharui untuk mendapatkan generasi F1. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per hektar, lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam (Redaksi Agromedia, 2007).

d. Pasar

Pasar sebagai tempat dimana produk dari perusahaan ditawarkan kepada konsumen potensialnya tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan (Umar, 2002). Sedangkan pemasaran suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari beberapa faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti 2001).

Dari aspek peluang pasar tanaman jagung mempunyai prospek yang cerah untuk diusahakan, karena permintaan konsumen dalam

negeri dan peluang ekspor yang terus meningkat. Rukmana (1997) mengemukakan bahwa prospek usahatani tanaman

jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung


(23)

commit to user

oleh adanya kesadaran gizi dan diversifikasi bahan makanan pada masyarakat. Demikian juga untuk keperluan bahan baku industri rumah tangga seperti emping jagung, wingko jagung dan produk jagung olahan lainnya dan untuk keperluan bahan baku pakan ternak, serta untuk ekspor memerlukan produk jagung dalam jumlah yang besar. Keadaan ini merupakan peluang pasar yang potensial bagi petani dalam mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian peningkatan produksi jagung baik kualitas maupun kuantitas sangat penting.

PT Bisi International Tbk adalah sebuah perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang produksi benih jagung hibrida. Benih jagung hibrida yang diproduksi PT Bisi International Tbk sudah di ekspor ke Thailand dan Malaysia.

3. Penangkaran Benih Jagung Hibrida

Pembinaan penangkaran benih jagung hibrida untuk memproduksi benih dasar sangat perlu dilakukan mengingat permasalahan benih pada tingkat petani. Petani sulit mengakses benih yang berkualitas tinggi. Keberadaan penangkaran benih khususnya benih jagung hibrida pada suatu kawasan tertentu, selain dapat menyediakan benih secara tepat waktu dan jumlah juga dapat menjaga kualitas benih jagung hibrida itu sendiri

(Bahtiar et al., 2003).

Dalam memproduksi benih yang telah direncanakan PT Bisi International Tbk menggunakan petani penangkar yang dikontrak dalam suatu pola kemitraan yang dikenal dengan istilah contract farming. Saat ini disadari bahwa keberadaan industri benih jagung hibrida dalam menunjang peningkatan produksi dan produktivitas tanaman jagung mutlak diperlukan, karena dengan adanya industri tersebut akan dapat memenuhi permintaan akan benih jagung hibrida. Kelancaran upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung tergantung pada sejauh

mana industri benih menjalankan kegiatan produksinya (Hartono et al., 2008).


(24)

commit to user

4. Rumusan Strategis

a. Analisis lingkungan (Internal dan Eksternal)

Menurut David (1997) bahwa analisis lingkungan internal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekutan dan kelemahan. Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan yang berkaitan dengan peluang dan ancaman.

b. Matrik Internal dan Eksternal

Analisis yang teliti dari masing-masing faktor eksternal dan internal (David, 1997 cit Widiastuti, 2002) dapat dilakukan dengan menggunakan matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan matrik EFE (External Factor Evaluation). Kedua alat formulasi strategi ini merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam suatu fungsi bisnis dan juga dasar identifikasi dan evaluasi diantara fungsi-fungsi yang ada. Gabungan matrik IFE dan matrik EFE menghasilkan matrik IE (Internal-External) yang berisi sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari

matrik IFE dan matrik EFE. Nilai matrik EFE (David, 1997 cit Widiastuti, 2002) dikelompokkan dalam nilai tinggi

(3,0-4,0), sedang (2,0-2,99), dan rendah (1,0-1,99), sedangkan nilai matriks IFE dikelompokkan dalam nilai kuat (3,0-4,0), rata-rata (2,0-2,99), dan lemah (1,0-1,99). Nilai matrik EFE adalah faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi matrik EFE tergolong tinggi, sedang, atau rendah, sedangkan nilai matrik IFE merupakan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi matrik IFE tergolong kuat, rata-rata, atau lemah.


(25)

commit to user

IFE Total Weighted Score

EFE Total weighted Score Kuat 3,00-4,00 Rata-rata 2,00-2,99 lemah 1,00-1,99 Tinggi 3,00-4,00 I Tumbuh dan bina II

Tumbuh dan bina

III Pertahankan dan pelihara Sedang 2,00-2,99 IV Tumbuh dan bina V Pertahankan dan pelihara VI Panen atau divestasi Rendah 1,00-1,99 VII Pertahankan dan pelihara VIII Panen atau divestasi IX Panen atau divestasi

Gambar 1. Matrik Internal-External

Gambar Matrik Internal-External akan mengidentifikasikan sistem melalui sistem kemitraan melalui sembilan kuadran. Kesembilan kuadran dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu : 1) Sel tumbuh dan bina (sel I,II,IV).Strategi yang mungkin tepat

dikembangkan adalah strategi intensif meliputi penetrasi pasar, pengembangan produk, pengembangan pasar, serta strategi integrative meliputi integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal. 2) Sel pertahankan dan pelihara (sel III, V, VII). Strategi yang

mungkin tepat dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3) Sel panen atau divestasi (sel VI, VIII, IX) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan. c. Analisis SWOT

SWOT adalah suatu alat analisis untuk mengidentifikasikan aspek-aspek internal maupun eksternal perusahaan. Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang


(26)

commit to user

dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan perkembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yag ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2004).

Dari hasil analisis SWOT terhimpun kekuatan dan kelemahan yang ada serta peluang dan ancaman yang mungkin timbul. Beberapa tahapan harus disiapkan mulai dari langkah awal usaha ini dipilih, bagaimana, untuk apa, akan bagaimana dan lain-lain. Selanjutnya barulah diidentifikasi semua faktor internal (sumber daya, manajemen, keuangan, produksi, kualitas) dan semua faktor eksternal (ekonomi,

sosial, politik, teknologi, pasar, pesaing) (Lubis, 1994 cit. Widiastuti, 2002). Selanjutnya strategi yang paling


(27)

commit to user

Internal

Eksternal

Strengths-S

§ Tentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan internal

Weaknesses-W

§ Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities-O

§ Tentukan 5-10

faktor peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats-T

§ Tentukan 5-10

faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 2. Matrik SWOT

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Sistem kemitraan yang terjalin antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha adalah sistem kemitraan dengan pola inti-plasma, dimana PT Bisi International Tbk sebagai inti berkewajiban menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Sedangkan petani mitra usaha wajib memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan standart yang diinginkan perusahaan inti yang telah disepakati.

Permasalahan yang muncul pada sistem kemitraan ini adalah bahwa perjanjian yang telah disepakati bersama membuat petani harus menanggung biaya peralatan dan perawatan tanaman. Perusahaan harus menanggung resiko kerugian atas pembelian seluruh produk dari petani yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan, atau saat permintaan pasar atas benih jagung hibrida mengalami penurunan. Terjadinya bias pemahaman antara apa yang diinginkan perusahaan inti dengan apa yang diterima petani mitra usaha juga menjadi masalah yang harus diatasi. Kondisi ini mengarah pada perlunya pengidentifikasian kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara


(28)

commit to user

PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha, sehingga diperoleh perumusan strategi yang tepat dikembangkan untuk mempertahankan sistem kemitraan, yaitu dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT diidentifikasi setelah variabel internal dan eksternal yang dihimpun kemudian disusun dalam matrik EFE dan IFE sebagai berikut : 1. Mendaftar faktor eksternal kunci sebagaimana diidentifikasi dalam proses

penilaian (peluang dan ancaman).

2. Mendaftar faktor internal kunci sebagaimana diidentifikasi dalam proses penilaian (kekuatan dan kelemahan).

3. Penentuan bobot faktor

a. Penentuan bobot faktor eksternal

Penghitungan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan pengklasifikasian variabel-variabel yang akan diteliti, disusun dalam daftar pertanyaan. Ketentuan yang digunakan dalam penentuan bobot faktor masing-masing variabel adalah: dengan menjumlah seluruh faktor eksternal yang ada di matriks EFE harus sama dengan 1,0 atau 100%

b. Penentuan bobot faktor internal

Penghitungan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan cara dan kriteria yang sama dengan penghitungan bobot faktor eksternal. 4. Penentuan peringkat/rating

Penentuan rating dilakukan dengan cara mentabulasi seluruh rating

yang ditentukan untuk memperoleh rating yang sebenarnya. Rating yag dihasilkan dikonversikan dengan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu 4 adalah respon superior, 3 adalah respon di atas rata-rata, 2 adalah respon rata-rata-rata,dan 1 adalah respon dibawah rata-rata. Tahap selanjutnya adalah mengalikan bobot faktor dengan nilai rating

untuk memperoleh nilai rating terboboti dari tiap-tiap faktor internal dan eksternal sebagai dasar dalam penentuan posisi sistem kemitraan dalam


(29)

commit to user

matrik Internal-Eksternal yang selanjutnya implementasi strategi yang tepat dikembangankan dirumuskan melalui matrik SWOT.

Sesuai dengan konsep yang dipakai, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Indonesia Negara Agraris

Komoditas Pertanian

Jagung

Potensi Besar Pengembangan Agrisbisnis

Petani Jagung Hibrida PT Bisi International Tbk

Pola Kemitraan (Perusahaan Inti dan Petani Plasma) 1. Saling menguntungkan dan menguatkan

2. Penyedia sarana produksi, bimbingan teknis, dan pemasaran hasil 3. Produksi petani plasma oleh perusahaan inti

Adanya penyimpangan dari konsep sebuah jalinan kemitraan

1. Identifikasi faktor penentu keberlangsungan kegiatan di dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dan petani jagung hibrida.

2. Identifikasi kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida.

3. Perumusan strategi pengembangan sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dan petani jagung hibrida

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT

Alternatif Strategi Pengembangan sistem Kemitraan


(30)

commit to user

D. Asumsi

1. Dalam melakukan sistem kemitraan PT Bisi International Tbk dan petani jagung mitra usaha bersifat rasional yaitu ingin memaksimalkan pendapatannya.

2. Variabel yang tidak diamati dalam penelitian pengaruhnya diabaikan. E. Pembatasan Masalah

1. Petani jagung hibrida yang diteliti merupakan petani jagung hibrida mitra usaha yang telah mengikuti sistem kemitraan minimal satu tahun.

E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar .

2. Sistem kemitraan inti-plasma merupakan hubungan antara petani jagung hibrida sebagai plasma dengan PT Bisi International Tbk sebagai inti. 3. Petani jagung adalah petani jagung hibrida yang mengikuti sistem

kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.

4. SWOT merupakan suatu analisis situasi yang menguji kondisi internal dan eksternal sistem kemitraan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat). 5. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem kemitraan

dan merupakan Keunggulan bagi pelaksanaan pola kemitraan .

6. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem kemitraan dan merupakan keterbatasan/kekurangan bagi pelaksanaan pola kemitraan. 7. Peluang atau kesempatan adalah faktor-faktor yang berasal dari luar sistem kemitraan dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pola kemitraan. 8. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar sistem kemitraan dan

bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan kegiatan dalam sistem kemitraan.

9. Strategi pengembangan adalah program perencanaan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memaksimalkan keunggulan dan meminimasi kelemahan.


(31)

commit to user

25

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ciri-cirinya adalah memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang, pada masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis sehingga metode ini sering pula disebut analitik (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Lokasi

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena alasan diketahuinya sifat-sifat yang ada pada lokasi itu (Surakhmad, 1994), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan usahatani jagung hibrida oleh petani yang bermitra usaha dengan PT Bisi International Tbk.

PT Bisi International Tbk bermitra usaha dengan petani-petani di enam Kabupaten (Bojonegoro, Kediri, Lamongan, Madiun, Magetan, dan Mojokerto). Daftar Kabupaten dan jumlah petani yang bermitra usaha dengan PT Bisi International Tbk dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009

No Daerah Jumlah Petani (orang)

Luas Lahan (Ha)

1. Kabupaten Bojonegoro 405 563

2. Kabupaten Kediri 2.392 3.187

3. Kabupaten Lamongan 75 85

4. Kabupaten Madiun 1.403 2.050

5. Kabupaten Magetan 25 34

6. Kabupaten Mojokerto 1.648 2.523

Jumlah 5.948 8.442

Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 2. maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Kediri dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri memiliki jumlah petani mitra usaha terbanyak dan memiliki luas lahan


(32)

commit to user

26

yang paling luas, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh mampu menggambarkan sistem kemitraan yang berhasil dengan PT Bisi International Tbk.

Petani mitra usaha PT Bisi International Tbk di Kabupaten Kediri tersebar di 13 kecamatan dengan jumlah keseluruhan 2.392 adalah petani mitra usaha.

Tabel 3. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009

No Daerah Jumlah Petani

(Orang)

Luas Lahan (Ha)

1 Kecamatan Banyakan 843 1.084

2 Kecamatan Grogol 672 895

3 Kecamatan Tarokan 206 307

4 Kecamatan Kandangan 112 274

5 Kecamatan Pesantren 72 96

6 Kecamatan Keras 126 297

7 Kecamatan Papar 51 77

8 Kecamatan Plemahan 38 45

9 Kecamatan Pagu 32 40

10 Kecamatan Gampengrejo 28 34

11 Kecamatan Purwoasri 27 30

12 Kecamatan Kayen kidul 3 6

13 Kecamatan Kepung 1 2

Jumlah 2.392 3.187

Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009

Pada Tabel 3. dapat diketahui terdapat 13 kecamatan, selanjutnya dari 13 kecamatan tersebut diambil tiga kecamatan yaitu Kecamatan Banyakan, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Tarokan karena memiliki jumlah petani mitra usaha terbanyak dan memiliki luas lahan yang luas dibanding dengan kecamatan lainnya, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh mampu mewakili keseluruhan petani yang bermitra usaha dengan PT Bisi International Tbk. Selanjutnya di ambil satu desa yang mempunyai jumlah petani terbanyak dari setiap kecamatan tersebut untuk kemudian dijadikan sampel.


(33)

commit to user

27

2. Metode Penentuan Petani Sampel

Tabel 4. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 Di Kecamatan Banyakan

No Daerah Jumlah Petani

(Orang)

Luas Lahan (Ha)

1 Desa Kamal 159 172

2 Desa Selotopeng 152 162

3 Desa Jatirejo 252 455

4 Desa Bagol 107 115

5 Desa Tanjung 54 60

6 Desa Sendang 119 120

Jumlah 843 1.084

Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009

Pada Tabel 4. diketahui petani yang berada di Kecamatan Banyakan tersebar di 6 desa antara lain Desa Kamal, Desa Selotopeng, Desa Jatirejo, Desa Bagol, Desa Tanjung, dan Desa Sendang. Dari 6 desa secara sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Jatirejo dengan pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas dibandingkan dengan desa lainnya.

Tabel 5. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 di Kecamatan Grogol

No Daerah Jumlah Petani

(Orang)

Luas Lahan (Ha)

1 Desa Bedrek 220 335

2 Desa Sonorejo 194 245

3 Desa Winongsari 125 165

4 Desa Sarasehan 61 65

5 Desa Sumberejo 7 10

6 Desa Bakalan 64 75

Jumlah 672 895

Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009

Pada Tabel 5. diketahui petani yang berada di Kecamatan Grogol tersebar di 6 desa antara lain Desa Bedrek, Desa Sonorejo, Desa Winongsari, Desa Sarasehan, Desa Sumberejo, dan Desa Bakalan. Dari


(34)

commit to user

28

6 desa secara sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Bedrek dengan pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas dibandingkan dengan desa lainnya.

Tabel 6. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 di Kecamatan Tarokan

No Daerah Jumlah Petani

(Orang)

Luas Lahan (Ha)

1 Desa Pilangbangu 65 74

2 Desa Kerep 74 105

3 Desa Bulusari 25 36

4 Desa Kedungwaru 11 30

5 Desa Tarokan 31 62

Jumlah 206 307

Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009

Dari Tabel 6 diketahui petani yang berada di Kecamatan Tarokan tersebar di 5 desa antara lain Desa Pilangbangu, Desa Kerep, Desa Bulusari, Desa Kedungwaru, dan Desa Tarokan. Dari 5 desa secara sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Kerep dengan pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas dibandingkan dengan desa lainnya. Dari 3 desa yang dipilih ditetapkan sampel sebanyak 30 orang dengan metode kuota, metode kuota digunakan untuk memastikan bahwa kelompok tertentu dalam populasi dapat terwakili secara memadai (Singarimbun, 1995).

Tabel 7. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009

No Daerah Jumlah Sampel (orang)

1 Desa Jatirejo 10

2 Desa Bedrek 10

3 Desa Kerep 10

Jumlah 30


(35)

commit to user

29

Selanjutnya, pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling. Menurut Sugiono (2002), Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, dengan syarat orang tersebut memiliki ciri-ciri sebagai responden yang benar.

Peneliti dalam mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu petani jagung hibrida mitra usaha yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila petani yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data yaitu petani jagung hibrida dan menjalin kemitraan dengan PT Bisi International Tbk. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada kecepatan peneliti memilih sumber data.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Data primer

Sumber data primer adalah hasil wawancara dengan petani jagung hibrida mitra usaha PT Bisi International Tbk. Data primer meliputi:

a. Karakteristik responden: nama, usia, pendidikan, pekerjaan (utama dan sampingan), pengalaman mengusahakan jagung hibrida, kapasitas usaha.

b. Alasan keikutsertaan petani responden dalam sistem kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.

c. Tanggapan responden berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sistem kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari PT Bisi International Tbk maupun dari instansi daerah Kabupaten Kediri antara lain:

a. Jumlah dan daerah tempat berlangsungnya kegiatan usahatani jagung hibrida mitra usaha dalam sistem kemitraan dengan PT Bisi International Tbk .


(36)

commit to user

30

b. Visi dan misi PT Bisi International Tbk dalam melaksanakan kegiatan sistem kemitraan.

c. Monografi dan topografi daerah penelitian tempat dikembangkan usahatani jagung hibrida.

d. Perjanjian kerjasama antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan :

1. Wawancara

Merupakan bentuk komunikasi langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada responden (Gulo, 2002), yaitu petani jagung hibrida mitra usaha di Kabupaten Kediri dan pegawai PT Bisi International Tbk yang memahami mekanisme pelaksanaan sistem kemitraan.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan bantuan alat kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti dalam bentuk kalimat tanya (Gulo, 2002) untuk diajukan kepada responden berkaitan dengan perolehan data primer untuk keperluan analisis dan pembahasan penelitian.

2. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat semua informasi yang diperoleh sebagaimana yang disaksikan selama penelitian dilakukan (Gulo, 2002).

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mencari data sekunder dengan cara membuat catatan yang dikumpulkan dari data dan publikasi yang sudah

ada pada lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang terkait (Gulo, 2002).


(37)

commit to user

31

E. Metode Analisis Data

1. Untuk mengkaji pelaksanaan kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri dianalisis secara deskriptif.

2. Untuk menentukan strategi yang diperlukan dalam mengembangkan kemitraan antara perusahaan dengan petani digunakan analisis SWOT dengan terlebih dahulu menentukan variabel tiap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

3. Jumlah bobot seluruh faktor internal dan eksternal yang ada dimatrik IFE dan EFE adalah 1 atau 100 %.

4. Penentuan rating dilakukan dengan cara menabulasi seluruh rating yang ditentukan untuk memperoleh rating yang sebenarnya. Rating yag dihasilkan dikonversikan dengan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu 4 adalah respon superior, 3 adalah respon di atas rata-rata, 2 adalah respon rata-rata-rata,dan 1 adalah dibawah rata-rata. Tahap selanjutnya adalah mengalikan bobot faktor dengan nilai rating untuk memperoleh nilai rating terboboti dari tiap-tiap faktor internal dan eksternal sebagai dasar dalam penentuan posisi sistem kemitraan dalam matrik Internal-Eksternal yang selanjutnya implementasi strategi yang paling tepat dikembangankan dirumuskan melalui matrik SWOT.


(38)

commit to user

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Profil PT Bisi International Tbk

PT Bright Indo Seed Industry memulai pembangunan pabrik pada awal bulan Agustus 1983 dan mulai beroperasi pada awal tahun 1984. PT Bisi merupakan salah satu perusahaan swasta patungan antara Charoen Pokhand Overseas Invesment Co. Ltd dari Thailand dan PT Sri Rejeki Nusantara dari Surabaya, mendirikan industri pengolahan benih khususnya benih jagung yang diberi nama PT Bisi.

Dalam perkembangan selanjutnya PT Bisi yang semula berstatus perseroan terbatas dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) dirubah menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMAD). Perubahan status PMA menjadi PMAD ditentukan berdasarkan rapat umum pemegang saham perusahaan No. 33 tanggal 28 Desember 1984 dan akte Notaris No. 220/AG/84 tanggal 29 November 1984 serta Surat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Perubahan stasus PMA menjadi PMAD diikuti dengan perubahan nama perusahaan dari PT Bright Indo Seed Industry menjadi PT Benih Inti Subur Intani dan pada tahun 2007 kembali ada perubahan nama menjadi PT Bisi International Tbk disebabkan perusahaan sudah mampu mengekspor ke luar negeri.

Fasilitas produksi benih Bisi terletak di Kediri, Jawa Timur. Bisi memiliki tiga anak perusahaan yakni (1) PT Tanindo Intertraco yang bisnisnya adalah distribusi dan pemasaran benih padi hibrida, jagung hibrida, benih sayuran, serta produk pertanian lainnya. (2) PT Multi Sarana Indotani yang memproduksi pestisida dan pupuk (3) PT Tanindo Subur Prima yang mendistribusikan dan memasarkan benih sayuran yang khusus diimpor dari Chia Thai Seed Co Ltd.

PT Bisi International Tbk adalah perusahaan agribisnis yang bergerak memproduksi benih hibrida. Benih yang diproduksi adalah benih jagung, benih hortikultura dan benih padi. Varietas benih jagung yang diproduksi oleh perusahaan antara lain CPI-1, CPI-2, 2, 3, 5, 9,


(39)

Bisi-commit to user

10, Sejahtera, Arjuna, Surya dan lain sebagainya. Sedangkan untuk benih hortikultura adalah cabai, tomat, jagung manis, timun, semangka, waluh, sawi dan untuk padi adalah varietas Intani-1 dan Intani-2. PT Bisi International Tbk menjual produknya dengan merk dagang cap kapal terbang. PT Bisi International Tbk mempunyai visi dam misi dalam mengembangkan perusahaannya. Visi perusahaan adalah menjadi produsen bibit superior terkemuka di industri pertanian Indonesia, sedangkan misi perusahaan adalah turut membangun masa depan industri pertanian di Indonesia, melalui penelitian dan pengembangan yang optimal.

PT Bisi terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Selain sebagai kantor pusat perusahaan, kantor ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Divisi Research dan Development (R&D) berupa penelitian untuk tanaman Pangan dan Hortikultura baik untuk dataran rendah maupun dataran tinggi. Selain itu PT Bisi International Tbk memiliki kantor cabang, setiap cabang menangani beberapa varietas tanaman diantaranya, cabang yang ada di Desa Kambingan khusus menangani tanaman pangan, di Desa kencong khusus menangani tanaman sayuran serta yang ada di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Medan yang masing-masing menangani beberapa varietas tanaman pangan dan sayuran.

Pemilihan lokasi kantor pusat dan tempat pengolahan benih di Kediri didasarkan atas beberapa hal yaitu: Kediri merupkan tempat yang tepat karena dekat dengan Surabaya yang merupakan pusat ekonomi dan bisnis serta dekat dengan dermaga laut internasional yang memiliki peran penting dalam pendistribusian benih ke berbagai daerah hingga ke luar negeri, mudahnya memperoleh tenaga kerja, masih luasnya lokasi pengembangan tanaman baik dataran rendah maupun dataran tinggi, dan sumber daya manusia yang ada sangat potensial sebagai basis produksi pertanian.

Kokohnya usaha BISI ditopang oleh tujuan yang satu : memberikan yang terbaik bagi petani Indonesia, besar maupun kecil, dengan cara memberikan kemudahan serta harga yang terjangkau untuk berbagai benih


(40)

commit to user

tanaman keras dan hortikultura unggul, produk kimia pertanian yang diformulasikan secara cermat serta dukungan keahlian dan teknologi mutakhir dalam bidang usaha tani guna memastikan hasil yang optimal. Saat ini BISI merupakan penghasil terbesar untuk benih jagung, padi, buah dan sayuran hibrida di Indonesia.

B. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Keadaan geografi dan administrasi

Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Letak astronomis Kabupaten Kediri yaitu pada 110°45¢05” sampai dengan 112°18¢20” Bujur Timur dan 7°36¢12” sampai dengan 8°0¢32” Lintang Selatan.

Secara administratif Kabupaten Kediri terbagi menjadi 25 kecamatan yang terdiri dari 344 desa/kelurahan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Nganjuk Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar Sebelah Timur : Kabupaten Malang Sebelah Barat : Kabupaten Tulungagung

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kediri sekitar 138.605 hektar, terdiri dari lahan sawah 47.320 hektar, lahan non sawah

91.285 hektar. 2. Topografi wilayah

Kondisi topografi Kabupaten terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari Selatan ke Utara. Pada tahun 2008 tingkat curah hujan rata-rata sekitar 20,31 mm per hari.

3. Luas penggunaan lahan

Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis sebesar 35.067 hektar, berpengairan setengah teknis sebesar 5.729 hektar, berpengairan


(41)

commit to user

sederhana sebesar 4.195 hektar, irigasi desa sebesar 412 hektar dan sisanya berpengairan tadah hujan sebesar 1.778 hektar.

Lahan bukan sawah digunakan sebagai tegalan dan kebun sebesar 27.763 hektar (67,70%), perkebunan sebesar 8.849 hektar (21,57%), ditanami pohon hutan rakyat sebesar 188 hektar (4,48%), kolam/empang sebesar 14 hektar (0,03%), tidak diusahakan 3 hektar (7,31% ) dan lain-lain sebesar 4.190 hektar (10,21%). Data luas penggunaan lahan di Kabupaten Kediri pada tahun 2008 serta perkembangannya dapat dilihat pada tabel 8. berikut:

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Kediri Tahun 2008 serta Perkembangannya

Keterangan Luas (ha) Perkembangan

2007 2008 Lahan Sawah

Bukan Lahan Sawah

48.145 91.139

47.320 91.285

-1,71 % 0,16 %

Jumlah 139.284 138.605 -

Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 2009

Pada Tabel 8. dapat diketahui bahwa luas lahan sawah pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,71% dibanding tahun 2007. Sedangkan luas bukan lahan sawah pada tahun 2008 mengalami kenaikkan sebesar 0,16 persen dibanding tahun 2007. Hal ini menunjukkan adanya alih fungsi lahan sawah menjadi bukan lahan sawah, sehingga menyebabkan semakin sempitnya lahan sawah.


(42)

commit to user 4. Keadaan Pertanian

Data luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan seperti padi, palawija, kacang-kacangan selama tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 9. berikut:

Tabel 9. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Kediri Tahun 2008

Jenis Tanaman Tahun Perkembangan

2007 2008

1. Padi sawah

Luas panen (Ha) 56.726 56.654 - Rata-rata hasil (Kw) 58,45 58,54

- Produksi (Ton) 331.555 331.634 0,02% 2.Jagung

Luas panen (Ha) 56.244 55.401 - Rata-rata hasil (Kw) 57,88 58,91

- Produksi (Ton) 325.526 326.367 0,25% 3.Ubi kayu

Luas panen (Ha) 5.932 4.711 - Rata-rata hasil (Kw) 198,57 199,43

- Produksi (Ton) 117.792 93.951 -20,24% 4.Ubi jalar

Luas panen (Ha) 74 120 - Rata-rata hasil (Kw) 173,70 173,23

- Produksi (Ton) 1.285 2.079 61,79% 5.Kacang tanah

Luas panen (Ha) 1.656 2.343 - Rata-rata hasil (Kw) 13,30 13,25

- Produksi (Ton) 2.202 3.105 41,00% 6.Kedelai

Luas panen (Ha) 479 186 - Rata-rata hasil (Kw) 11,82 11,92

- Produksi (Ton) 566 222 -60,78%

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri 2008

Produksi tanaman pangan pada tahun 2008 ada yang mengalami kenaikkan juga ada yang menurun. Hasil produksi padi pada tahun 2008 mengalami kenaikkan yaitu sebesar 0,02%; produksi jagung juga mengalami kenaikkan sebesar 0,25% dari tahun 2007, sedangkan


(43)

commit to user

-20,24% dan -60,78%. Produksi ubi jalar dan kacang tanah sama-sama mengalami kenaikkan yaitu sebesar 61,79% dan 41,00%.

5. Keadaan Sosial Kependudukan dan Tenaga Kerja a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Kediri tercatat sebesar 1.464.827 jiwa. Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Kediri pada tahun 2008:

Tabel 10. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kediri Tahun 2008

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1. Mojo 102,73 63.327 616

2. Semen 80,42 44.945 559

3. Ngadiluwih 41,85 71.174 1.701

4. Kras 44,81 57.244 1.277

5. Ringinrejo 42,38 48.117 1.135

6. Kandat 51,96 53.277 1.025

7. Wates 76,58 84.180 1.099

8. Ngancar 94,05 44.824 477

9. Plosoklaten 88,59 67.031 757

10. Gurah 50,83 74.166 1.459

11. Puncu 68,25 56.569 825

12. Kepung 105,65 76.862 728

13. Kandangan 41,67 47.358 1.137

14. Pare 47,21 96.293 2.180

15. Badas 39,21 60.806 1.551

16. Kunjang 29,98 34.348 1.146

17. Plemahan 47,88 55.415 1.157

18. Purwoasri 42,50 59.904 1.410

19. Papar 36,22 50.939 1.406

20. Pagu 24,86 36.667 1.475

21. Kayenkidul 35,58 44.847 1.260

22. Gampengrejo 38,59 84.108 2.040

23. Banyakan 72,55 55.717 768

24. Grogol 34,50 45.606 1.322

25. Tarokan 47,20 51.103 1.083

Jumlah 1.386,05 1.464.827 1.057


(44)

commit to user

Pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa secara rata-rata, kepadatan penduduk Kabupaten Kediri sebesar 1.464.827 jiwa tiap satu kilometer persegi dengan wilayah terpadat adalah Kecamatan Pare dengan tingkat kepadatan 2.040jiwa tiap satu kilometer persegi dan wilayah dengan kepadatan terkecil adalah Kecamatan Ngancar sebesar 477 jiwa tiap satu kilometer persegi.

b. Jumlah penduduk menurut kelompok umur

Data jumlah penduduk Kabupaten Kediri menurut kelompok umur tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Menurut Jenis Kelompok Umur Tahun 2008

Kelompok umur Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Presentase (%)

0-4 119.641 8,16

5-9 117.362 8,01

10-14 125.579 8,57

15-19 147.997 10,10

20-24 116.886 7,97

25-29 128.037 8,74

30-34 125.869 8,60

35-39 120.488 8,23

40-44 93.980 6,42

45-49 85.563 5,84

50-54 63.602 4,34

55-59 55.605 3,80

60-64 52.305 3,57

65-69 46.641 3,20

>70 65.272 4,45

Jumlah 1.464.827 100

Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008

Tabel 11. menggambarkan bahwa presentase penyebaran penduduk di Kabupaten Kediri berada pada usia kerja, yaitu pada rentang usia antara 10-65 tahun sebesar 79,38%. Kondisi ini menandakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Kediri tinggi, sehingga jumlah penawaran tenaga kerja banyak. Keadaan ini menuntut jumlah lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengimbangi jumlah penawaran tenaga kerja. Usahatani jagung


(45)

commit to user

merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja sejak tahap pengolahan lahan, proses tanam, pemeliharaan tanaman, hingga masa panen tiba. Dengan demikian kegiatan usahatani jagung hibrida sebagai bagian dari sistem kemitraan menjadi salah satu sumber lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Kabupaten Kediri. Begitu sebaliknya, jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Kediri sangat mendukung jalannya proses kegiatan usahatani jagung hibrida yang memang membutuhkan tenaga kerja.

Paparan ini diperkuat oleh informasi berkaitan dengan keadaan penduduk di Kabupaten Kediri menurut mata pencaharian pada tabel 12. berikut:

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kediri 2008

No Mata Pencaharian Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1. Pertanian 148.349 33,12

2. Industri/usaha sedang/besar 776 0,17

3. Pengrajin industri kecil 4.299 0,95

4. Buruh tani 66.347 14,82

5. Buruh industri 20.525 4,59

6. Buruh bangunan 119.717 26,73

7. Buruh pertambangan 704 0,15

8. Buruh perkebunan besar/kecil 4.873 1,08

9. Pedagang 39.843 8,90

10. Angkutan 5.699 1,27

11. PNS 26.253 5,86

12. TNI-POLRI 4.349 0,97

13. Pensiunan 6.109 1,36

Jumlah 447.843 100

Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008

Tabel 12. menggambarkan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Kediri bermata pencaharian di sektor pertanian. Usahatani jagung hibrida sebagai kegiatan di sektor pertanian turut memberikan kontribusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk di Kabupaten Kediri ditandai dengan mendominasinya mata pencaharian di sektor pertanian bagi penduduk Kabupaten Kediri.


(46)

commit to user c. Jumlah penduduk menurut pendidikan

Keadaan penduduk umur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan di kabupaten Kediri dapat dilihat padatabel 13.berikut: Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berumur 10 Tahun

Ke Atas Menurut Pendidikan Tahun 2008

No Jenis Pendidikan Jumlah

Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

1. Tidak sekolah/Tidak lulus SD 381.501 33,12

2. SD 417.965 36,28

3. SLTP. 171.650 14,90

4. SLTA 101.814 8,83

5. SMK 54.678 4,48

6. D1/D2 3.233 0,28

7. D3/Sarjana muda 7.277 0,64

8. S1 13.662 1,20

Jumlah 1.151.780 100

Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008

Tabel 13. Menggambarkan bahwa penduduk usia kerja terbanyak mengenyam pendidikan hingga tingkat SD. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan formal penduduk di Kabupaten Kediri masih rendah, akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja dengan kualitas yang rendah pula.

Penumpukan tenaga kerja di Kabupaten Kediri diakibatkan oleh masih rendahnya kualitas tenaga kerja, serta ketersediaan lapangan pekerjaan yang kurang memadai. Tenaga kerja yang tersedia, rata-rata berpendidikan SD atau bahkan tidak tamat SD, sehingga mayoritas tenaga kerja bekerja di sektor pertanian termasuk usahatani jagung hibrida.

d. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian Kabupaten Kediri didukung oleh adanya lembaga keuangan, berupa bank, lembaga kredit usaha dan koperasi. Pada tahun 2008, di Kabupaten Kediri terdapat 626 unit koperasi simpan pinjam,210 unit jaringan Bank yang beroperasi di Kabupaten


(1)

commit to user

68

Kabupaten Kediri, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, antara lain:

a. Strategi S-O

Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

1. Meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha

Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida mengalami kesulitan dalam mendapatkan saprodi terutama dalam mendapatkan pupuk dari perusahaan, walaupun perusahaan sudah memberikan solusi yaitu memberikan uang yaitu memberikan uang sebesar 20% dari luas lahan yang dipupuk, untuk 1 Ha lahan akan diberikan uang sebesar Rp 193.000,- untuk pengganti pupuk tapi tetap saja petani masih mengalami kesulitan.

Dalam hal ini hendaknya perusahaan harus benar-benar meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha karena pupuk memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi jagung hibrida.

2. Memperluas upaya pemasaran produk

PT Bisi International Tbk dalam memasarkan produk benih hibrida sudah mencakup seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah memasuki pasar luar negeri misalnya Malaysia, Thailand dan Vietnam. Peluang untuk memasuki pasar luar negeri masih terbuka lebar bagi PT Bisi International Tbk khususnya untuk wilayah Asia.

3. Meningkatkan kualitas produk

Strategi meningkatkan kualitas produk melalui penetapan kebijakan standart yang lebih baik ditingkat petani mitra usaha, dengan adanya kerjasama dari kedua belah pihak. Kebijakan standart untuk benih jagung hibrida yang digunakan PT Bisi


(2)

commit to user

69

International Tbk harus dipahami oleh petani mitra usaha agar petani bisa mengawasi dan mengontrol tanaman miliknya. Petugas lapang dari PT Bisi International Tbk hendaknya selalu memantau tanaman petani mitra usaha agar kualitas dari benih jagung hibrida tetap terjaga.

4. Menambah produk selain jagung hibrida

Menambah produk selain jagung hibrida melalui pemanfaatan kepastian pasar untuk meningkatkan pendapatan petani. Permintaan akan benih hibrida kepada perusahaan tidak hanya berupa benih jagung hibrida tetapi juga komoditas lain seperti benih padi hibrida, benih sayur hibrida seperti buncis, kacang panjang dan cabai sedangkan benih buah-buahan hibrida seperti melon. Kondisi ini diharapkan akan membantu mempertahankan pelaksanaan kegiatan sistem kemitraan walaupun permintaan benih jagung hibrida kepada perusahaan menurun. b. Strategi W-O

Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan adalah :

1. Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas petani mitra usaha dalam memahami arti penting kerjasama

Strategi meningkatkan kemampuan dan profesionalitas petani mitra usaha dalam memahami arti penting kerjasama melalui penyuluhan dan bimbingan kepada mitra usaha secara merata, kontinyu dan berkelanjutan dalam memahami arti penting sebuah kerjasama agar baik perusahaan maupun petani mitra usaha bisa menjalankan hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan isi perjanjian kontrak kerjasama antara perusahaan dan petani mitra.


(3)

commit to user

70

2. Meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha

Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida mengalami kesulitan dalam mendapatkan saprodi terutama dalam mendapatkan pupuk dari perusahaan, walaupun perusahaan sudah memberikan solusi yaitu memberikan uang sebesar 20% dari luas lahan yang dipupuk, untuk 1 Ha lahan akan diberikan uang sebesar Rp 193.000,- untuk pengganti pupuk tapi tetap saja petani masih mengalami kesulitan.

Dalam hal ini hendaknya perusahaan harus benar-benar meningkatkan pelayanan dalam menyediakan saprodi kepada petani mitra usaha karena pupuk memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi jagung hibrida.

3. Menyediakan fasilitas bagi petani

Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida mengalami kesulitan dalam mendapatkan air untuk mengairi sawahnya. Dalam hal ini hendaknya perusahaan membantu petani mendapatkan air misalnya membangun sumur didekat sawah petani. Mengingat air memiliki peranan penting dalam produksi jagung hibrida.

c. Strategi S-T

Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

1. Mempertahankan loyalitas petani mitra usaha terhadap perusahaan melalui pemberian reward dan kontrol mutu

PT Bisi International Tbk harus tetap mempertahankan loyalitas petani mitra usaha terhadap perusahaan melalui pemberian reward dan kontrol mutu dengan memperhatikan kebutuhan petani mitra dalam usahatani jagung habrida. Apabila petani mitra merasa diperhatikan oleh perusahaan maka sistem


(4)

commit to user

71

kemitraan akan berjalan harmonis dan petani akan mengikuti semua program kebijakan dari perusahaan.

2. Meningkatkan kualitas produk

Strategi meningkatkan kualitas produk melalui penetapan kebijakan standart yang lebih baik ditingkat petani mitra usaha, dengan adanya kerjasama dari kedua belah pihak. Kebijakan standart untuk benih jagung hibrida yang digunakan PT Bisi International Tbk harus dipahami oleh petani mitra usaha agar petani bisa mengawasi dan mengontrol tanaman miliknya. Petugas lapang dari PT Bisi International Tbk hendaknya selalu memantau tanaman petani mitra usaha agar kualitas dari benih jagung hibrida tetap terjaga.

3. Memberikan informasi dan jadwal tanam yang tepat

PT Bisi Internatioanl Tbk harus memberikan informasi dan jadwal yang tepat kepada petani mitra usaha kapan waktu tanam yang tepat mengingat sekarang musim yang tidak menentu. Dengan adanya informasi dan jadwal tanam yang tepat maka diharapkan bisa mengurangi hal-hal yang bersifat merugikan seperti gagal panen dan kualitas jagung yang rendah.

d. Strategi W-T

Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan adalah :

1. Mengidentifikasi secara tepat kemungkinan munculnya wabah penyakit

Penyakit bulai merupakan salah satu jenis penyakit yang menyerang tanaman jagung hibrida. Serangan penyakit ini mulai terjadi pada umur 2 MST. Beberapa faktor yang mandorong perkembangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi mencapai 270C


(5)

commit to user

72

dengan kelembaban tinggi. Tanaman yang terserang penyakit bulai umumnya ditandai dengan daun berwarna putih atau ungu saat berusia seminggu, karena jamur menyerang pangkal daun hingga ujung dan berubah warna.

Dalam menangani penyakit yang menyerang tanaman jagung hibrida perusahaan harus cepat bertindak dengan meminta kepada petani untuk segera mencabut tanaman jagung hibrida yang terkena penyakit bulai dan memberikan pestisida. Penyakit ini tidak hanya akan merugikan petani dan perusahaan tetapi dikhawatirkan penyakit bulai dapat menyerang tanaman jagung hibrida milik petani lain yang lahannya berdekatan karena penularan penyakit ini disebarkan benih spora dengan perantara angin, sehingga penyakit ini dapat terbawa sampai jauh.

2. Menerapkan sistem kebijakan yang demokratis

Strategi dalam menerapkan sistem kebijakan yang demokratis yaitu dengan memberi tempat bagi petani mitra usaha untuk menyampaikan sekaligus mewujudkan gagasan yang bersifat memajukan sistem kemitraan dan menguntungkan kedua belah pihak, sehingga diharapkan tidak terjadi perselisihan atau kecurangan dalam sistem kemitraan.


(6)

commit to user

B. Saran

Melihat kondisi sistem kemitraan yang telah berjalan saai ini, maka mempertahankan jalinan kerjasama antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha di Kabupaten Kediri adalah upaya terbaik. Implikasi yang dapat yang dapat diberikan pihak peneliti sebagai upaya mempertahankan sistem kemitraan bagi kedua belah pihak antara lain:

1. Menambah diversifikasi produk komoditas yang diusahakan petani mitra usaha yaitu komoditas buncis, kacang panjang, cabai, dan melon.

2. PT Bisi International Tbk memberikan fasilitas bagi petani mitra usaha berupa peralatan pertanian misalnya diesel untuk mengatasi kesulitan dalam mengairi sawah petani.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem kemitraan pola inti-plasma antara PT Bisi International Tbk di wilayah yang lain untuk menciptakan sistem kemitraan yang lebih baik.

4. Petani harus lebih memahami arti sebuah kerjasama atau kemitraan agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan pihak perusahaan misalnya melakukan pencurian jagung hibrida untuk dijual kepada pihak luar selain PT Bisi International Tbk karena tujuan dari kerjasama sendiri adalah saling menguntungkan kedua belah pihak.

5. Petani harus lebih mandiri dan berinisiatif untuk mendaftarkan diri sebagai anggota RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok ) melalui ketua kelompok tani agar petani lebih mudah dalam mendapatkan pupuk.