Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

commit to user 49

C. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Tabel 19. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Komitmen Kebijakan - Adanya komitmen terhadap bisnis - Adanya kebijakan kerjasama Sumber Daya Manusia - Masih rendahnya SDM petani Fasilitasi - Adanya kepastian ketersediaan saprodi - Pengairan yang masih sulit Hukum - Masih lemahanya kepastian hukum bagi petani Pemasaran - Adanya kepastian pemasaran Keuangan - Sebagai sumber pendapatan mitra - Adanya kemampuan keuangan Hubungan kerjasama - Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma - Adanya bias pemahaman antara inti dengan plasma - Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan Faktor Eksternal Peluang Ancaman Pengembangan usaha - Adanya diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan Penyakit - Munculnya penyakit tanaman jagung hibrida Harga - Naiknya harga sarana produksi pertanian Pihak luar - Adanya tengkulak - Adanya perusahaan ini agribisnis selain PT Bisi International Tbk Konsumen - Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida - Kecenderungan permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak Kondisi alam - Musim yang tidak menentu Tenaga kerja - Adanya peluang ketersediaan jumlah sumber daya manusia terampil Sumber : Analisis Data Primer commit to user 50 1. Identifikasi Faktor Internal Kekuatan a. Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma menjadi variabel internal kekuatan didasarkan atas kebutuhan inti terhadap plasma atau plasma terhadap inti yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan sekaligus merupakan modal dasar keharmonisan suatu hubungan kerja. Dengan saling membutuhkan, maka kedua pihak akan bekerjasama secara sehat dan berusaha keras memberikan yang terbaik. Di satu sisi plasma berusaha meningkatkan produksi dan pendapatan yang secara langsung meningkatkan ketersediaan bahan baku bagi inti, dan di sisi lain inti perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan plasma demi keberlangsungan usaha dan kesinambungan bermitra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani responden membutuhkan keberadaan perusahaan terutama dalam menjamin kepastian pasar, ketersediaan saprodi, harga, dan meningkatkan pendapatan, sedangkan perusahaan membutuhkan petani mitra usahanya untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara kontinyu, mengingat keterbatasan perusahaan dalam mengusahakan sendiri benih jagung hibrida dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar. b. Adanya komitmen terhadap bisnis Adanya komitmen terhadap bisnis menjadi variabel internal kekuatan karena dengan komitmen yang tinggi dari plasma terhadap inti, maka kemitraan akan tetap terjaga. Komitmen ini dapat dilihat dari lama waktu, keikutsertaan petani mitra usaha selama pelaksanaan kegiatan kemitraan dan keinginan petani mitra menjadi mitra usaha untuk jangka waktu ke depan. Komitmen petani responden terhadap kegiatan kemitraan untuk meningkatkan pendapatan, memperoleh kepastian pasar, memperoleh kepastian saprodi, meningkatkan wawasan teknologi dan informasi dan sebagian responden merupakan sumber pendapatan utama dan alasan yang lain karena pembayaran tepat waktu.. Hasil penelitian terhadap 30 commit to user 51 petani responden berkaitan dengan komitmen terhadap kegiatan kemitraan dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19 berikut : Tabel 20. Lama Keikutsertaan Petani Mitra Usaha dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk. Lama waktu keikutsertaan Lama waktu keikutsertaan Jumlah orang Presentase 1 00,00 1-4 13 43,33 5-9 17 56,67 10 00,00 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Tabel 20. menunjukkan bahwa 17 petani responden telah menjadi mitra usaha selama 5-9 tahun dan 13 petani responden menadi mitra usaha selama 1-4 tahun, hal ini mncerminkan adanya kesanggupan petani responden untuk menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk dengan intensif mengikuti setiap program usaha jagung hibrida yang diterapkan oleh perusahaan. Kesungguhan ini muncul karena manfaat yang diperoleh petani responden selama mengikuti kegiatan sistem kemitraan baik meliputi jaminan pasar, ketersediaan saprodi, harga, peningkatan hasil dan pendapatan. Tabel 21. Kontinuitas Keikutsertaan Petani Mitra Usaha dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk. Kontinuitas Keikutsertaan Sistem Kemitraan Jumlah orang Presentase a. Pernah berhenti 00,00 b. Belum pernah berhenti 30 100,00 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Diketahui bahwa seluruh petani responden belum pernah berhenti mengikuti setiap program usahatani yang dijalankan perusahaan dalam sistem kemitraan. Seluruh petani responden juga memutuskan untuk tetap menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk di waktu mendatang. Hal ini terjadi karena prospek yang menjanjikan dari usaha jagung hibrida, dimana terjadi kecenderungan peningkatan kebutuhan commit to user 52 bahan pangan yang menggunakan bahan baku jagung dan bahan pakan ternak. Kesungguhan petani responden sebagai mitra usaha merupakan gambaran bahwa petani responden memiliki komitmen yang baik terhadap bisnis yang dijalankan bersama PT Bisi International Tbk. c. Adanya kepastian pemasaran Adanya kepastian pemasaran merupakan variabel kekuatan, karena variabel inilah yang menjadi alasan keikutsertaan dalam kemitraan dengan inti. Kepastian pemasaran sekaligus merupakan hak plasma yang harus selalu diperhatikan, karena tanpa ada pasar yang pasti atas produk plasma tidak menutup kemungkinan plasma akan bergabung dengan perusahaan lain. Hasil penelitian berkaitan dengan adanya kepastian pasar terlihat dari kepastian perusahaan membeli jagung hibrida sesuai dengan harga kontrak, harga yang dipakai oleh perusahaan mengikuti harga dipasar dan inilah yang menjadi kelebihan PT Bisi International Tbk dibanding perusahaan lain. d. Adanya kepastian ketersediaan saprodi Adanya kepastian ketersediaan saprodi merupakan variabel kekuatan kemitraan, karena pada dasarnya kesulitan petani apabila mengusahakan jagung hibrida secara mandiri adalah harganya relatif mahal sementara kebutuhan selalu meningkat terutama kebutuhan pestisida, benih jagung hibrida, pupuk. Hasil penelitian mengenai ketersediaan saprodi menunjukkan bahwa sampai saat ini perusahaan selalu tepat waktu dalam penyediaan saprodi dan apabila perusahaan telah kehabisan stok misalnya pupuk maka petani akan diberikan kebebasan untuk membeli di luar perusahaan. Kebutuhan pestisida dan pupuk oleh petani responden terpenuhi sesuai kebutuhan saja, karena masing-masing petani responden berbeda kebutuhannya berdasarkan letak lokasi, iklim, cuaca, suhu, hama dan phatogen yang menyerang tanaman. commit to user 53 e. Adanya kebijakan kerjasama Adanya kebijakan kerjasama juga merupakan variabel internal kekuatan kemitraan, dimana perusahaan selalu berusaha memberikan kontrak kerjasama yang jelas yang disepakati oleh kedua belah pihak, hanya saja kontrak kerjasama ini ditentukan oleh perusahaan sendiri walaupun meminta pertimbangan dari petani tetapi tetap kebijakan ada di perusahaan. Isi kontrak kerjasama antara petani responden dengan PT Bisi International Tbk terlampir. f. Sebagai sumber pendapatan utama Keikutsertaan petani dalam sistem kemitraan didasari atas keinginan meningkatkan taraf hidup, dimana dengan sistem kemitraan, petani mendapatkan kepastian usahatani, pasar, informasi dan teknologi yang tepat dalam mengusahakan taninya dan yang terpenting adalah sebagai sumber pendapatan keluarga. Hasil penelitian berkaitan dengan sumber pendapatan utama mitra usaha menunjukkan bahwa dari 30 petani responden diketahui bahwa 27 petani responden 90,00 menjadikan petani sebagai pekerjaan utama. Hal ini mencerminkan bahwa usaha petani jagung hibrida merupakan sumber pendapatan utama. g. Adanya kemampuan keuangan Adanya kemampuan keuangan merupakan variabel internal kekuatan, karena tanpa kemauan dan dukungan modal yang cukup, maka kemitraan tidak akan berjalan selama perusahaan tidak memberikan modal untuk keperluan tersebut. Adanya kemampuan keuangan petani mitra usaha terlihat pada kemampuan responden membiayai kegiatan usahatani jagung hibrida secara mandiri. Perusahaan akan memberikan pinjaman hanya kepada mitra usaha dengan ketentuan hanya berwujud barang benih jagung, pupuk dan pestisida. commit to user 54 2. Identifikasi Faktor Internal Kelemahan. a. Adanya bias pemahaman antara inti dengan plasma Perbedaan pemahaman antara inti dengan plasma petani mitra usaha dengan apa yang diberikan oleh perusahaan merupakan variabel internal kelemahan sekaligus masalah yang harus diatasi, karena kemitraan tidak selalu memberikan keuntungan yang seimbang bagi inti dan plasma. Petani harus menerima apa yang diberikan oleh inti, meskipun tidak sesuai yang diinginkan, misalnya pada waktu panen dan hasil panen yaitu jagung hibrida tidak sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan perusahaan. Adanya bias pemahaman antara inti dan plasma ini terjadi dalam sistem kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan petani yaitu pada waktu panen yang seharusnya hasil panen diserahkan ke perusahaan tapi ada sebagian petani yang melakukan kecurangan misalnya mengambil hasil panen untuk kepentingannya sendiri. c. Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan merupakan variabel internal kelemahan sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah muncul saat petani responden mengalami kesulitan mendapatkan pasokan pupuk dari perusahaan. Di dalam isi kontrak kerjasama perusahaan berkewajiban untuk memberikan pupuk, tapi sudah beberapa bulan terakhir petani tidak mendapatkan pupuk dari perusahaan. Dalam masalah ini perusahaan sudah memberikan solusi dengan memberikan uang sebagai pengganti pupuk. Petani mitra diberi uang dan selanjutnya uang tersebut digunakan untuk membeli pupuk, walaupun petani mitra sudah diberi uang tapi masih mengalami kesulitan yaitu harga pupuk yang tinggi dan kesulitan mendapatkan pupuk. commit to user 55 d. Pengairan yang masih sulit Pengairan yang masih sulit merupakan variabel internal kelemahan sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani jagung mitra usaha mengalami kesulitan dalam mendapatkan air untuk mengairi sawahnya. PT Bisi International Tbk hendaknya memperhatikan kesulitan yang dirasakan petani jagung hibrida mitra usaha, karena mengingat air memiliki peran yang penting dan mempengaruhi produksi jagung hibrida. e. Masih rendahnya SDM petani Masih rendahnya SDM petani merupakan variabel internal kelemahan sistem kemitraan. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan petani mitra usaha tentang budidaya jagung hibrida yang benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian petani jagung hibrida yang masih salah dalam menentukkan kapan waktu panen. Misalnya saja pada saat jagung hibrida yang belum siap untuk dipanen oleh petani mitra sudah dipanen. Hal ini akan mempengaruhi kualitas jagung hibrida yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap harga beli dari perusahaan. Kesalahan yang dilakukan petani mitra usaha karena tidak adanya koordinasi petugas lapang kapan jagung siap untuk dipanen. Petugas lapang datang pada saat jagung hibrida yang sudah dipanen siap dikemas dalam karung dan selanjutnya ditimbang. f. Masih lemahnya kepastian hukum bagi petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kepastian hukum bagi petani jagung mitra usaha dalam sistem kemitraan. Kepastian hukum bagi petani mitra usaha meliputi status kerjasama yang lebih terjamin. Dalam sistem kemitraan apabila salah satu menyalahi kontrak maka pihak satunya bisa menuntut atau dipidanakan. Dari penelitian ini PT Bisi International Tbk yang berkewajiban memberikan pasokan pupuk tapi pada bulan terakhir ini PT Bisi International Tbk tidak lagi memberikan pasokan pupuk melainkan commit to user 56 menggantinya dengan uang. Hal ini sudah menyalahi kontrak kerjasama dengan petani tapi petani tidak berani menuntut PT Bisi International Tbk karena mengingat petani mitra usaha berada posisi yang lemah. 3. Identifikasi Faktor Eksternal Peluang a. Adanya peluang ketersediaan jumlah sumber daya manusia terampil Tujuan kemitraan salah satunya adalah meningkatkan kemandirian mitra. Adanya peluang peningkatan jumlah sumber daya manusia terampil merupakan variabel eksternal peluang dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha. Hal ini didasarkan oleh tujuan perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat sekitar serta memperkenalkan pada petani tentang usahatani jagung hibrida dan prospeknya. Disatu sisi hal ini merupakan kelemahan sistem kemitraan karena kurangnya pemahaman mitra usaha tentang kebijakan kerjasama yang dibuat oleh perusahaan, namun disisi lain hal ini bisa menjadi peluang kemitraan karena melalui sistem ini memungkinkan munculnya tenaga terampil. Hal ini dibuktikan oleh beberapa petani responden yang sebelumnya tidak memiliki keahlian usahatani jagung hibrida sama sekali dan petani bisa berhasil. Dengan berbekal dari bimbingan dari perusahaan dan belajar pada petani yang sudah berpengalaman. b. Adanya peluang usaha Adanya peluang lapangan kerja merupakan variabel eksternal peluang sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra usaha. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya petani baru yang menjadi mitra perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan banyaknya mitra baru yang ikut kemitraan, dari 30 responden terdapat 3 responden tergolong petani baru yang menjadi mitra perusahaan. Petani yang berusahatani jagung hibrida sebagian menggunakan tenaga kerja luar, meskipun jumlah tenaga kerja luar yang mampu diserap oleh usahatani jagung hibrida tidak banyak yaitu 2-3 orang pada waktu mencabut bunga jagung dan 5-6 orang pada commit to user 57 waktu panen, namun usaha ini bisa menjadi salah satu lapangan pekerjaan baru bagi tenaga kerja yang tersedia di lokasi sekitar. c. Kecenderungan permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak Jumlah permintaan benih jagung hibrida merupakan faktor peluang eksternal dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra usaha. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya jagung hibrida yang dihasilkan oleh mitra usaha dengan tidak dibatasinya jumlah produksi. Tabel 22. Volume penjualan benih jagung hibrida dari tahun 2005-2009 Tahun Volume penjualan benih jagung ton 2005 14.000 2006 14.000 2007 19.000 2008 49.000 2009 69.000 Sumber: PT Bisi International Tbk, 2009 Dari Tabel 22. diatas diketahui volume penjualan jagung hibrida pada tahun 2005-2006 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 14.000 ton, sedangkan tahun 2006-2009 volume penjualan jagung hibrida mengalami kenaikkan dari 14.000 ton menjadi 69.000 ton. Kenaikkan volume penjualan benih jagung hibrida disebabkan karena para petani jagung yang dulunya menggunakan benih jagung lokal beralih menggunakan benih jagung hibrida, mengingat benih jagung hibrida terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit yang lebih tinggi. Tabel volume penjualan jagung hibrida diatas menunjukkan bahwa permintaan akan benih jagung hibrida di pasar pertanian yang tengah berkembang terus meningkat dengan begitu pesat karena jagung merupakan salah satu bahan penting untuk pakan ternak dan ayam pedaging. commit to user 58 d. Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida Benih yang diproduksi oleh PT Bisi International Tbk memiliki keunggulan dalam hal kualitas dibanding dengan benih dari perusahaan lain. Hasil penelitian petani mitra usaha mengungkapkan bahwa benih jagung hibrida dari PT Bisi International Tbk memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan benih benih jagung hibrida yang diproduksi dari perusahaan lain sejenis. Petani responden mengakui, varietas benih jagung hibrida dari PT Bisi International Tbk merupakan salah satu yang seringkali ditanam karena tahan terhadap serangan penyakit bulai. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa benih jagung hibrida dari PT Bisi International Tbk lebih tahan terhadap penyakit bulai daripada benih jagung hibrida dari perusahaan lain. e. Adanya diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan Permintaan akan benih hibrida kepada perusahaan tidak hanya berupa benih jagung hibrida tetapi juga komoditas lain seperti benih padi hibrida, benih sayur hibrida, dan benih buah-buahan hibrida. Kondisi ini diharapkan akan membantu mempertahankan pelaksanaan kegiatan sistem kemitraan walaupun permintaan benih jagung hibrida kepada perusahaan menurun. Pemaparan ini menunjukkan adanya peluang diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan yang dapat dikategorikan dalam peluang. 4. Identifikasi Faktor Eksternal Ancaman a. Munculnya penyakit tanaman jagung hibrida Munculnya penyakit merupakan ancaman bagi usahatani jagung hibrida mitra usaha. Tindakan yang kurang tepat dalam mengatasi masalah ini akan mengakibatkan berhentinya usahatani mitra usaha karena kerugian yang harus ditangung sendiri, sehinga kemitraan tidak lagi dapat berlangsung. Penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman jagung hibrida milik petani responden adalah penyakit bulai. Menurut Nur Tjahjadi commit to user 59 1989, penyakit bulai downy mildew disebabkan oleh cendawan Sclerospora maidis. Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda menurut umur tanaman jagung yang terserang, yaitu: a Tahap paling membahayakan saat tanaman jagung berumur 2-3 minggu. Semua daun menguning, kaku dan meruncing. Tanaman yang terserang pada tahap ini tidak dapat diharapkan lagi hasilnya, karena tanaman akan mati. b Tanaman yang terserang pada umur 3-5 minggu tidak akan mati, tetapi hasilnya dapat menurun sampai 50. Daun yang baru membuka menguning, pertumbuhan lambat, tongkal hanya berbiji sedikit, kadang-kadang tongkol yang terbentuk tidak normal. c Tanaman yang terserang pada masa generatif lebih dari lima minggu, pada daun terdapat garis-garis klorosis. Tanaman yang terserang pada tahap demikian tidak akan membahayakan, tetapi akan mengurang produksi jagung hingga 30. Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh petani responden berdasarkan petunjuk perusahaan yaitu dengan menyemprotkan fungisida seperti Ridomil 35 SD atau Saromilgold 350 EC dengan dosis sesuai dengan aturan dikemasan. Usaha yang dilakukan petani responden dalam menangani penyakit bulai masih belum berhasil karena ada sebagian tanaman jagung hibrida masih terkena penyakit bulai. Sampai saat ini respon perusahaan terhadap penyakit cukup baik, artinya dengan segera pihak perusahaan memberikan tanggapan atas keluhan petani responden dan mengupayakan pencegahan penyakit serupa agar tidak menjadi wabah bagi petani mitra yang lain yang lokasinya berdekatan. b. Naiknya harga sarana produksi pertanian Naiknya harga sarana produksi pertanian merupakan ancaman bagi mitra usaha. Hal ini menyebabkan petani harus menambah biaya untuk produksi, apabila harga jagung hibrida tetap. Tindakan perusahaan yang kurang tepat dalam mengatasi hal ini akan mengakibatkan berhentinya usahatani mitra. Hal ini sering terjadi karena tidak banyaknya stok yang commit to user 60 dimiliki perusahaan dan akibatnya petani harus membeli sendiri, yang tentunya harganya lebih tinggi dari perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani mitra sering kesulitan mendapatkan saprodi misalnya pupuk hal ini disebabkan terbatasnya barang yang dimiliki perusahaan akibatnya petani harus membeli sendiri pupuk dari luar perusahaan. Hal ini bisa menjadi ancaman eksternal kemitraan apabila perusahaan tidak segera mengatasi masalah tersebut. Hal yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan perusahaan terhadap petani mitra usaha dengan memperhatikan apa yang menjadi kesulitan mitra. c. Adanya tengkulak Adanya tengkulak menjadi ancaman bagi petani mitra usaha karena apabila petani kurang memahami arti kerjasama maka petani akan menjual sebagian jagung hibrida yang sudah dipanen kepada tengkulak. Didalam isi perjanjian kontrak kerjasama sudah dijelaskan bahwa seluruh hasil panen jagung hibrida milik petani harus seluruhnya diserahkan kepada PT Bisi International Tbk dan apabila petani diketahui telah menjual hasil panen jagung hibrida selain ke PT Bisi International Tbk maka petani mitra akan dikenakan sanksi. Sanksi yang diberikan kepada petani yang melanggar perjanjian kontrak kerjasama dalam hal ini adalah menjual panen jagung hibrida kepada tengkulak maka akan dikenakan denda sebesar Rp.5000kg tongkol jagung hibrida dan pihak perusahaan akan membawa kasus ini ke pengadilan. d. Adanya perusahaan inti agribisnis selain PT Bisi International Tbk Perusahaan inti agribisnis lain terdiri dari perusahaan penghasil benih, sarana produksi pertanian dan perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan sistem kemitraan serupa dengan PT Bisi International Tbk. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kediri, perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan serupa adalah Pioneer Dupont, Monsanto dan Syngenta. commit to user 61 Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden ada yang pernah mengikuti sistem kemitran dengan perusahaan lain yang mengusahakan tanaman sejenis. Petani responden beralih ke PT Bisi International Tbk karena perusahaan yang menjadi mitra usaha belum memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan petani. Bahkan bukan tidak mungkin apabila ada perusahaan yang lain memberikan tawaran pendapatan yang lebih tinggi maka hal ini akan menjadi ancaman dalam bermitra. Hal ini terjadi karena orentasi petani pada besar pendapatan yang diperoleh dari usahataninya, bukan dengan siapa mereka bermitra. Hal inilah yang mendasari adanya perusahaan inti agribisnis selain PT Bisi International Tbk sebagai variabel eksternal ancaman sistem kemitraan. e. Musim yang tidak menentu Musim yang tidak menentu merupakan faktor ancaman eksternal dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra usaha. Ancaman yang dihadapi oleh petani jagung hibrida mitra usaha berkaitan dengan musim yang tidak menentu adalah gagal tanam dan gagal panen. Pelayanan yang harus dilakukan oleh PT Bisi International Tbk adalah memberikan informasi yang jelas pada petani tentang iklim dan jadwal tanam yang tepat. commit to user 62

D. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal