Pengaturan Hukum tentang Penyelesaian Sengketa dan Perdamaian

BAB III PENGATURAN MENGENAI PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERDAMAIAN MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

A. Pengaturan Hukum tentang Penyelesaian Sengketa dan Perdamaian

a. Penyelesaian Sengketa Satu langkah penting yang diambil negara-negara yang cinta perdamaian pada akhir abad XIX, demi menetapkan satu aturan perdamaian dalam penyelesaian sengketa sebagai ganti perang adalah tercetusnya dua konferensi besar, yakni the Hague Peace Conference Konferensi Perdamaian Den Haag pada tahun 1899 dan 1907. Pada dua konferensi tersebut ditetapkan pokok-pokok untuk penyelesaian sengketa internasional melalui jalan damai dan formal. 56 a. Konferensi memberikan sumbangan penting bagi hukum perang Hukum Humaniter Internasional. Konferensi perdamaian Den Haag tahun 1899 dan 1907 ini memiliki dua arti penting, yaitu: b. Konferensi memberikan sumbangan penting bagi aturan-aturan penyelesaian sengketa secara damai antarnegara. 57 Perkembangan penting dalam hukum internasional adalah ditetapkannya tahun 1990- 1999 sebagai Dekade Hukum Internasional PBB oleh Majelis Umum pada tahun 1989. Dalam salah satu pernyataannya, Majelis Umum menyatakan bahwa tujuan utama dari dekade hukum internasional ini adalah untuk memajukan 56 Huala Adolf, Op.Cit, Hlm. 8 57 Ibid , Hlm. 9 cara atau metode penyelesaian sengketa antarnegara termasuk penyerahan sengketa dan penghormatan kepada Mahkamah Internasional. 58 Dewasa ini hukum internasional telah menetapkan kewajiban minimum kepada semua negara anggota PBB untuk menyelesaikan sengketa internasionalnya secara damai. Ketentuan ini tersurat khususnya dalam: 59 a. Pasal 2 3 Piagam PBB yang menyatakan bahwa: “All member shall settle their international dispute by peaceful means in such a manner that international peace and security and justice, are not endangered ”. Seluruh anggota harus menyelesaikan persengketaan internasional dengan jalan damai dan menggunakan cara-cara sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional, serta keadilan tidak terancam b. Pasal 2 4 Piagam PBB yang menyatakan: “All member shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any state, or in other manner inconsistent with the puposes of the UN charter ”. Seluruh anggota dalam hubungan internasional mereka, menjauhkan diri dari tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara lain atau dengan cara apapun yang bertentangan Tujuan-tujuan Perserikaatan Bangsa-Bangsa c. Pasal 33 Piagam PBB yang menyatakan bahwa: “The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall, first of all, seek a solution by 58 Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Op.Cit, Hlm. 258 59 Ibid , Hlm. 258-259 negotiation, enquiry, mediation, conciliation, judicial settlement, resort to regional agencies arrangement, or other means of their own choice ”. Pihak-pihak yang tersangkut dalam suatu pertikaian yang jika berlangsung terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian dengan jalan perundingan, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian menurut hukum melalui badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau dengan cara damai lainnya yang dipilih mereka sendiri Meskipun sifatnya sudah universal, kewajiban tersebut tidak berarti mengikat secara mutlak terhadap negara. Negara aialah satu-satunya subjek hukum internasional yang memiliki kedaulatan penuh. Karena itu, suatu negara meskipun tunduk pada kewajiban penyelesaian sengketa secara damai, ia tetap memiliki wewenang yang penuh untuk menentukan cara-cara dan metode penyelesaian sengketanya. Menurut J.G. Starke, pada umumnya, metode-metode penyelesaian sengketa digolongkan menjadi dua kategori: 1. Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat. 2. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan. 60 60 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika, 1997, Hlm. 646 b. Perdamaian Penyelesaian sengketa, khususnya penghentian perang dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian, merupakan salah satu lembaga tertua dalam hukum internasional. Hal tersebut disebabkan salah satu fungsi utama hukum internasional adalah menciptakan perdamaian. Terdapat beberapa definisi tentang perjajanjian damai dalam hukum internasional, di antaranya: a. Perjanjian di mana dua atau lebih negara mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan di antara mereka yang diatur oleh hukum internasional. b. Persetujuan di antara dua negara atau lebih untuk memenuhi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang telah disetujui bersama. c. Kesepakatan antarnegara-negara untuk tujuan mengatur urusan-urusan internasional. Di samping keberadaannya sebagai salah satu sumber penting bagi hukum internasional, ia juga dikategorikan sebagai pusat yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan hubungan internasional. d. Kesepakatan internasional terlepas dari bentuk dan peristilahannya, berupa kesepakatan tertulis yang tunduk pada kaidah-kaidah hukum internasional, dan ditetapkan antara dua negara atau lebih atau antara pakar-pakar hukum internasional yang memiliki keahlian meratifikasi kesepakatan- kesepakatan. Kesepakatan ini ditetapkan dalam satu piagam perjanjian atau lebih yang mengikat masing-masing negara yang berkaitan. 61 61 Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Op.Cit, Hlm. 352 Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi mewujudkan perdamaian dunia, antara lain: 62 1. Melalui Pendekatan Cultural Budaya. Untuk mewujudkan perdamaian harus mengetahuibudaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak,akan percuma saja segala upayanya. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, untuk mengambil langkah- langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia. 2. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi. Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah kesejahteraan dan faktor- faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah 62 http:nicofergiyono.blogspot.com201406konflik-dan-perdamaian-dunia.html, diakses pada tanggal 26 Maret 2015 meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini. 3. Melalui Pendekatan Politik. Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus dibeli. 4. Melalui Pendekatan Religius Agama. Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya perdamaian.Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Maka dari itu setiapmanusia yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia.Para tokoh agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian. Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak ditemukan masalah- masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang kurang memahami satu dengan yang lainnya.Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.Manusia harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. 63 a. Sadar dibentuknya peraturan, patut dan wajib mematuhi peraturan. Selain itu harus saling mengalah, tidak egois dan selalu menghargai orang lain. Jika hanya berpikir untuk kepentingan sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu adalah dituntut untuk sadar terhadap situasi. Contohnya dengan: b. Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain. c. Sadar bahwa memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat istiadat, agama, ras, dan status sosial. d. Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri

B. Metode Penyelesaian Sengketa

Dokumen yang terkait

Sengketa Pulau Kuril Antara Rusia Dan Jepang Ditinjau Dari Hukum Internasional

12 171 88

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Eksistensi Konsul Kehormatan (Honorary Consul) Dalam Hubungan Konsuler (Studi Kasus: Konsul Kehormatan Jerman Di Medan)

16 129 136

Penyelesaian Sengketa Hadhanah Menurut Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam

3 143 147

KAJIAN MENGENAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KUIL PREAH VIHEAR ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

17 121 90

SENGKETA AMBALAT ANTARA RI-MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM LAUT INTERNASIONAL

0 4 95

Lembaga Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Pandangan Peradilan Islam Dan Hukum Positif

0 0 12

BAB II PENGATURAN MENGENAI PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERDAMAIAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengaturan Hukum tentang Penyelesaian Sengketa dan Perdamaian - Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasiona

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasional

0 0 17

Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasional

0 0 9

BAB II PENGATURAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA PULAU KEPULAUAN MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Defenisi Sengketa, Konflik, Sejarah Dan Prinsip-Prinsip Hukum Internasional yang mengatur mengenai Hukum Laut Internasional - Penyelesaian Sengketa Spartly Islands

0 0 51