Fungsi dan Peranan Perjanjian Damai

traktat-traktat, atau untuk mencegah perang, seperti dalam kasus blokade atas Yunani pada tahun 1886 untuk menjamin dilucutinya senjata pasukan-pasukan Yunani yang dihimpun di dekat perbatasan. Dengan cara demikian, menghilangkan kemungkinan konflik dengan Turki. Dari sudut pandang ini blokade secara damai boleh dipandang sebagai suatu prosedur kolektif yang diakui untuk memperlancar penyelesaian sengketa-sengketa antarnegara.

C. Fungsi dan Peranan Perjanjian Damai

Adapun fungsi perjanjian perdamaian adalah menciptakan rekonsiliasi di antara para pihak yang telah berperang, melupakan atau memberikan pengampunan terhadap para pihak yang telah melakukan pelanggaran atau kejahatan perang. Perjanjian perdamaian pada era modern, tidak sekedar menghentikan perang atau permusuhan di antara para pihak, juga mengupayakan rekonstruksi tatanan politik, misalnya di daratan Eropa. Hal ini, antara lain, terlihat dalam Perjanjian Westphalia Westphalian Peace Treaties of Munster and Osnabruck 1648 yang dipandang sebagai tonggak lahirnya hukum internasional modern.Serupa dengan perjanjian Westphalia tersebut di atas adalah the Peace Treaties of Utrecht 1713, Aix-la-Chapelle 1748, Vienna Congress 1815, Paris Crimean War and Paris Peace Treaty 1853-1856, dan perjanjian Versailles bersama Saint-Germain, Trianon, Neuilly, dan Lausanne Peace Treaties, 1919- 1923 yang turut memengaruhi tatanan politik Eropa. 103 103 Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Op.Cit, Hlm. 352 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perjanjian perdamaian pada umumnya memiliki fungsi a menghentikan perang, dan b memperbaiki kembali hubungan persahabatan para pihak yang sebelumnya terganggu karena perang. 104 Dalam perkembangannya, perjanjian perdamaian sebagai lembaga hukum untuk menghentikan peperangan, mengalami kemunduran sejak Perang Dunia I. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa “perang” merupakan tindakan yang tidak sah dan harus digantikan dengan keadilan dan perdamaian abadi. 105 Kemenangan ini tertuang dalam sejumlah perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak, diantaranya sebagai berikut: Setelah Perang Dunia II, negara-negara pemenang perang tidak berhasil menyetujui perjanjian perdamaian secara menyeluruh sekalipun mereka telah memikirkannya melalui Postdam Coference yang diadakan pada tanggal 17 Juli 1945 hingga 2 Agustus 1945. Perjanjian perdamaian baru dicapai pada tahun 1947, meskipun dalam bentuk perjanjian secara terpisah dengan Bulgaria, Finlandia, Italia, Hongaria, dan Rumania. Atas inisiatif PBB, maka pada tahun 1951 disepakati Perjanjian Perdamaian dengan Jepang yang ditandatangani di San Fransisco.Perang dunia II 1939-1945 berakhir dengan kemenangan AS dan sekutunya. 106 1. Perjanjian antara sekutu dan jerman. 104 Ibid , Hlm. 353 105 Mukkaddimah Perjanjian Perdamaian Paris Paris Peace Treaties 1919 yang menegaskan bahwa “... war should be replaced by a firm, just and durable peace.” 106 https:herydotus.wordpress.com20130128perjanjian-perdamaian-pasca-perang- dunia-ii. Di akses pada tanggal 21 Maret 2015 Perjanjian ini berlangsung di Postdam, pada tanggal 2 Agustus 1945, dihadiri oleh Truman Amerika Serikat, Stalin Uni Soviet dan Attlee Inggris. Hasil perjanjian tersebut adalah sebagai berikut: 1 Jerman dibagi menjadi empat pendudukan yaitu Jerman Timur Uni Soviet, Jerman Barat AS, Inggris dan Prancis. 2 Kota Berlin dibagi menjadi empat, yaitu Berlin Barat AS, Inggris, dan Prancis sedangkan Berlin Timur Uni Soviet. 3 Danzig dan daerah Jerman sebelah timur Sungai Oder dan Neisse diserahkan kapda Polandia. 4 Demiliterisasi dari Jerman. 5 Penjahat perang harus dihukum. 6 Jerman harus membayar kerugian perang. 2. Perjanjian antara USA dan Jepang Perjanjian ini bersifat sementara dan baru mendapat pengesahan dalam perjanjian perdamaian di San Fransisco tanggal 8 September 1951. Adapun keputusan yang diambil sebagai berikut: 1 Kepulauan Jepang diperintah dibawah tentara pendudukan AS. 2 Kepulauan Kurile dan Sakhalin Selatan diserahkan kepada Cina, sedangkan Kepulauan Jepang di Pasifik diduduki oleh AS. 3 Korea akan dimerdekakan. Untuk sementara wilayah Korea dibagi menjadi dua daerah pendudukan dengan batas 38°, yaitu Korea Utara oleh Uni Soviet dan Korea Selatan oleh AS. 4 Penjahat perang harus dihukum. 5 Jepang harus membayar kerugian perang. 3. Perjanjian antara sekutu dan Italia. Perjanjian ini berlangsung di Paris pada tahun 1945, dengan hasil sebagai berikut: 1 Daerah Italia diperkecil. 2 Abbessynia dan Albania dimerdekakan kembali. 3 Semua jajahan Italia di Afrika Utara dikuasai Inggris. 4 Italia harus membayar kerugian perang. 4. Perjanjian antara sekutu dan Austria Perjanjian ini berlangsung di Austria pada tahun 1945, dengan hasil sebagai berikut: 1 Kota Wina dibagi menjadi empat daerah pendudukan yaitu Uni Soviet, AS, Inggris dan Prancis. 2 Syarat-syarat lainnya belum dapat ditentukan jika The Big Four AS, Uni Soviet, Inggris, Prancis belum sepakat. 5. Perjanjian antara sekutu dengan Hungaria, Rumania dan Bulgaria Perjanjian ini berlangsung di Paris tahun 1947, dengan hasil sebagai berikut: a. Masing-masing negara yang kalah perang itu harus membayar ganti kerugian perang. b. Demiliterisasi diberlakukan terhadap negara- negara yang kalah perang. c. Penyerahan sisa-sisa perlengkapan perang kepada Sekutu. d. Adanya jaminan integrasi bagi negara-negara tersebut. e. Penetapan perbatasan-perbatasan baru bagi negara-negara tersebut. Perjanjian perdamaian pada umumnya berisi Mukaddimah yang menyatakan keinginan para pihak untuk mengakhiri permusuhan dan menciptakan perdamaian. Para pihak yang dimaksud adalah bangsa atau negara yang ditegaskan dengan lingkup wilayah teritorial masing-masing territorial clauses . Selanjutnya tercantum ketentuan politis political clauses yang mencakup berbagai aspek, misalnya jaminan terhadap hak asasi manusia yang fundamental, amnesti amnesty clause. kadang kala diatur pula mengenai hak- hak kaum minoritas dan hak atas kebangsaan nasionalitas, serta perlakuan terhadap para penjahat perang, termasuk pembentukan mahkamah militer untuk mengadili penjahat perang. 107 Hal lain yang diatur dalam suatu perjanjian perdamaian adalah ketentuan mengenai ketentaraan military clauses yang biasanya meliputi: a Pengurangan dan pengawasan senjata, b Demiliterisasi atau penarikan angkatan bersenjata dari daerah atau wilayah perang, c Pembersihan ranjau dan alat pemusnah lainnya. Selain klausul yang bersifat politis, diatur pula aspek ekonomi dan keuangan economic and financial clauses yang meliputi: a perbaikan sarana 107 Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Op.Cit, Hlm. 353 dan prasarana yang rusak akibat perang; b restitusi atau penggantian terhadap hak milik yang hancur atau musnah, serta pengaturan mengenai pembiayaannya. Restitusi atau penggantian hak milik yang rusak atau musnah dalam perang, biasa dituangkan dalam perjanjian perdamaian dengan menggunakan istilah kompensasi compensation. Penanaman ini ditemukan, antara lain, dalam Pasal 74 huruf d dan Pasal 78 ayat 4 huruf a “The 1947 Peace Treaty with ITALY”, serta “The 1951 Peace Treaty with JAPAN”. 108 Kompensasi sebagaimana diatur dalam perjanjian perdamaian umumnya ditentukan dalam bentuk uang. Pengaturan ini misalnya tertuang dalam perjanjian perdamaian antara Indonesia sebagai suksesor bekas wilayah Hindia Belanda dan Pemerintah Jepang. Pemerintah Indonesia dalam hal ini menuntut ganti kerugian menyusul kerusakan dan penderitaan akibat perang dengan Jepang. 109 Berdasarkan atas memorandum tersebut tercapailah persetujuan perjanjian perdamaian dan persetujuanpampasan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Jepang yang ditandatangani oleh MenteriLuar Negeri Republik Indonesia Subandrio dan Menteri Luar Negeri Jepang Aiichiro Fujiyama pada tanggal 20Januari 1958 di Jakarta.Republik Indonesia telah merdeka dan berdaulat lebih dari 12 tahun lamanya. Selama waktu itu Indonesia sudahmengadakan hubungan-hubungan dengan banyak negara-negara di dunia, demi kepentingan politik, ekonomi,perdamaian dan kesejahteraan Negara dan Rakyat Indonesia. 110 108 KGPH. Haryomataran, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Hlm. 140-141 109 Muhammad Ashri dan Rapung Samuddin, Op.Cit, Hlm. 354 110 Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1958 Para pihak kemudian mengadakan perundingan dan selanjutnya menandatangani “Memorandum Djuanda-Kobayashi” pada tanggal 8 Desember 1957 di Jakarta. Adapun isi memorandum tersebut sebagai berikut: 1 Jepang bersedia membayar rampasan perang sejumlah US225.444.000 dengan kewajiban membayar setiap tahun sekitar US20 juta untuk jangka waktu 11 tahun, dan sisanya dibayar pada tahun ke-12; 2 Penghapusan utang dagang sebesar US174.556.000; dan 3 Swasta Jepang memberikan kredit sebesar US400 juta untuk jangka waktu 20 tahun guna membantu perekonomian Indonesia. 111 Menyusul penandatanganan “Memorandum Djuanda-Kobayashi” tersebut di atas, Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio, dan Menteri Luar Negeri Jepang, Fujiyama Aiichiro, atas nama pemerintah masing-masing menandatangani kesepakatan yang meliputi: 1 Perjanjian perdamaian Indonesia-Jepang, 2 Persetujuan perampasan perang, dan 3 Protokol penghapusan utang dagang sebesar US176.913.959,91. 112 Seiring dengan berkurangnya perang antarnegara secara signifikan, maka perjanjian perdamaian dalam skala internasional makin jarang ditemukan. Namun demikian, perjanjian perdamaian masih difungsikan untuk mengakhiri konflik sebagai tahap awal untuk menciptakan dan memelihara perdamaian serta ketertiban, termasuk perdamaian dalam skala nasional. 111 KGPH. Haryomataran, Op.Cit, Hlm. 143-144 112 Ibid , Hlm. 144

D. Kewajiban Menghormati Perjanjian Damai

Dokumen yang terkait

Sengketa Pulau Kuril Antara Rusia Dan Jepang Ditinjau Dari Hukum Internasional

12 171 88

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Eksistensi Konsul Kehormatan (Honorary Consul) Dalam Hubungan Konsuler (Studi Kasus: Konsul Kehormatan Jerman Di Medan)

16 129 136

Penyelesaian Sengketa Hadhanah Menurut Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam

3 143 147

KAJIAN MENGENAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KUIL PREAH VIHEAR ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

17 121 90

SENGKETA AMBALAT ANTARA RI-MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM LAUT INTERNASIONAL

0 4 95

Lembaga Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Pandangan Peradilan Islam Dan Hukum Positif

0 0 12

BAB II PENGATURAN MENGENAI PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERDAMAIAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengaturan Hukum tentang Penyelesaian Sengketa dan Perdamaian - Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasiona

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasional

0 0 17

Perbandingan Mengenai Peneyelesaian Sengketa dan Perdamaian Antara Hukum Islam dengan Hukum Internasional

0 0 9

BAB II PENGATURAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA PULAU KEPULAUAN MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Defenisi Sengketa, Konflik, Sejarah Dan Prinsip-Prinsip Hukum Internasional yang mengatur mengenai Hukum Laut Internasional - Penyelesaian Sengketa Spartly Islands

0 0 51