Marga-Marga Simalungun Sistem Kekerabatan

lahir dipertengahan bukan paling muda, bukan paling tua. Tondong Bolon artinya pambuatan orang tua atau saudara laki dari istrisuami.Panogolan artinya kemenakan, anak lakiperempuan dari saudara perempuan. 3. Tutur Natipak Kehormatan Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat. Misalnya: Kahadigunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Bagi wanita, kaha digunakan untuk memanggil suami boru dari kakak Ibu.Ambia Panggilan seorang laki terhadap laki lain yang seumuran atau bawahan. Ikatan kekerabatan diklasifikasikan dalam suatu sistem yang dalam bahasa Simalungun dikenal Tolu Sahundulan, yaitu : 1. Tondong Pemberi istri 2. Anak BoruBoru Penerima Istri 3. SaninaSapanganonkonSanak-saudara, individu semarga atau pembawa garis keturunan Dalam masyarakat Simalungun seorang pria belum dianggap sebagai orang dewasa dan belum dapat berperan serta dalam fungsi-fungsi adat bila yang bersangkutan belum menikah atau sudah menikah tapi belum mempunyai keturunan.

2.5.1 Marga-Marga Simalungun

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sinaga 2. Saragih 3. Damanik 4. Purba Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon” Permusyawaratan besar antara empat raja besar berjanji untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan, Marsiurupan bani hasunsuhan na legan, rup mangimbang munsuh, keempat raja tersebut adalah: 1. Raja Nagur bermarga Damanik Damanik berarti Simada Manik pemilik manik, dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan bersemangat, berkharisma, agungterhormat, paling cerdas.Raja ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya: Marah Silau yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, tuan raja siantar dan tuan raja damanik Soro Tilu yang menurunkan marga rajaNagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola Timo Raya yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok. Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Universitas Sumatera Utara Raja,Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun. 2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang. Keturunannya adalah: • Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya. Saragih Garingging kemudian pecah menjadi dua, yaitu: Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei, Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak. • Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang. Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada dua keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih berafiliasi, yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munte, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Adapula sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir. Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun. 3. Raja Banua Purba bermarga Purba Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pengatur, pemegang Undang- Universitas Sumatera Utara undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan atau sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha Sidadolog, Sidagambir. Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba.Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu. 4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penyebab gempa dan tanah longsor.Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah Sibijaon. Tideman,1922.

2.6 Sistem Kepercayaan