Penggolongan Bahan Galian Pertambangan

Wialyah Izin Pertambangan Khusus. Pengelompokan dari bahan galiannya pun terjadi perbedaan pengelompokan dimana ada pertambangan mineral yang terdiri dari radioaktif, logam, dan non logam dan batuan, pengelompokan batu bara. Kita melihat bahwa pemberian izin dari kuasa pertambangan adalah dikaitkan dengan usaha pertambangan nya yang dibedakan berdasarkan jenis bahan mineral serta dikaitkan dengan luasnya lahan maupun kapasitas kemampuan finansial dari pihak kontraktor Badan Usaha danatau BUMNBUMD, koperasi maupun perorangan yang akan melakukan kegiatan pertambangannya.

E. Penggolongan Bahan Galian Pertambangan

Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas: 59 Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. 1. Pertambangan mineral; dan 2. Pertambangan batubara. 60 Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. 61 59 Pasal 34 ayat 1Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 60 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batu bara. 61 Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pertambangan mineral digolongkan atas: 1. Pertambangan mineral radio aktif; Universitas Sumatera Utara 2. Pertambangan mineral logam; 3. Pertambangan mineral bukan logam; 4. Pertambangan batuan. Batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. 62 Pertambangan batu bara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. 63 a. Golongan bahan galian yang strategis adalah : Rincian penggolongan bahan galian berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 adalah sebagai berikut: - Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi,gas alam; - Bitumen padat, aspal; - Antrasit, batubara, batubara muda; - Uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif lainnya; - Nikel, kobah; - Timah. b. Golongan bahan galian yang vital adalah: - besi, mangaan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; - bauksit, tembaga, timbal, seng; - emas, platina, perak, air raksa, intan; - arsin, antimon, bismut; - yatrium, rhutenium, crium dan logam-lugam langkah lainnya; 62 Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 63 Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Universitas Sumatera Utara - brillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; - kriolit, fluosfar, barit dan; - yodium, brom, khlor, belerang. 64 1. Bahan galian yang berbentuk padat; Menurut Sukandarramidi, bahan galian adalah “ bahan yang dijumpai didalam, baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan”. Dalam pengertian ini, bahan galian diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 2. Bahan galian yang berbentuk cair ; dan 3. Bahan galian yang berbentuk gas. Yang termasuk bahan galian berbentuk padat adalah emas, perak, batu gamoing, lempung dan lain-lain. Bahan galian yang termasuk berbentuk bahan cair adalah minyak bumi dan yodium, dan lain-lain. Peraturan pemerintah nomor 27 Tahun 1980 terdiri atas empat pasal. Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah ini adalah meliputi : 1. Penggolongan bahan galian; 2. Pemindahan bahann galian dari suatu golongan ke golongan tertentu, yang telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah; 3. Bahan galian yang disebutkan, yang perlu dimasukkan dalam satu golongan ditetapkan dengan peraturan pemerintah; 64 Sukandarramidi, Hukum Pertambangan, UII Press, Jakarta, 2003, Hal.28 Universitas Sumatera Utara 4. Bahan galian yang lebih tinggi golongannya terdapat dalam satu endapan dengan bahan galian yang lebih rendah, menteri menetapkan pengaturan usaha pertambangan endapan tersebut. 5. Bagi bahan-bahan galian, sepanjang terletak dilepas pantai, izin usaha pertambanganny diberikan oleh menteri. Sementara secara teknis terdapat empat kelompok jenis bahan galian yaitu ; a. Unsur-unsur kimia; b. Mineral-mineral; c. Bijih-bijih; d. Batu-batuan. Secara teknis pula penentuan golongan bahan galian dapt dilakukan menurut kelompok jenisnya. Tetapi tidaklah demikian menurut hukum dan peraturan perundang-undangan. Penggolongan batuan galian secara hokum diatur dalam UUPP 1967 pasal 3. Bunyi pasal 3 selengkapnya sebagai berikut; 1 Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan; a. golongan bahan galian strategis; b. golongan bahan galian vital; c. bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a dan b. 2 Penunjukan sesuatu bahan galian kedalam suatu golongan tersebut pada ayat 1 pasal ini diatur dengan peraturan pemerintah. Penggolongan bahan galian pada pasal 3 ayat 1 di atas, didasarkan pada pentingnya bahan galian yang bersangkutan bagi Negara. Berikut pengertian Universitas Sumatera Utara setiap golongan bahan galian: a. Bahan galian strategis atau golongan a, artinya strategis bagi pertahanan atau bagi perekonomian Negara seperti minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alambitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda, uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya, nikel, kobalt, timah. b. Bahan galian vital atau golongan b, artinya bahan galian yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak Seperti besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismuth, yittrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya, berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa, kriolit, fluorpar, barit, yodium, brom, khlor, belerang. c. Bahan galian tidak strategis dan tidak vital atau golongan c, artinya bahan galian yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hajat hidup orang banyak, baik karena sifatnya, maupun karena kecil jumlah depositnya. Dengan demikian ada kemungkinan suatu bahan sifatnya strategis dan vital, tetapi karena jumlah depositnya terlalu kecil, maka dikualifikasikan sebagai bahan galihan c seperti nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu halite, asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas alum, oker, batu permata, batu setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap fullers earth, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, Universitas Sumatera Utara andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b. Penggolongan bahan galian, selain didasar pada pentingnya bahan galian yang bersangkutan bagi Negara, juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain; a. Nilai strategis-ekonomis bahan galian terhadap perekonomian dan pertahanan Negara; b. Nilai penting dan kemanfaatannya terhadap hajat hidup orang banyak; c. Dari segi sifat dan keadaan bahan galihan yang didasarkan pada beberapa faktor; - Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam; - Penggunaan bahan galian bagi industri; - Teknik pengolahannya; - Banyak tidaknya deposit bahan galian yang tidak bersangkutan di Indonesia. Perincian mengenai penggolongan setiap jenis bahan galian yang diamanatkan oleh Pasal 3 ayat 2 dicantumkan dengan Peraturan pemerintah. Sejak Undang-Undang Nomor 37 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan, peraturan pemerintah tentang penggolongan bahan galian telah tiga kali mengalami perubahanpenggantian yaitu: b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1960 tentang Penggolongan Bahan Galian. c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1964 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian. Universitas Sumatera Utara d. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian. Berdasarkan penggolongan diatas tidaklah permanen. Berdasarkan pertimabangan kepentingan pertahanankeamanan atau kepentingan ekonomi yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan, penggolongan bahan galian dapat berubah. Bahan galian golonganc dapat berubah menjadi bahan galian strategis atau vital dan dapat terjadi sebaliknya. Ketentuan mengenai pergeseran bahan golongan jenis bahan galian ini, diatur dalam pasal 2 ayat 1 PP Nomor 27 Tahun 1980. 65 65 Isi pasal 2 ayat 1 selengkapnya berbunyi; “pemindahan bahan galian dari satu golongan ke holongan lain sebagaimanadimaksud dalam pasal 1, ditetapkan dalam peraturan pemerintah”. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang