Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional

Universitas Sumatera Utara Kepesertaan JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; anggota TNI atau PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; anggota Polri atau PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT Askes Persero beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2.1.5 Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional

2.1.5.1 Tarif

Tarif pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional didasarkan pada tarif Indonesian-CaseBased Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA- CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokkan diagnosis penyakit Kementerian Kesehatan RI, 2013. Sistem INA-CBGs merupakan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakanprosedur yang menjadi output pelayanan, berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu International Classification of Diseases ICD yang disusun WHO dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-Clinical Modifications untuk tindakanprosedur. Permenkes, 2014. Tarif INA-CBGs mempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri dari 789 kode group kelompok rawat inap dan 288 kode kelompok rawat jalan. Pengelompokan Universitas Sumatera Utara kode diagnosis dan prosedur dilakukan dengan menggunakan grouper United Nations University UNU Grouper. UNU Grouper adalah grouper case-mix yang dikembangkan oleh UNU Malaysia Kemenkes, 2014. Untuk tarif INA- CBG’s dikelompokan dalam 4 jenis RS, yaitu RS kelas D, C, B, dan A yang ditentukan berdasarkan akreditasi rumah sakit Sistem INA-CBGs merupakan sistem pembiayaan prospektif dan tujuan yang ingin dicapai dari penerapan sistem ini yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan cost effective. Tidak ada satupun sistem pembiayaan yang sempurna, setiap sistem pembiayaan memiliki kelebihan dan kekurangan . Permenkes, 2014.

2.1.5.2 Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan pasal 16, Perpres No. 122013 tentang Jaminan Kesehatan. Pembayaran iuran dalam program ini adalah bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah. Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar dua persen perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja. Universitas Sumatera Utara Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan peserta paling lambat 14 hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan. 2.1.5.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan Perpres No.12 Tahun 2013 pasal 39 menjelaskan bahwa BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama secara pra upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dalam hal fasilitas kesehatan tingkat pertama di suatu daerah tidak memungkinkan mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan rujukan rumah sakit sistem pembayaran berdasarkan cara Indonesian Case Based Groups INA- CBG’s. Besaran kapitasi dan INA- CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap dua tahun sekali oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan pasal 40 Pepres No.12 Tahun 2013 menjelaskan bahwa : 1. Pelayanan gawat darurat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan penggantian biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan. 2. BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut. 3. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada peserta.

2.1.6 Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan