Metode Pengumpulan Data Pengolahan Data Proses process

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Karakteristik Informan No Informan Jenis Kelamin Umur Pendidikan Keterangan 6 Ngatini Perempuan 42 SMA Pasien Kebidanan 7 Sutrisni Perempuan 39 SMEA Pasien Kebidanan 8 Nitrida Elda Perempuan 25 SMA Pasien Kebidanan 9 Jumiran Laki-laki 55 SMP Pasien P.Dalam 10 Sukarto Laki-Laki 58 SD Pasien P.Dalam 11 Abdul Salam Laki-laki 48 SMA Pasien P.Dalam 12 Vivy Susanti Perempuan 47 SMA Pasien Bedah 13 Suratno Laki-laki 54 SMP Pasien Bedah 14 Suyani Perempuan 48 SMA Pasien Anak 15 Idawati Perempuan 47 SMA Pasien Anak

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi. 1. Teknik Wawancara interview Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab dengan bertatapan muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Sumantri, 2013. Teknik ini berpedoman kepada instrument penelitian yang telah dipersiapkan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program JKN yang telah dilaksanakan. 2. Teknik Observasi pengamatan Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan JKN secara langsung. Universitas Sumatera Utara 3. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang Sugyono, 2011. Dokumen yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan program JKN di RS PTPN IV Kebun Laras yang telah dijalankan. Dokumentasi disini berupa data profil Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras serta data rekam medis Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.

3.5 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan pengecekan kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran atau informasi kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya.

3.6 Metode Analisis Data

Model analisa data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman 1992, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Komponen analisis data menurut Miles and Huberman : 1. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Universitas Sumatera Utara 2. Penyajian data Penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. 3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 42 42 Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian menjelaskan tentang sejarah Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, visi dan misi Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, gambaran penduduk yang dilayani di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, gambaran tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, gambaran jumlah 10 besar penyakit di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, serta gambaran jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Rumah Sakit Laras didirikan oleh perusahaan pemerintah Belanda HVA pada tahun 1923 dengan nama Rumah Sakit Bahapal. Rumah Sakit ini terletak di Desa Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ± 25 km dari kota Pematang Siantar dengan luas bangunan 6.977,75 m² pada tanah seluas 16,96 hektar dengan kapasitas tempat tidur 110 buah. Pada tahun 1957, Rumah Sakit Bahapal berubah namanya menjadi Rumah Sakit Laras yang pengelolaannya dilaksanakan oleh PT Perkebunan VII dan menjadi Rumah Sakit rujukan PTP VII. Kemudian pada tahun 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tanggal 14 Februari 1996 tentang Penggabungan Kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dari PTP VI, PTP VII dan PTP VIII menjadi Perusahaan Perseroan PT Perkebunan Nusantara IV. Dengan adanya penggabungan tersebut 43 Universitas Sumatera Utara maka sejak 1996 Rumah Sakit Laras di bawah naungan PTPN IV Persero. Saat ini Rumah Sakit Laras merupakan salah satu unit fasilitas kesehatan yang ada di PTPN IV Persero Medan yang melayani karyawan PTPN IV Persero dan keluarganya serta masyarakat umum sekitarnya. Di samping melayani karyawan serta keluarganya, Rumah Sakit Laras juga melayani masyarakat umum sebagai fungsi sosial, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 378MENSOSPER93.

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Visi Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras adalah “Menjadi Rumah Sakit andalan baik di dalam lingkungan PTPN IV dan Kabupaten Simalungun tahun

2016. ” Sedangkan misi adalah sebagai berikut :

1. Mengelola Rumah Sakit secara profesional sesuai standar Rumah Sakit. 2. Mempersiapkan dan mengadakan sarana dan peralatan yang lebih lengkap dengan standar yang sudah ditetapkan. 3. Meningkatkan kompetensi SDM secara berkesinambungan. 4. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif. 5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

4.1.3 Gambaran Penduduk yang Dilayani Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Berdasarkan data jumlah penduduk yang dilayani di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, dapat diketahui bahwa penduduk yang paling banyak dilayani di Rumah Sakit PTPN IV adalah penduduk yang berdomisili di Kebun Dolok Illir yaitu sebanyak 3.368 orang. Sedangkan penduduk yang paling sedikit dilayani di Rumah 44 Universitas Sumatera Utara Sakit PTPN IV adalah penduduk yang berdomisili di Unit sekitar RS Laras yaitu sebanyak 385 orang. Secara lebih rinci mengenai jumlah penduduk yang dilayani di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Jumlah Penduduk yang Dilayani Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Sumber : Profil Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2014

4.1.4 Gambaran Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Berdasarkan data tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dapat di ketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah perawat yaitu sebanyak 46 orang dan yang paling sedikit adalah tenaga gizi serta beberapa dokter spesialis yaitu sebanyak 1 orang. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014, standar dokter umum untuk RS kelas C sebanyak 9 orang tetapi kenyataannya di RS PTPN IV Kebun Laras hanya sebanyak 4 orang, serta standar dokter spesialis untuk RS kelas C sebanyak 1 orang dokter untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang tetapi kenyataanya di RS PTPN IV Kebun Laras tidak memiliki pelayanan anestesiologi, radiologi dan patologi klinik. Hal ini tentunya masih dinilai kurang dan belum sesuai dengan standar RS kelas C .Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : No. KebunUnit Jumlah Penduduk 1 RS Laras 2. Laras 3. Dolok Ilir

4. PMT Dolok Ilir

385 1.618 3.368 624 Total 5.995 45 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras No Tenaga Kesehatan Jumlah 1 2 Dokter Umum Dokter Gigi 4 1 3 Dokter Spesialis Bedah 2 4 Dokter Spesialis Ortopedi 1 5 Dokter Spesialis Obgin 2 6 DokterSpesialis THT 1 7 Dokter Spesialis Mata 1 8 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 9 Dokter Spesialis Patologi 1 10 Dokter Spesialis Paru 1 11 Dokter Spesialis Urologi 1 12 Dokter Spesialis Anak 1 13 Perawat 46 14 Bidan 5 15 Akademi Analisi Kesehatan 3 16 Apoteker 2 17 SKM 2 18 Tenaga Gizi 1 19 Sanitarian 3 Total 79 Sumber : Profil Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2014

4.1.5 Gambaran Jumlah 10 Besar Penyakit di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Berdasarkan data jumlah 10 besar penyakit di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dapat di ketahui bahwa penyakit terbesar pertama adalah penyakit ISPA yaitu sebanyak 4.232 kasus, sedangkan penyakit terbesar terakhir adalah penyakit diare dan gastroenteritis yaitu sebanyak 772 kasus. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut 46 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Jumlah 10 Besar Penyakit di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras No Nama Penyakit Jumlah 1 ISPA 4232 2 Diabetes Melitus 3291 3 Hipertensi 2962 4 Influenza 2066 5 Dyspesia 989 6 Karies Gigi 381 7 Gastritis 191 8 Asma 224 9 TB Paru 256 10 Diare dan Gastroentri 772 Total 15364 Sumber : Rekam Medis Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2015 4.1.6 Gambaran Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Berdasarkan data jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dapat diketahui bahwa pasien yang paling banyak menggunakan rawat jalan dan rawat inap adalah pasien JKN perkebunan dengan jumlah rawat jalan sebanyak 9.340 serta rawat inap sebanyak 2.089. Sedangkan, pasien yang paling sedikit menggunakan rawat jalan dan rawat inap adalah pasien JKN PBI dengan rawat jalan sebanyak 405 dan rawat inap sebanyak 291. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : 47 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2015 Sumber : Rekam Medis Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2015 4.2 Wawancara Pelaksanaan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Tahun 2016 4.2.1 Kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Hasil wawancara dengan Direktur Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras tentang kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait pelayanan kesehatan peserta BPJS diperoleh informasi sebagai berikut : BULAN JKN Kebun JKN PBI JKN Non PBI R. Jalan R. Inap R. Jalan R. Inap R. Jalan R. Inap Januari 1025 203 15 13 8 18 Februari 850 108 18 14 52 32 Maret 955 170 30 12 83 88 April 980 250 21 15 75 80 Mei 782 260 23 20 80 92 Juni 705 203 19 18 88 90 Juli 730 150 25 22 98 80 Agustus 850 188 52 27 120 100 September 768 187 68 32 80 50 Oktober 892 180 65 60 83 80 November 803 190 69 58 118 66 Total 9340 2089 405 291 885 776 48 Universitas Sumatera Utara “Kebijakannya itu BPJS minta komitmen kita untuk mengikuti peraturan yang dibuat oleh BPJS.” Informan 1 Namun menurut penanggung Jawab JKN Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait pelayanan kesehatan peserta BPJS adalah sebagai berikut : “Kebijakannya misalnya untuk karyawan harus sesuai dengan persyaratan. Kalau kasus pasien tidak ditanggung oleh BPJS seperti kecelakaan kita harus bekerjasama dengan kepolisian atau jasa raharja. Kemudian untuk pasien yang tidak bisa kita layani di rumah sakit tipe C harus kita rujuk ke rumah sakit tipe B. Dan.” Informan 2 Hal ini sejalan dengan pendapat dokter umum di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras yang menyatakan bahwa : “Setahu saya kebijakan mengenai JKN di RS ini kita akan menerima pasien luar untuk konsul itu harus ada surat rujukan yang dibawa kemari. Kalau tidak ada surat rujukan kalau tidak emergency kita tidak bisa tangani, kalau saya hanya tahu sebatas itu saja. Kalau untuk kebijakan lainnya penanggung JKN lebih tahu. ” Informan 3 Hal ini juga sejalan dengan pendapat perawat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras yang menyatakan bahwa : “Saya mengetahui tetapi tidak sebegitu maksimalnya,hanya sebatas yang saya tahu aja yang akan saya jawab. Sebenarnya kebijakan BPJS di RS Laras memang bagus dan kami di RS Laras ini ada dua mengenai penerimaan BPJS antara lain BPJS mandiri dan BPJS Perkebunan. Karena RS Laras ini adalah RS Perkebunan maka kami menerima pasien perkebunan di sekitar RS dan pasien luar di sekitar RS”. Informan 4 Dari beberapa pernyataan informan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengikuti semua aturan yang dibuat oleh BPJS dan menerima pasien BPJS perkebunan maupun pasien BPJS di luar 49 Universitas Sumatera Utara perkebunan. Untuk kasus pasien yang tidak ditanggung oleh BPJS seperti kecelakaan, maka rumah sakit harus bekerjasama dengan kepolisian atau jasa raharja terlebih dahulu. Jika rumah sakit tidak bisa menangani penyakit yang diderita pasien maka pasien akan di rujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi tingkatannya. Selain itu, untuk pasien yang mengalami kegawatdaruratan diperbolehkan untuk langsung datang dan ditangani di rumah sakit tanpa melalui faskes primer terlebih dahulu. 4.2.2 Kebijakan yang Dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS menurut Pasien Hasil wawancara dengan pasien kebidanan dan pasien penyakit dalam tentang kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait pelayanan kesehatan peserta BPJS diperoleh informasi sebagai berikut : “Apa ya, karena kami baru aja lah jadi anggota BPJS jadi gak terlalu tahu ibu. Kalau syarat jadi anggota BPJS palingan ya fotocopi KK 2 lembar, KTP 2 lembar sama kartu BPJS. Ya menurut ibu ada sulitnya juga. Sulitnya paling persyaratannya banyak.” Informan 7 Dan didukung dengan kutipan informan lain : “Kalau kebijakannya itu persyaratan jadi peserta BPJS itu fotocopi KK 2 lembar, fotocopi BPJS 2 lembar.Yaudah itu aja. Kalau sampai hari ini sih enggak terlalu mempersulit dek.” Informan 9 Namun menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam dan pasien anak kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait pelayanan peserta BPJS adalah sebagai berikut : “Kalau persyaratannya sih fotocopi KTP, fotocopi BPJS, fotocopi KK. Kalau di bilang mempersulit gimana ya, semuanya harus melalui prosedur, mempersulitnya ya kita gak langsung dapat pelayanan harus melalui prosedur-prosedur itu. Kita ini kan kalau sakit mau cepat, sementara BPJS itu harus dilaksanakan prosedur- prosedur itu dulu.”Informan 8 50 Universitas Sumatera Utara Dan didukung dengan kutipan informan lain : “Kebijakan gimana itu ya dek, oh kalau syarat jadi peserta BPJS fotocopi KK, fotocopi KTP sama fotocopi kartu BPJS. Ya makin sulit sih. Seandainya kita berobat dari rumah lupa, seandainya lah orang kena parang, apa bawa kartu KK, kan enggak. Harus bolak bal ik ke rumah. Kalau gak lengkap gak mau mereka layani.” Informan 10 Didukung dengan kutipan dari informan lain : “Ya dengar-dengar gitulah, kalau persyaratan jadi peserta BPJS fotocopi KTP sama fotocopi kartu BPJS. Sangat…sangat…mempersulit ya kadang malas mau berobat. Jadi lama terus itu nunggu- nunggu.” Informan 12 Dan didukung dengan kutipan informan lain: “Duh kurang ngerti kebijakannya, kalau persyaratan jadi peserta BPJS fotocopi KK, fotocopi KTP sama fotocopi kartu BPJS. Ya makin sulitlah. Kalau dulu kan belum ada BPJS lebih gampang” Informan 15 Sedangkan, menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam dan pasien bedah kebijakan yang dimiliki Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras terkait peserta BPJS adalah sebagai berikut : “Kebijakannya kurang tahu dek, kalau persyaratan jadi peserta BPJS Fotocopi KTP, fotocopi kartu BPJS, fotocopi kartu keluarga dan surat pengantar dari kantor. Mempersulitlah, karena kan kartu BPJS saja sebenarnya sudah menunjukkan kita sebagai anggota BPJS, jadi kan sebenarnya tidak perlu lagi pakai KK, KTP dan surat pengantar dari kantor.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kurang ngerti kalau soal kebijakan mbak, kalau persyaratan jadi anggota BPJS itu fotocopi KK, fotocopi KTP sama kartu BPJS itu mbak. Ya jelas mempersulitlah mbak, dulu kan kami di PTPN kan kalau berobat cuma pakai adfis berobat sekarang kan kami harus fotocopi KK, fotocopi KTP, fotocopi kartu BPJS. Itu sangat memberatkan mbak bagi kami, sudah memakan waktu.” Informan 6 51 Universitas Sumatera Utara Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau persyaratan jadi anggota BPJS itu mbak fotocopi KK, fotocopi KTP sama kartu BPJS itu mbak. Ya jelas mempersulitlah mbak, dulu kan kami di PTPN kan kalau berobat cuma pakai adfis berobat sekarang kan kami harus fotocopi KK, fotocopi KTP, fotocopi kartu BPJS. Itu sangat memberatkan mbak bagi kami, sudah memakan waktu.”Informan 13 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Setahu saya persyaratan jadi anggota BPJS itu mbak fotocopi KK, fotocopi KTP sama kartu BPJS itu mbak. Ya jelas mempersulitlah mbak, dulu kan kami di PTPN kan kalau berobat cuma pakai adfis berobat sekarang kan kami harus fotocopi KK, fotocopi KTP, fotocopi kartu BPJS. Itu sangat memberatkan mbak bagi kami, sudah memakan waktu .”Informan 14 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa semua pasien mengetahui tentang persyaratan untuk menjadi peserta BPJS yaitu dengan fotocopi KK, fotocopi KTP serta fotocopi kartu BPJS. Tetapi menurut 9 dari 10 orang informan, persyaratan tersebut semakin mempersulit karena terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Sedangkan menurut 1 dari 10 orang informan, persyaratan tersebut tidak mempersulit. 52 Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Kebijakan Khusus Internal yang Berkaitan dengan BPJS yang Diberlakukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara dengan Direktur dan Perawat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras tentang kebijakan khusus internal yang berkaitan dengan BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras adalah sebagai berikut : “Enggak ada, semuanya itu harus tahu BPJS.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Tidak ada kebijakan khusus internal mengenai BPJS di RS Laras.” Informan 4 Sedangkan menurut penanggung jawab JKN dan dokter umum di Rumah Sakit PTPN IV Kebun tentang kebijakan khusus internal yang berkaitan dengan BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras adalah sebagai berikut : “Tidak ada sama saja, tetapi kebijakan khusus lainnya sedang menyusul.Saat ini pelayanan pasien perkebunan dengan pasien luar sama saja.” Informan 2 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sesuai paket INA-CBG’s dan clinical pathway yang sesuai dengan itu. Jika di rawat 5 hari ya 5 hari.” Informan 3 Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa tidak ada kebijakan khusus internal terkait BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Menurut apoteker di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras kebijakannya sama seperti RS lainnya, yaitu sesuai paket INA- CBG’s dan clinical pathway yang sesuai dengan itu. Sementara 53 Universitas Sumatera Utara menurut dokter penanggung jawab JKN di RS, kebijakan khusus lainnya segera menyusul.

4.2.4 Penerapan Aturan INA-CBG ’S di Rumah Sakit PTPN IV Kebun

Laras Hasil wawancara dengan Direktur, penanggung jawab JKN, dokter umum dan perawat, mengenai aturan INA- CBG’S di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras diperoleh informasi sebagai berikut : “Oh iya sudah diterapkan, itu sudah aturan BPJS.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Iya sudah diterapkan di RS Laras. Jadi INA-CBG’S itu pengelompokan daftar harga penyakit yang disesuaikan dengan paketannya. Misalnya untuk pasien yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Itu beda-beda lagi dia. Jadi INA- CBG’s itu kita mengkode dengan buku ICD 9 dan ICD 10 dengan diinput. Kalau rujukan kita pakai.ICD 10 kalau tindakan pakai ICD 9. ” Informan 2 Dan didukung oleh kutipan informan lain yang mengemukakan bahwa: “Iya sudah diterapkan. INA-CBG’s itu kan sesuai dengan paketnya. Misalnya kalau apendik, 3 juta ya 3 juta. Kalau 2 juta ya 2 juta termasuk obatnya. ” Informan 3 Sedangkan menurut perawat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras adalah sebagai berikut : “Iya sudah diterapkan. Mengenai kebijakan INA-CBG’s di RS Laras, saya juga pernah mengikuti pelatihan di Hotel Soci mengenai INA- CBG’s dan INA-CBG’s itu sebenarnya adalah alat ukur atau biaya-biaya untuk perobatan standar dari BPJS ke RS Laras. Tetapi INA- CBG’S itu tidak sepenuhnya memenuhi biaya yang ada di RS Laras karena kadang-kadang INA- CBG’s tidak sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh RS. Biasanya juga biaya yang dikeluarkan BPJS lebih rendah dari biaya INA- CBG’s.” Informan 4 54 Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah menerapkan aturan INA- CBG’s . Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Laras juga sudah memahami mengenai aturan INA- CBG’s . Dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan informan diatas bahwa INA- CBG’s adalah pengelompokam daftar harga penyakit yang disesuaikan dengan paketannya.

4.2.5 Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur, dokter penanggung jawab JKN dan dokter umum dan perawat mengenai ketersediaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Masih ada yang kurang terutama dokter spesialis. Kalau dokter umum hanya ada 3 orang. Sama saya 4 orang. Kalau jumlah tenanga kesehatan lainnya saya lupa. Nanti tanya sama SDM ya” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kurang, sebenarnya kalau dari tipe rumah sakit kita harus ada 7 dokter umum tetapi yang ada di rumah sakit ini hanya ada 4 dokter umum.”Informan 2 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Masih kurang sebenarnya mbak, dokter umum di RS ini hanya ada 4 orang.”Informan 3 Sedangkan menurut perawat mengenai ketersediaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Jumlah perawat di RS Laras ini saya rasa sudah mencukupi.” Informan 4 55 Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras masih kurang. Jumlah ketersediaan dokter umum masih kurang dan belum sesuai dengan standar RS Kelas C, khusus dokter spesialis masih sangat kurang memadai. Sementara menurut perawat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, jumlah perawat sudah mencukupi.

4.2.6 Keikutsertaan Tenaga Kesehatan dalam Pelatihan tentang Kompetensi Pengelola Program JKN

Hasil wawancara menurut Direktur mengenai keikutsertaan tenaga kesehatan dalam pelatihan tentang kompetensi pengelolaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Sudah, sudah pasti memerintahkan penanggung jawab JKN untuk mengikuti pelatihan. Itu satu tahun yang lalu.” Informan 1 Tetapi kenyataannya, hanya dokter penanggung jawab JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras saja yang sudah mengikuti pelatihan tentang kompetensi pengelolaan program JKN, sedangkan tenaga kesehatan lain seperti apoteker dan perawat belum pernah mengikuti pelatihan. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Sudah mengikuti pelatihan, terakhir ikut pelatihan 2 bulan yang lalu.” Informan 2 Dari pernyataan informan diatas, dapat dikteahui bahwa penanggung jawab JKN sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait pengelolaan program JKN. 56 Universitas Sumatera Utara 4.2.7 Ketersediaan Obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara menurut Direktur dan apoteker mengenai ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Kalau soal ketersediaan obatnya selalu ada dan sudah lengkap ya dan tidak pernah terjadi kekosongan obat, karena kan pemesanan obat sebulan sekali dan kalau enggak ada obat kita resep. Kalau soal obat belum habis dan sudah kadaluarsa juga gak pernah ada ya. kalau pun ada kita kembalikan ke distributor karena kan di cek dulu dan udah ada perjanjian tertulis juga sama distributor mereka siap dikembalikan jika sudah kadaluarsa. Tapi jarang terjadi sih.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Untuk saat ini obat selalu tersedia dan tidak ada kendala dalam pengadaan obat. Karena kalau Katalog dan Fornas bisa kita alihkan ke luar gitu. Karena kita bukan RUSD itu kelebihannya. Kebetulan kita tidak ada kadaluarsa karena sebelum kadaluarsa 3 bulan kita balikin ke distributor, rektur namanya.” Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah lengkap dan obat selalu tersedia. Menurut semua informan tidak pernah terdapat obat yang kadaluarsa di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, karena sudah ada perjanjian tertulis dengan distributor yaitu 3 bulan sebelum kadaluarsa obat akan dikembalikan ke distributor.

4.2.8 Ketersediaan Obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Menurut Pasien

Hasil wawancara menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam, dan pasien bedah, ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras selalu tersedia dan tidak ada kendala dalam hal permintaan obat. 57 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Obatnya selalu ada kok dek dan selalu dikasih. Enggak ada kendala sih deh soal obat.” Informan 6 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Iya obatnya selalu tersedia dek dan enggak ada kendala.” Informan 7 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Iya obat selalu lancar dek selalu tersedia dan enggak ada kendala kok.” Informan 8 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kalau obatnya selalu tersedia dek dan kendala gak ada sih.” Informan 9 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau saya berobat selalu ada sih dek, enggak ada kendala.” Informan 10 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Obatnya sih selalu ada, enggak ada kendala sih.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Selama saya berobat obatnya selalu ada dek dan enggak ada kendala.” Informan 12 Sedangkan menurut Pasien Bedah dan Pasien Anak, ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum lengkap dan beberapa jenis obat tidak 58 Universitas Sumatera Utara tersedia di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sehingga pasien harus membeli sendiri obat tersebut di luar dengan biaya sendiri. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Kayaknya enggak ya. Kualiatas obatnya pun kayaknya kita lebih bagus beli di luar daripada kita ngambil di RS Laras. Karena saya pemakai BPJS tapi saya tidakpercaya dengan RS perusahaan sendiri. Kendalanya itu dek obatnya sama aja ya antara sakit batuk, demam sama tifus. Seharusnya kan beda dek.” Informan 13 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Sebagian ada sebagian enggak. Sebagian kita harus membeli sendiri di Apotek dek. Ya itulah dek kendalanya, kadang obatnya enggak ada jadi kita harus membeli sendiri di luar.” Informan 14 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kemarin saya ada pengalaman waktu saya dikonsulkan ke dokter tulang. Ada dua obat yang diresepkan, saat saya ambil di apotek yang satu tidak diberikan, katanya tidak tersedia karena tidak ada dalam BPJS. Jadi saya beli sendiri disarankan. Itulah kendalanya mbak, padahal dulu kami tidak pernah beli obat sendirisebelum adanya BPJS mbak.” Informan 15 Dari pernyataan informan pasien di atas dapat diketahui bahwa 7 dari 10 orang informan menyatakan ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras selalu ada dan tidak ada kendala. Sedangkan menurut 3 dari 10 orang informan menyatakan bahwa ketersediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras masih kurang memadai dan tidak selalu tersedia sehingga mereka harus membeli sendiri di luar. 59 Universitas Sumatera Utara 4.2.9 Sistem Penyediaan Obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara menurut Direktur dan apoteker, sistem penyediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam formularium nasional. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Sistem penyediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam formularium nasional.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sistem penyediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam formularium nasional dan katalog.” Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sistem penyediaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam formularium nasional.

4.2.10 Sistem Pengadaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur dan apoteker, sistem pengadaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum menggunakan mekanisme e-purchasing, hanya menggunakan sistem catalog dan Fornas. Disamping itu juga, menurut Direktur dan apoteker, mekanisme e-purchasing biasanya digunakan pada RS Pemerintah bukan RS Swasta serta menurut mereka, mekanisme e-purchasing memiliki banyak kendala. 60 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Sistem pengadaan obat kita belum menggunakan mekanisme e-purchasing karena kita belum terdaftar.Biasanya yang menggunakan sistem e-purchasing itu Rumah Sakit Pemerintah. Kita disini masih menggunakan sistem manual dengan katalog. Tidak ada kendala dalam pengadaan obat, karena tidak pakai e-purchasing tadi. Kalau pakai e- purchasing itu banyak kendalanya.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Tidak, karena kita kan rumah sakit swasta istilahnya bukan Pemerintah. Kalau RSUD baru menggunakan e-purchasing. Kita disini menggunakan sistem katalog. Untuk saat ini tidak ada kendala, karena kalau Katalog dan Fornas bisa kita alihkan ke luar gitu. Ka rena kita bukan RUSD itu kelebihannya.” Informan 5 Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa sistem pengadaan obat di RS Laras belum menggunakan mekanisme e-purchasing hanya menggunakan sistem katalog karena menurut Direktur RS dan Apoteker RS, mekanisme e-purchasing hanya digunakan pada RS Pemerintah bukan RS Swasta. Selain itu juga menurut mereka mekanisme e-purchasing memiliki banyak banyak kendala.

4.2.11 Ketersediaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur, penanggung jawab JKN, dokter umum serta perawat, peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah lengkap dan sudah sesuai dengan peralatan kesehatan untuk RS kelas C. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Kalau peralatannya lengkap ya, tapi yang sesuai dengan standar RS kelas C ya, mekanisme untukpengadaan alat kesehatan ada ya. Itu dari bawah kebutuhan itu diminta oleh kepala ruangan kemudian disampaikan ke kepala bagian penunjang medik, kemudian kepala medik sampaikan ke direktur rumah sakit lalu direktur rumah sakit meminta barang ke PT.” Informan 1 61 Universitas Sumatera Utara Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengemukakan bahwa: “Peralatannya kalau sesuai standar RS kelas C, saya rasa sudah cukup lengkap dek.” Informan 2 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau soal peralatan saya rasa sudah cukup lengkap dek dan sesuai dengan standar RS kelas C ” Informan 3 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau saya kan bertugas dibagian operasi, saya rasa sudah cukup lengkap dek.” Informan 4 Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa ketersediaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah cukup lengkap dan tidak ada kendala. Menurut Direktur RS Laras, mekanisme pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dimulai dari kebutuhan paling bawah lalu kemudian akhirnya akan disampai kepada Direktur RS dan Direktur RS yang memiliki wewenang untuk meminta alat kesehatan ke PT.

4.2.12 Ketersediaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Menurut Pasien

Hasil wawancara menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam dan pasien bedah, ketersediaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mencukupi dan tidak memiliki kendala dalam menggunakan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. 62 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Peralatannya sih sudah lengkap dek, enggak ada kendala sih menurut saya.” Informan 8 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Peralatan kalau saya rasa udah cukup sih dan enggak ada kendala.” Informan 10 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau selama ini kan saya jarang berobat, kalau selama saya berobat sih peralatannya cukup. Gak pernah minta-peralatan saya dek. Karena saya jarang berobat.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Menurut saya sih sudah cukup peralatannya dan enggak ada kendala dek.” Informan 12 Sedangkan menurut Pasien Kebidanan dan P.Dalam ketersediaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mencukupi tetapi masih memiliki kendala dalam hal permintaan peralatan kesehatan seperti ambulan. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Peralatannya udah cukup sih dek.Kendalanya itu kemarin waktu minta ambulan, kan ini saya melahirkan. Waktu mau melahirkan ini saya naik kereta kemari, enggak ada dikasih ambulan. Kan bahaya itu. Itulah dek mohon nanti kalau saya pulang dari RS supaya ada disediakan ambulan.Inilah semenjak adanya BPJS semuanya dibatasi.” Informan 6 Sedangkan menurut Pasien Kebidanan, Pasien P.Dalam dan Pasien Bedah, ketersediaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum mencukupi. 63 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Peralatannya kurang dek, misalnya kayak alat-alat laboratorium itu kan, peralatan penyakit dalam mana ada di RS Laras. Kalau soal minta peralatan gak pernah sih saya.” Informan 9 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Peralatannya sangat kurang, makanya kemarin waktu saya melahirkan, saya gak mau di RS Laras. Karena kan melahirkan itu pertarungan antara hidup dan mati ya. Jadi misalnya fasilitas RS itu tidak memadai kan nyawa bisa melayang. Kalau soal minta peralatan gak pernah minta peralatan sih saya. Karena saya kurang percaya dengan RS Laras.” Informan 7 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Masih kurang memadailah peralatannya. Kalau untuk minta peralatan enggak pernah sih sampai kesitu.” Informan 13 Berbeda halnya dengan Pasien Anak mereka tidak mengetahui lengkap atau tidaknya peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dengan alasan jarang menggunakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Itu dia karena jarang berobat saya gak ngerti lengkap atau enggak peralatannya.Gak pernah minta peralatan sih saya, karena saya jarang berobat.” Informan 14 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau masalah peralatan saya kurang tau mbak. Yang saya tahu kalau mereka tidak mampu mereka kirim ke luar berarti tidak lengkap peralatannya. Kalau yang ada mereka tangani. Tidak pernah mbak karena saya sebatas sakit-sakit ringannya mbak insya Allah, bukan sakit yang berat.” Informan 15 Dari pernyataan informan pasien diatas dapat diketahui bahwa 5 dari 10 orang informan menyatakan ketersediaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV 64 Universitas Sumatera Utara Kebun Laras sudah cukup. Sementara 3 dari 10 orang informan menyatakan peralatan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras masih kurang memadai dan 1 orang informan memiliki kendala dalam hal meminta peralatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Sedangkan, 2 dari 10 orang informan tidak tahu karena jarang berobat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.

4.2.13 Alur Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur dan penanggung jawab JKN, alur pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras ada dua jenis, yaitu jika pasien emergency langsung dibawa ke UGD tanpa melalui faskes primer terlebih dahulu tetapi jika tidak emergency maka pasien harus melalui Faskes primer terlebih dahulu dan harus membawa surat rujukan dari Faskes primer. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Rumah sakit kan menerima pasien BPJS itu ada 2, satu melalui UGD langsung yang kedua rujukan.Rujukan dari yang tidak emergency dari Faskes Tingkat Pertama seperti klinik, puskesmas. Lalu dari praktek dokter spesialis. Kalau dokter spesialis minta opname ya kita opname.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sudah berstruktur ya, jadi kalau pasien emergency langsung ke IGD, tapi kalau pasien konsul dari faskes langsung ke poli tapi harus melapor dulu untuk bagian SEP .” Informan 2 Sedangkan menurut dokter umum dan perawat, alur pelayanan BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, dimulai dari Faskes primer terlebih dahulu. Pasien harus mendaftar ke Faskes primer terdekat dengan membawa kartu BPJS dan 65 Universitas Sumatera Utara KTP. Jika pasien tidak bisa ditangani di Faskes primer, pasien akan dirujuk ke RS dengan membawa surat rujukan. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Alur pelayanan mengenai BPJS di RS, itu biasanya si pasien dia mempunyai kartu Faskesnya itu dimana. Sebelum pasien itu ke RS, pasien harus mendaftar ke Faskes primer terdekat dengan membawa kartu BPJS dan KTP. Apabila bisa diobatin di Faskes primer, pasien diobati di klinik tersebut. Lalu jika tidak bisa ditangani di Faskes, pasien di rujuk ke RS dengan membawa surat rujukan.” Informan 3 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Alur pelayanan mengenai BPJS di RS pasien harus mendaftar ke Faskes primer terdekat, jika tidak dapat dilayani di Faskes primer maka pasien akan di rujuk ke RS.”Informan 4 Menurut pasien, alur pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dimulai dari Faskes primer terlebih dahulu, jika tidak dapat ditangani di Faskes primer maka akan di rujuk ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan dari Faskes primer. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Ya dimulai dari klinik dulu kalau tidak bisa ditangani di rujuk ke rumah sakit.” Informan 6 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Ini saya awalnya dari klinik Afdeleng lalu dikirim ke RS Mayang dari RS Mayang langsung dirujuk. BPJS sekarang gitu kalau keadaan darurat kan sulit kita.” Informan 7 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Dari klinik langsung masuk UGD baru masuk ke ruangan.” Informan 8 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : 66 Universitas Sumatera Utara “Dari klinik diperiksa dulu, kalau sakit-sakit sepele gak ada ke dokter cukup perawat aja. Kalau gak bisa ditangani baru ke rumah sakit.” Informan 9 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau proses pelayanannya itu kalau kita sudah pernah berobat gampang sih tapi kalau belum pernah berobat kan kita harus daftar dulu, nunggu antrian dulu. Alurnya dari klinik dulu kalau RS Laras tidak mememenuhi nanti kita di rujuk ke RS Siantar.” Informan 10 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Prosesnya dari klinik kalau perlu penanganan lebih lanjut ke rumah sakit, konsultasi ke doktek spesialis” Informan 11 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Prosesnya dari klinik terus diperiksa dokter. Ya gitulah gak ngerti juga karena jarang ber obat.” Informan 12 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Prosesnya dari klinik terus diperiksa dokter. Kalau belum bisa ditangani nanti ke rumah sakit.” Informan 13 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Alurnya itu dimulai dari ruang pendaftaran lalu ke klinik pemeriksaan, ngantri dulu lalu masuk ke ruang dokter lalu dikasih resep lalu kalau tidak mampu ditangani di rujuk ke rumah sakit.” Informan 14 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Ya kita daftar ke klinik, itulah pakai fotocopi KTP fotocopi BPJS ada kartu spesial kami berobat warna biru pakai adfis lagi mbak kalau ada satu 67 Universitas Sumatera Utara saja tertinggal kami tidak bisa berobat mbak. Dari klinik tadi diperiksa dokter kalau tidak bisa ditangani baru dirujuk mbak.” Informan 15 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa alur pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dimulai dari Faskes primer seperti klinik atau puskesmas. Jika tidak dapat ditangani maka akan di rujuk ke RS. Tetapi berbeda halnya untuk pasien emergency, RS Laras mengizinkannya untuk langsung di bawa ke ruang UGD tanpa melalui faskes primer terlebih dahulu. 4.2.14 Sistem Rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara menurut Direktur dan dokter penanggung jawab JKN, sistem rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras merupakan rujukan berjenjang, karena Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras merupakan rumah sakit kelas C, maka sistem rujukannya akan merujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi tingkatannya seperti rumah sakit kelas B dan kelas A. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Kalau kita kan rumah sakit tipe C, tentu dirujuk ke rumah sakit tipe B dulu. Kalau di Simalungun RS Vita Insani. Kalau di Medan di rujuk ke RS Permata Bunda, RS Malahayati, RS RS Murni Teguh, RS Martha Friska.” Informan 1 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Sistem rujukannya berjenjang, kita kan rumah sakit tipe c jadi ketika kita tidak dapat menangani pasien kita rujukan ke tipe. Kalau di Siantar kita rujuk ke RS Vita Insani. Kalau di Medan, RS Permata Bunda, RS Malahayati, kemudian RS Martha Friska dan RS Murni Teguh.” Informan 2 Dari penyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sistem rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras merupakan rujukan berjenjang. Rumah Sakit Laras merupakan RS kelas C maka akan merujuk ke RS kelas B seperti RS Vita 68 Universitas Sumatera Utara Insani di Pematang Siantar dan di Medan seperti RS Martha Friska, Murni Teguh dan Permata Bunda.

4.2.15 Permintaan Surat Rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam, pasien bedah dan pasien anak, mengenai sistem rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras adalah sebagai berikut : “Belum pernah dek kalau minta rujukan dari RS Laras ke luar. Ini saya 2 minta rujukannya dari klinik. Kan gini dek awalnya anak ibu sakit di rawat di RS Laras ini 5 hari terus pulang terus sekarang ibu masuk gantian ibu yang sakit.Berarti 2 kali kan rujukannya.” Informan 6 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kalau rujukan dari RS Laras ke luar belum pernah dek. Kalau ini kan saya rujukan dari RS Mayang. Ini pun baru sekali ini saya minta dirujuk karena melahirkan.” Informan 7 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kalau rujukan dari RS Laras ke luar belum pernah dek. Kalau dari klinik ya baru sekali ini saya minta dirujuk, karena sakit asam lambung dek.” Informan 8 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Belum pernah minta surat rujukan dek.” Informan 9 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Belum pernah minta surat rujukan di rumah sakit ini dek.” Informan 10 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Belum pernah minta surat rujukan sih dek.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: 69 Universitas Sumatera Utara “Belum pernah minta surat rujukan.” Informan 12 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Belum pernah dek kalau minta surat rujukan ke luar RS Laras. Kalau dari klinik ke RS Laras pernah karena saya sakit ambeyen .” Informan 13 Sedangkan menurut pasien anak mengatakan pernah meminta surat rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras yaitu rujukan ke RS Vita Insani Pematang Siantar dan RS Permata Bunda Medan. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Pernah. Rujukan ke rumah sakit lain karena saat itu anak saya dalam keadaan darurat. Itu sakit DBD dari RS Laras langsung di rujuk ke RS Vita Insani Pematang Siantar.” Informan 14 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Waktu anak saya sakit saya minta surat rujukan. Kebetulan kan anak saya berdomisili di Medan mbak. Jadi saya minta surat rujukan mbak ke RS Permata Bunda.” Informan 15 Dari penyataan informan di atas dapat diketahui bahwa 8 dari 10 orang informan tidak pernah meminta surat rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Sedangkan 2 dari 10 orang informan pernah meminta surat rujukan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras yaitu ke RS Vita Insani di Pematang Siantar dan RS Pemata Bunda di Medan.

4.2.16 Penerapan Clinical Pathway di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur dan penanggung jawab JKN mengenai penerapan clinical pathway di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras , diperoleh informasi sebagai berikut : 70 Universitas Sumatera Utara “Ya, itu dasar kita untuk bekerja. Misalnya pasien tifus, nanti kita tau berapa biaya yang harus dikerjakan, berapa obatnya. Nanti sesuai INA- CBG’s.” Informan 1 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sudah, jadi clinical pathway untuk suatu bagan di rumah sakit, persyaratan dari BPJS supaya lebih efisien yang dilakukan oleh rumah sakit. Pakai aturanlah, semua kan pakai aturan. Jadi ketika pasien tidak mengikuti clinical pathway,dokternya yang disalahkan. Obat-Obatnya juga sudah ditetapkan di clinical pathway.” Informan 2 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sudah, clinical pathway sudah diterapkan di RS Laras. Kegunaan dari clinical pathway itu sendiri agar segala yang dilakukan RS Laras lebih berstruktur.” Informan 3 Sedangkan menurut perawat mengenai penerapan clinical pathway di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras , diperoleh informasi sebagai berikut : “Mengenai clinical pathway itu ya sudah diterapkan, apa-apa saja yang harus di layani di RS Laras tapi saya gak banyak tau. Tetapi ya taulah sedikit.” Informan 4 Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa clinical pathway sudah diterapkan di RS Laras dan clinical pathway merupakan dasar untuk bekerja.

4.2.17 Kredensial Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur mengenai kredensial tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras , diperoleh informasi sebagai berikut : “Oh iya sudah pasti, semua tenaga kesehatan di sini sudah memiliki surat tanda registrasi dan surat izin prakt ik terutama dokter dan perawat.” Informan 1 71 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan pernyataan dokter penananggung jawab JKN yang mengatakan bahwa : “Oh iya sudah memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik, karena kalau tidak yang disalahkan sistem manaj emen rumah sakit.” Informan 2 Hal ini didukung dengan pernyataan dokter penananggung jawab JKN yang mengatakan bahwa : “Iya saya sudah memiliki SIP, untuk no.nya ada di ruangan saya mbak” Informan 3 Dan didukung dengan kutipan apoteker yang mengatakan bahwa : “Iyaa sudah ada. Ini no SIPA saya 440.04.3SIPA2766XI2102” Informan 4 Kutipan di atas juga didukung oleh perawat yang mengemukakan bahwa : “Surat registrasi saya ada tapi belum diambil di Dinas kesehatan Kota Medan. Kalau SIP ada tapi di rumah. Disini adanya SIPK. Ini no.nya 440.04.3SIKP3103.2XII2014.” Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sudah semua tenaga kesehatan memiliki Surat Tanda Registrasi STR maupun Surat Izin Praktik SIP bagi dokter dan perawat serta Surat Izin Praktik Apoteker SIPA.

4.2.18 Biaya Tambahan dalam Menjalankan Program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur, penanggung jawab JKN, dokter umum, perawat dan apoteker dalam menjalankan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras tidak ada pemungutan biaya tambahan kepada pasien BPJS 72 Universitas Sumatera Utara terkecuali apabila pasien ingin peningkatan kelas perawatan maka biaya yang dibayar hanya selisih dari peningkatan kelas perawatan tersebut. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Kalau untuk pasien BPJS tidak di kenakan biaya tambahan satu rupiah pun. Ya beda hal jika dia ingin peningkatan kelas perawatan. Itu dibayar selisih dari kelas perawatan tersebut.” Informan 1 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Tidak, diharamkan. Karena BPJS sudah mengakumulasikan kedalam sistem paket. Kalau peningkatan kelas ya bayar sendiri. Tapi ada perbedaan RS Laras dengan RS luar. Kalau disini kan misalnya dia jatahnya kelas II, ketika dia ingin naik ke kelas I yang dibayar hanya selisih kamar tapi kalau di RS Vita Insani selisih kamar dibedakan, selisih obat dibayarkan serta juga dokternya dibedakan.” Informan 2 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Tidak dek, tidak ada pemungutan tambahan mengenai pelayanan BPJS di RS ini tetapi pengecualiannya untuk pasien yang ingin peningkatan kelas perawatan. Biaya yang dibayar hanya selisih dari kelas tersebut. ” Informan 3 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Yang saya ingat dan yang saya ketahui, RS Laras tidak pernah mengutip biaya sepeserpen baik itu pasien BPJS perkebunan maupun BPJS mandiri. Lain halnya jika pasien dari kelas II dia opname mau minta ke kelas I itu dengan biaya yang dikenakan adalah biaya selisih kamar. Tidak ada lebih hanya selisih kamar.” Informan 4 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Tidak ada pemungutan tambahan yang berkaitan obat.” Informan 5 73 Universitas Sumatera Utara Menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam dan pasien bedah tidak pernah ada pemungutan biaya tambahan dalam menjalankan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Enggak ada sih dek.” Informan 6 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak pernah.”Informan 7 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak ada dek.” Informan 8 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak ada.” Informan 9 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak ada.” Informan 10 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak ada dek.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Enggak ada.” Informan 12 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Enggak ada dek.” Informan 13 Sedangkan menurut pasien anak , ada pemungutan biaya tambahan dalam hal peningkatan kelas perawatan dan obat. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Ada, kelebihan dari uang obat sama kamar kita bayar sendiri. Itu ketika saya di rawat di RS Vita Insani bukan bukan di RS Laras tapi dek.” Informan 14 74 Universitas Sumatera Utara Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Ada mbak, kemarin saya harus mengeluarkan uang lagi karena harus membeli sendiri obat di luar, alasan dari RS karena obat yang diresepkan sama saya itu tidak termasuk dalam daftar obat BPJS” Informan 15 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ada pemungutan biaya tambahan dalam menjalan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dalam hal peningkatan kelas perawatan dan obat yang tidak tercantum dalam Fornas.

4.2.19 Klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut Direktur mengenai klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras , diperoleh informasi sebagai berikut : “Klaim itu kan begini, sudah kita layani semua pasien BPJS, jika semuanya lengkap kemudian akhir bulan di rekap, berapa rawat jalan dan rawat inap.Dan tentu kita verifikasi juga dengan orang BPJS yang ada disini. Ada juga pasien yang pernah melakukan klaim BPJS, kan disini kalau manajer kan masuk ke kelas VIP. Jadi nanti selisihnya akan dibayar oleh Perusahaan.” Informan 1 Sedangkan menurut penanggung jawab JKN, dokter umum, perawat dan apoteker, mereka mengatakan pernah melakukan klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Iyalah dek, ini lagi melakukan klaim. Ini saya lagi mengkoding, kemudian nanti akan dikirimkan ke BPJS.” Informan 2 Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Iya dek, kita setiap hari melakukan klaim dan nantinya akan diberikan ke bagian klaim.”Informan 3 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kalau mengklaim, saya kan dibagian operasi. Nanti saya mengklaim lalu saya memberikan klaim itu kepada bagian koding.” Informan 4 75 Universitas Sumatera Utara Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau klaim kan ada bagiannya, kebetulan kita setiap hari memberikan klaim kepada bagian klaim.” Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras pernah melakukan klaim BPJS dalam menjalankan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.

4.2.20 Klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Menurut Pasien

Hasil wawancara menurut pasien kebidanan, pasien penyakit dalam dan pasien bedah mereka mengatakan tidak pernah meminta klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Enggak pernah dek saya melakukan klaim di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.” Informan 6 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak pernah dek klaim-klaim gitu.” Informan 7 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Enggak pernah dek melakukan klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.” Informan 8 Dan didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Waduh gak pernah, klaim gimana itu pun gak ngerti saya.” Informan 9 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : 76 Universitas Sumatera Utara “Gak pernah dek, kemarin pun saya yang berobat ke Penang itu pakai biaya sendiri gak ada surat pengantar dari Perusahaan.” Informan 10 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Gak pernahlah dek klaim-klaim gitu.” Informan 11 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Gak pernahlah dek klaim-klaim gitu.” Informan 12 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Gak pernah dek, berobat aja jarang dek.” Informan 13 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Gak pernah dek kalau klaim-klaim gitu.” Informan 14 Sedangkan pasien anak mengatakan pernah melakukan klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Hal ini didukung dengan kutipan informan : “Waktu anak saya berobat ke Permata Bunda. Waktu itu kan kartu BPJS anak saya belum keluar jadi kalau anak saya opname saya harus bayar sendiri. Karena anak saya dalam keadaan darurat saya opname kan anak saya pakai biaya sendiri baru saya klaimnya biaya itu ke RS Laras. Prosesnya itu sangat panjang. Itu pun baru keluar setelah satu bulan.” Informan 15 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa 9 dari 10 orang informan tidak pernah melakukan klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Sedangkan 1 dari 10 orang informan pernah melakukan klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dan itu pun harus melalui proses yang sangat panjang. 77 Universitas Sumatera Utara 4.2.21 Pelaksanaan Program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara menurut Direktur mengenai pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras , diperoleh informasi sebagai berikut : “Hmm, sebenarnya belum ya masih ada masalah. Kemajuan ada, kita bisa lihat jumlah peserta semakin banyak, tidak hanya dari perkebunan tetapi dari luar juga.” Informan 1 Hal ini sejalan dengan pendapat penanggung jawab JKN yang mengatakan bahwa : “Belum baik, tapi masih belajar menjadi baik. Kalau kemajuannya ada banget. karena pasien luar sudah banyak yang berobat di RS Laras. Mereka sudah menikmati BPJS. Tapi tidak pada pasien perkebunan,karena selama ini mereka keenakan dengan pelayanan perkebunan jadi sejak adanya BPJS mereka menjadi malas untuk berobat.” Informan 2 Didukung oleh pendapat dokter umum yang mengatakan bahwa : “Belum baik masih dalam tahap proses, kemajuannya sudah ada yaitu jumlah peserta BPJ semakin banyak tidak hanya dari pasien perkebunan tetapi pasien luar juga.” Informan 3 Selain itu menurut perawat mengenai pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Kami dari RS Laras ini semaksimal mungkin untuk menyenangkan hati pasien yang berobat di RS Laras ini dan tidak akan membuat pasien itu kecewa untuk berobat di RS Laras. Program-program JKN belum semua berjalan sesuai yang direncanakan karena kami masih sedikit menerima pasien yang ingin berobat di RS Laras.” Informan 4 Sedangkan menurut apoteker mengenai pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Sudah terlaksana dengan baik karena kan sudah berjalan beberapa bulan. Iya sudah ada kemajuan. Dari segi pasiennya, ukurannya kita bisa lihat dari segi 78 Universitas Sumatera Utara pasien. Semakin hari semakin banyak yang berobat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras.” Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Walaupun demikian semua informan mengatakan bahwa pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras mengalami kemajuan yaitu dengan semakin banyak pasien luar berobat di RS Laras. Tetapi menurut dokter penanggung jawab JKN, hal ini justru berbanding terbalik dengan pasien dari perkebunan sendiri. Sejak adanya JKN, pasien perkebunan justru malas untuk berobat ke RS Laras karena terbiasa dengan pelayanan kesehatan perkebunan yang dinilai lebih baik. 4.2.22 Kepuasaan pasien menurut Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras Hasil wawancara menurut Direktur, penanggung jawab JKN, dokter umum, perawat dan apoteker mengenai kepuasaan pasien menurut tenaga kesehatan terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Ya namanya jasa ya, pasti ada aja. Kalau gak ada bohonglah itu. Kadang misalnya dokternya tidak datang tanpa komfirmasi lalu pasiennya nunggu besok. Ya pasti ada yang kecewa.” Informan 1 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Tetap ada, pasti ada aja pasien yang kecewa.” Informan 2 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik tetapi kalau keluhan dari pasien pasti ada mbak.” Informan 3 79 Universitas Sumatera Utara Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain : “Sebenarnya kalau manusia tidak pernah ada puasnya dan itu kami sebagai perawat tetap memberikan kepuasan terhadap pasien tetapi hak-hak pasien itu ada tersendiri. Walaupun kami sudah semaksimal mungkin untuk membuat ketidakkecewaan pasien, tetapi kadang-kadang ada juga pasien yang pro kontra dengan perawat itu pun biasa dikendalikan dengan segera.” Informan 4 Sedangkan menurut apoteker mengenai kepuasaan pasien menurut tenaga kesehatan terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Kalau itu disini saya gak tau. Kalau selama disini sih saya belum pernah ada keluhan. Itu farmasinya kalau dibagian lain saya gak tau”.Informan 5 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa masih banyak pasien yang merasa kecewa dengan pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Walaupun menurut perawat di RS Laras, mereka sudah semaksimal mungkin membuat pasien untuk tidak kecewa dengan pelayanan JKN Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

4.2.23 Kepuasaan pasien terhadap Pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras

Hasil wawancara menurut pasien kebidanan dan penyakit dalam mengenai kepuasaan pasien terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Iya sudah puas kok dek, obatnya selalu dikasih, peralatannya juga lengkap. Pelayanannya juga tetap dila yani.” Informan 6 80 Universitas Sumatera Utara Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kalau pelayanan di sini sih sudah puas. Cuma itulah dek sekali lagi minta tolong nanti kalau pulang diantar pakai ambulan.” Informan 7 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kalau pelayanan di sini sih sudah puas.” Informan 8 Sedangkan menurut pasien penyakit dalam, pasien bedah dan anak mengenai kepuasaan pasien terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras, diperoleh informasi sebagai berikut : “Ya kecewalah, semenjak adanya BPJS. Kalau dulu opname kalau belum sembuh belum dipulangkan, kalau sekarang semenjak adanya BPJS, 3 hari kita wajib dipulangkan sembuh gak sembuh.” Informan 9 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kurang puas sejak BPJS ya kayak misalnya kita demam, batuk, sama kita sakit tifus.Itu kayaknya obatnya sama dikasih. Sementara itu kan sakitnya udah beda.Terus kalau demam dikit aja mau kadang disuruh infus.” Informan 10 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kurang puas ya lebih bagus kembali yang dulu pelayanan perkebunan sebelum adanya BPJS.” Informan 11 Didukung dengan kutipan informan lain yang mengatakan bahwa : “Kurang puas sama pelayanannya jadi makin ya ribet lebih bagus kembali yang dulu pelayanan perkebunan sebelum adanya BPJS.” Informan 12 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kurang puaslah belum sembuh sakitnya udah dipulangkan alasannya BPJS. Masih mending yang dululah sebelum adanya BPJS.” Informan 13 81 Universitas Sumatera Utara Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Kurang puas, masih lebih enak pelayanan yang dulu sebelum adanya BPJS.” Informan 14 Kutipan di atas juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan bahwa: “Sangat mengecewakan, kalau bagi kami. Suami saya kan karyawan pimpinan di perkebunan mbak. Dulu kami enak berobat dibandingkan sekarang. Makanya sekarang saya sering berobat ke luar mbak pakai biaya sendiri.” Informan 15 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa 3 dari 10 orang informan merasa puas terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Sedangkan, 7 dari 10 orang informan menyatakan kecewa terhadap pelayanan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Mereka menilai lebih memilih pelayanan kesehatan perkebunan dibandingkan pelayanan kesehatan BPJS. 82 Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan input

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan input dalam pelaksanaan program JKN.

5.1.1 Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras tidak memiliki kebijakan khusus internal mengenai program JKN. Hal ini didukung hasil wawancara informan yang mengatakan bahwa kebijakan mengenai pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sama saja yaitu menerima pasien perkebunan maupun pasien di luar perkebunan tanpa ada pengkhususan di antara keduanya. Kebijakan merupakan peraturan atau aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam upaya pelaksanaan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Salah satu kebijakan mengenai JKN di rumah sakit yaitu dengan adanya tarif INA- CBG’s. Menurut Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 menyatakan bahwa tarif INA- CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit. Menurut Putra 2014 dalam penelitiannya mengatakan bahwa INA- CBG’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk 83 Universitas Sumatera Utara menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama. Kebijakan INA- CBG’s di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras masih memiliki masalah yaitu keterlambatan pencairan klaim. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi rumah sakit karena ini akan berdampak kepada pelayanan yang akan diterima oleh pasien. Keterlambatan klaim ini juga menjadi implikasi dari petugas yang tidak dapat menyelesaikan kewajiban pekerjaannya tepat waktu. Permasalahan untuk keterlambatan klaim merupakan prioritas yang harus diselesaikan oleh rumah sakit dan BPJS dengan segera, di satu sisi peran rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan akan terganggu jika pendanaan terhambat. Dalam hal ini tentunya sangat diperlukan kerjasama yang baik antara BPJS dan Rumah Sakit.

5.1.2 Sumber Daya Manusia SDM Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyatakan bahwa jumlah dokter umum untuk standar RS kelas C yaitu sebanyak 9 orang, dokter gigi sebanyak 2 orang dan 84 Universitas Sumatera Utara dokter spesialis untuk pelayanan medik dasar masing-masing 2 orang serta masing- masing 1 orang dokter spesialis untuk pelayanan medik penunjang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan SDM kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum mencukupi dan belum sesuai dengan standar RS kelas C, khususnya dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis. Hal ini didukung hasil wawancara informan yang mengatakan bahwa jumlah dokter umum di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras hanya berjumlah 4 orang, dokter gigi hanya 1 orang dan tidak ada dokter spesialis untuk pelayanan anestesiologi, pelayanan radiologi dan patologi klinik di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Menurut Gulo 2015 dalam penelitiannya menyatakan bahwa Sumber Daya Manusia merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu pelayanan yang bermutu. Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar diperlukan sebagai dukungan dalam menciptakan layanan yang menjadi saringan dalam mengurangi pelayanan rujukan yang tidak sesuai dengan syaratnya. Mengenai SDM kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sebenarnya sudah ada upaya untuk penambahan dari segi jumlah tetapi masalahnya ada faktor jarak, yaitu sangat suit untuk mangajak khususnya dokter spesialis untuk menetap di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras serta serta Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum berani membayar honor dokter dengan sistem paket. Dalam hal ini diharapkan pihak rumah sakit untuk melakukan penambahan terhadap SDM kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. 85 Universitas Sumatera Utara 5.1.3 Obat dan Alat Kesehatan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN menyatakan bahwa pelayanan obat untuk peserta JKN di FKRTL dilakukan oleh apoteker di instalasi farmasi rumah sakitklinik utama apotek sesuai ketentuan perundang-undangan. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan e-katalog atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan secara manual. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelayanan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas tetapi pengadaan obat di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum menggunakan mekanisme e-purchasing. Hal ini didukung hasil wawancara Direktur dan apoteker RS Laras yang mengatakan bahwa sistem pengadaan obat di RS Laras belum menggunakan mekanisme e-purchasing hanya menggunakan sistem katalog atau manual Selain itu menurut Direktur dan apoteker mekanisme e-purchasing memiliki banyak banyak kendala. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada JKN menyatakan bahwa Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, danatau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang 86 Universitas Sumatera Utara sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia danatau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Menurut Gulo 2015 dalam penelitiannya menyatakan bahwa Ketersediaan fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai penegakkan diagnosa, pemberian tindakan yang tepat serta pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

5.2 Proses process

Proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras meliputi alur pelayanan, kredensial, biaya tambahan dan klaim BPJS. Alur pelayanan kesehatan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dimulai dari pendaftaran dan no. antrian, pemeriksaan berkas, pemeriksaan polipelayanan medis, tindak lanjut pasien ada dua yaitu ambil obat di bagian farmasi Apotek dan jika memerlukan perawatan khusus maka pasien akan dilakukan rujukan lebih lanjut. Tetapi ada pengkhususan untuk pasien emergency, RS Laras mengizinkan pasien emergency untuk langsung di bawa ke ruang UGD tanpa melalui pemeriksaan berkas terlebih dahulu. Rumah Sakit dalam era JKN wajib menerapkan alur pelayanan clinical pathway . Clinical pathway di rumah sakit adalah suatu alur proses kegiatan pelayanan pasien mulai pasien masuk sampai pasien pulang yang merupakan integrasi dari pelayanan medis, pelayanan keperawatan, pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan lainnya. Clinical pathway merupakan konsep pra perawatan yang disusun berdasarkan standar prosedur dari setiap profesi yang mengacu pada 87 Universitas Sumatera Utara standar pelayanan dari profesi masing-masing, disesuaikan dengan strata sarana pelayanan rumah sakit Rivany, 2009. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah menerapkan alur pelayanan clinical pathway. Dalam menjalankan proses pelayanan kesehatan, Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras sudah menjalankan kredensial bagi setiap tenaga kesehatannya. Hal ini didukung dengan seluruh tenaga kesehatan yang menjadi informan di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras dapat menunjukkan No.SIP Surat Izin Praktek untuk perawat dan dokter serta No.SIPA Surat Izin Praktek Apoteker untuk apoteker. Berdasarkan Permenkes No.755 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit bahwa komite medik rumah sakit yang memiliki wewenang untuk menerapkan tata kelola klinis agar staf medis rumah sakit tetap terjaga profesionalisme yang dilakukan melalui mekanisme kredensial. Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras melalui komite medik dan bidang SDM pelayanan medis memiliki wewenang untuk melakukan kredensial terhadap tenaga kesehatan yang melakukan tindakan klinis medis. Pelayanan kesehatan di era JKN tidak membenarkan adanya biaya tambahan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan keterangan yang berbeda dimana diperoleh bahwa adanya pemungutan biaya tambahan bagi peserta BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras yang disebabkan dokter memberikan obat yang tidak tersedia di RS yang disebabkan obat tersebut tidak tercantum dalam e-katalog, maka pasien harus membeli obat di luar apotek RS 88 Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan dana mandiri. Hal ini sejalan dengan informan 14 yang menyatakan mereka akan dikenakan biaya tambahan jika ingin naik peningkatan kelas perawatan, tetapi biaya yang dibayar hanya selisih dari biaya perawatan kamar tersebut sedangkan biaya obat dan pelayanan dokternya tetap sama. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.71 Tahun 2013 mengatakan bahwa peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan. Proses klaim BPJS di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras mengalami kendala karena tenaga kesehatan medis yang kerap tidak melengkapi administrasi untuk proses klaim sehingga verifikator BPJS sering mengembalikan berkas klaim dari rumah sakit. Permasalahan ini tidak terlepas dari tenaga kesehatan pemberi pelayanan medis tidak mengetahui administrasi kelengkapan dalam melakukan klaim, sehingga terjadi perbedaan persepsi antara klaim dari petugas kesehatan RS dengan verifikator BPJS. Dalam hal ini diharapkan petugas kesehatan medis di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras agar melengkapi persyaratan administrasi klaim dan jika petugas kesehatan membutuhkan informasi terkait dengan klaim sepatutnya bertanya kepada verifikator BPJS di rumah sakit. Pihak BPJS juga harus lebih sering memberikan sosialisasi dan informasi kepada petugas kesehatan terkait administrasi kelengkapan klaim. 89 Universitas Sumatera Utara 5.2 Keluaran output Pelaksanaan program JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Masyarakat perkebunan belum mengerti prosedur pelayanan JKN yang sebenarnya sehingga masyarakat menilai pelayanan kesehatan JKN rumit dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Masyarakat perkebunan menilai, pelayanan perkebunan jauh lebih baik dibandingkan pelayanan kesehatan JKN di Rumah Sakit PTPN IV Kebun Laras. Untuk itu diharapkan kepada pihak BPJS untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai prosedur pelayanan JKN, sehingga masyarakat bisa memahami pelayanan JKN dan tidak merasa pelayanan JKN mempersulit masyarakat. 90 Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan