41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang
diteliti termasuk spesies Hippobroma longiflora L. G. Don. dari suku Campanulaceae.
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun kitolod bercirikan pada helaian daun berwarna hijau, tegak, ujungnya runcing, bergerigi bagian tepi daun
sampai melekuk, berbulu, panjang 5 - 6.5 cm, lebar 2 - 3 cm, kasar, bau sangat tajam, rasa pahit.
4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari penampang melintang daun kitolod segar memperlihatkan ada trikoma, stomata, 2 lapis epidermis terdiri dari 1 lapis
epidermis atas dan 1 lapis epidermis bawah, jaringan pagar palisade, jaringan bunga karang spons, dan jaringan pengangkut yaitu xilem dengan penebalan spiral.
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun kitolod terdapat stomata tipe anomositik yaitu jumlah sel tetangga tiga atau lebih satu sama lain sama,
jaringan palisade, xilem dengan penebalan spiral, dan rambut penutup uniseluler Maria, 2009.
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, kadar abu yang tidak larut asam, dapat dilihat pada tabel dibawah:
42
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun kitolod.
No Karakterisasi Simplisia
Hasil 1.
Penetapan kadar air 3,33
2. Penetapan kadar sari yang larut air
16,65 3.
Penetapan kadar sari yang larut etanol 20,02
4. Penetapan kadar abu total
1,26 5.
Penetapan kadar abu yang tidak larut asam 0,98
Monografi simplisia daun kitolod tidak terdaftar di buku Materia Medika Indonesia MMI, sehingga perlu pembakuan mengenai parameter karakterisasi
simplisia daun kitolod. Penetapan kadar air dilakukan berhubungan dengan mutu simplisia agar tidak
mudah ditumbuhi mikroorganisme, hasil yang diperoleh adalah 3,33. Persyaratan kadar air simplisia daun kitolod memenuhi persyaratan dari literatur yaitu tidak
melebihi 5. Kadar air yang melebihi 5 dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan
karena terjadi proses hidrolisis Depkes RI, 1995. Penetapan kadar sari yang larut air untuk mengetahui kadar senyawa kimia
bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia daun kitolod yang hasilnya diperoleh 16,65, sedangkan kadar sari yang larut etanol dilakukan untuk
mengetahui kadar senyawa yang larut dalam etanol, baik senyawa polar maupun non polar hasilnya adalah 20,02. Kandungan sari larut air lebih tinggi dari pada kadar
sari larut etanol, karena senyawa yang bersifat polar lebih banyak larut di dalam pelarut air dari pada etanol dan senyawa yang tidak larut dalam air akan larut dalam
pelarut etanol. Air dapat melarutkan zat lain yang tidak diperlukan seperti gom, pati, protein, lendir dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan tingginya kadar sari yang
larut air dari tanaman yang dilarutkan Depkes RI, 1986.
43 Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral
internal abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri dan eksternal abu non-fisiologis yang merupakan residu dari luar seperti pasir dan tanah yang
terdapat dalam sampel Ditjen POM 2000; WHO 1992. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan
cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Penetapan kadar abu pada simplisia daun kitolod menunujukkan kadar abu
total sebesar 1,26 dan kadar abu tidak larut asam 0,98. Kadar abu total pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak sama. Umumnya syarat kadar abu
tidak larut asam 1 dan simplisia daun kitolod memenuhi persyaratan. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun kitolod Hippobroma
longiflora L. G. Don dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun kitolod.
No Nama senyawa
Hasil 1.
Alkaloida +
2. Flavonoida
+ 3.
Glikosida +
4. Tanin
+ 5.
SteroidTriterpenoid +
6. Saponin
+ Serbuk simplisia daun kitolod yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff
memberikan endapan warna jingga kecoklatan, dengan pereaksi Bouchardat memberikan endapan warna kuning kecoklatan dan dengan pereaksi Mayer
terbentuk endapan putih dan kekeruhan, hal ini menunjukkan simplisia mengandung alkaloida. Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan paling sedikit dua atau tiga
dari pereaksi yang ditambahkan Depkes RI, 1995. Skrining fitokimia terhadap flavonoida yakni dengan penambahan serbuk Mg, HCl pekat dan amil alkohol
44 memberikan warna kuning pada lapisan amil alkohol. Ini dianggap bahwa flavonoida
positif pada simplisia daun kitolod Farnsworth, 1966. Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molish dan
asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molish merupakan pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi karbohidrat, dalam hal ini adalah
gula Depkes RI, 1995, sedangkan skrining pada tanin dengan penambahan FeCl
3
memberikan warna biru kehitaman yang menunjukan adanya tanin Farnsworth, 1966. Skrining steroidtriterpenoid dengan penambahan pereaksi Liebermann-
Burchard memberikan warna merah keunguan dan hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroidtriterpenoid Harborne, 1987, sedangkan skrining pada saponin
menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2N Depkes RI, 1995.
4.4 Hasil Ekstraksi