49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pemeriksaan simplisia secara makroskopik yaitu daun berwarna hijau, panjang 6,5 cm, lebar 3 mm, kasar, bau sangat tajam, rasa pahit. Hasil
pemeriksaan mikroskopik dari penampang melintang daun kitolod memperlihatkan trikoma, stomata, 2 epidermis terdiri dari 1 lapis epidermis
atas dan 1 lapis epidermis bawah, jaringan pagar palisade, jaringan bunga karang spons, dan jaringan pengangkut xilem dengan berpenebalan spiral.
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia pada daun kitolod terdapat stomata tipe anomositik yaitu jumlah sel tetangga tiga atau lebih satu sama
lain sama, jaringan palisade, xilem dengan penebalan spiral, dan rambut penutup uniseluler. Hasil karakterisasi serbuk simplisia dari daun kitolod
Hippobroma longiflora L. G. Don yaitu kadar air 3.33, kadar sari yang larut air 16.65, kadar sari yang larut etanol 20.02, kadar abu total 1.26,
kadar abu yang tidak larut dalam asam 0.98. 2. Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia menunjukkan adanya
senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida, tannin, saponin dan steroida triterpenoida.
3. Pada metode asam basa digunakan agar alkaloida yang diperoleh dapat larut dalam pelarut organik jika dalam bentuk garam maka cara isolasinya pun
ditarik dengan menggunakan pelarut HCI encer dan dibasakan dengan pelarut NH
4
OH.
50 4. Karakterisasi senyawa alkaloida menggunakan spektrofotometri ultraviolet di
peroleh panjang gelombang absorpsi maksimum pada panjang gelombang 205,5 nm yang menunjukkan adanya gugus kromofor ikatan rangkap yang
terkonjugasi dan hasil spektrofotometri inframerah diperoleh adanya gugus O-H, C-H alifatis dari metilen -CH
2
dan metil -CH
3
, ikatan rangkap C=C, C-N dan C-O.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk elusidasi struktur kimia dari senyawa alkaloida yang terdapat dalam ekstrak metanol daun kitolod Hippobroma
longiflora L. G. Don.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. 2003. Khasiat Manfaat Kitolod, Penakluk Gangguan pada Mata. Depok: PT AgroMedia Pustaka. Hal. 6-7
Alondra V., Javier E., Alejandro U. 2014. Piperidine alkaloids from Lobelia polyphylla Hook. Arn. Campanulaceae. Journal of Biology Science.
132: 205 – 212. Cordell, A. 1981. Introduction to Alkaloids a Biogenetic Approach. New York:
John Willey and Sons. Hal. 12. Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi
Padang: Andalas University Press. Hal. 3-5, 21. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
kesehatan RI. Hal. 1-16. Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 10, 19,
21. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal. 1, 10-11. Eaton, D.C 1989. Laboratory Investigation in Organic Chemistry. USA: Mac Graw
Hill. Hal. 149-150. Evans, W.C. 2009. Pharmacognosy, Edisi ke-16. China: Published by Saunders
Elsevier Printed in China. Hal. 354. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Journal
of Pharmaceutical Science. 553: 245-264, 262-263. Fergusson, N.M. 1956. A Text Book of Pharmacognosy. Edisi I. New York: The
MacMillan. Hal. 187-192. Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal. 323, 353-361. Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 340-348. Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., dan Schwarting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi.
Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 1-9, 107-178.
52 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih Padmawinata, dan
Iwang Suediro. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 147-148, 234. Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal.57-58. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, M.E. 2005. Farmakognosi
dan Fitoterapi. Penerjemah: Winny Syarief, Cucu Aisyah, Ella Elviana, dan Euis Rachmiyani Fidiasari. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 82,
85, 94-97, 101, 103, 106, 120.
Hernani., dan Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1.
Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit
ITB. Hal. 9-11, 33-34. Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen kesehatan RI. Hal. 98. Ira, S. 2009. Isolasi dan Uji Aktifitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bunga, Batang
dan Daun Sapu Jagad Isotoma longiflora L. Presl. Terhadap Staphylococcus aureus. Jurnal Skripsi. Jilid 3: 20-23.
Maria, A.M 2009. Jaringan Pada Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Hal. 7.
Manitto, P. 1981. Biosintesis Produk Alami. Penerjemah: Koensoemardiyah. Semarang : IKIP Semarang Press. Hal. 381
Murtie, A. 2013. Kupas Tuntas Pengobatan Tradisional Pemahaman, Manfaat, Teknik dan Praktik cetakan 1. Yogyakarta: Trans Idea Publishing. Hal.144
Nuraini, D.N. 2014. Aneka Daun Berkhasiat Untuk Obat cetakan 1. Yogyakarta: Penerbit GAVA Media. Hal.106.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., dan Kriz, K.S. 1988. Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Contemporary Approach. Edisi III. Philadelphia:
Saunders College. Hal. 695-711. Plantamor 2008. Bunga Bintang Isotoma longiflora. [Diakses 9 Januari 2012]
Diambil dari http: plantamor. com index. php? plant= 721 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Kokasih
Padmawinata. Bandung: ITB. Hal. 123-157, 191.
53 Rohman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hal. 51. Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Edisi II. Yogyakarta: Liberty. Hal. 1-9,
26-36. Silverstein, R.M., Bassler, G.C., dan Morrill, T.C. 1986. Penyidikan Spektrometrik
Senyawa Organik. Terjemahan Hartomo dan Purba. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 15,308.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: ITB. Hal. 158. Soegihardjo C.J. 2013. Farmakognosi. Yogyakarta. PT Citra Aji Pratama. Hal.57.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopik. Penerjemah:
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB. Hal. 3-18. Suhirman, S,. dan Winarti, C. 2011. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat Sebagai
Immunomodulator. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hal. 121.
Suparni., dan Wulandari A. 2012. Herbal Nusantara:1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia Edisi I. Yogyakarta: Rapha Publishing. Hal. 68.
Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Widya Padjajaran. Hal. 69-79.
Wijayakusuma, H. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia volume 4. Jakarta: Pustaka Kartini. Hal.167
World Health Organization. 2011. Quality Control Methods For Medicinal Plant Material. Switzerland: WHO. Halaman 19-25, 33-35.
Yohana, A, Yovita, A. 2005. Khasiat Tanaman Obat Edisi I. Jakarta: Pustaka Buku Murah. Hal. 189-190.
54
Lampiran 1 .IdentifikasiTumbuhan
55
Lampiran 2 . Bagan kerja penelitian
disortir ditiriskan lalu ditimbang
pemeriksaan makroskopik dihaluskan
Serbuk simplisia
Skrining Fitokimia: - Alkaloida
- Flavonoida - Saponin
- Tanin - Glikosida
- Steroidtriterpenoida Karakterisasi:
- Pemeriksaan makroskopik - Penetapan kadar:
- air - sari yang larut dalam etanol
- sari yang larut dalam air - abu total
- abu yang tidak larut dalam asam
Pembuatan ekstrak
penentuan fase gerak secara KLT diisolasi secara kromatografi
preparatif dan hasilnya dipantau dengan KLT
Isolat dilakukan uji kemurnian dengan KLT
1 arah dan 2 arah
Isolat murni dikarakterisasi dengan spektrofotometri
UV dan IR
Spektrum dicuci
dikeringkan Simplisia
Daun kitolod
Metode asam basa
56
Lampiran3 . Bagan pembuatan ekstrak methanol daun kitolod secara perkolasi
direndam selama 3 jam dimasukkan ke dalam alat perkolator
dituangkan cairan penyari metanol secukupnya sampai semua simplisia terendam
ditutup mulut tabung percolator dengan alumunium foil
dibiarkan selama 24 jam kran perkolator dibuka
perkolat diatur menetes dengan kecepatan 20 tetes per menit
perkolasi dihentikan ketika hasil perkolat negative terhadap pereaksi Mayer, Bouchardat, Dragendorff
Perkolat Ampas
330 g serbuk simplisia
Diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50
o
C Ekstrak kental
metanol
57
58
Lampiran 5. Gambar makroskopik tumbuhan kitolod Hippobroma longiflora L.
G. Don.
Tumbuhan kitolod Hippobroma longiflora L. G. Don.
daun kitolod segar
59
Lampiran 5. Lanjutan
simplisia daun kitolod
serbuk simplisia daun kitolod
60
Lampiran 6 . Gambar mikroskopik serbuk simplisia dari daun kitolod Hippobroma
longiflora L. G. Don. Keterangan:
1. Mikroskopik serbuk simplisia daun kitolod perbesaran 10 x 40 2. Stomata tipe anomositik
3. Jaringan palisade 4. Xilem dengan dinding berbentuk spiral
5. Trikoma 2
1
3 4
61
Lampiran 7 . Perhitungan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun kitolod
Hippobroma longiflora L. G. Don. I. Perhitungan penetapan kadar air simplisia
a. Perhitungan hasil penetapan kadar air