36
3.6.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditimbang, lalu dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada
sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat, apabila timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan
adanya steroidtriterpenoid Harborne, 1987.
3.7 Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kitolod
Pembuatan ekstrak daun kitolod dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan pelarut metanol.
Cara kerja: Sebanyak 330 gram serbuk simplisia daun kitolod dibasahi dengan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 jam, kemudian dimasukkan ke dalam alat
perkolator. Larutan penyari metanol dituang secukupnya sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya, mulut tabung perkolator
ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan 20 tetes per menit,
perkolasi dihentikan pada saat beberapa tetes perkolat tidak bereaksi ketika ditambahkan pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendorff. Pelarut yang digunakan
sebanyak 6 liter. Perkolat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat penguap vakum putar rotary evaporator pada temperatur yang tidak lebih dari 50
o
C sampai diperoleh ekstrak kental daun kitolod Depkes RI, 1995. Bagan pembuatan ekstrak
metanol dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 56 .
3.8 Isolasi Senyawa Alkaloida dari Ekstrak Metanol dengan Metode Pengocokan Asam Basa
Senyawa alkaloida yang terdapat di dalam ekstrak metanol diisolasi dengan
37 menggunakan metode pengocokan asam basa sampai diperoleh ekstrak alkaloida
kasar. Cara kerja: Sebanyak 26,50 gram ekstrak kental ditambahkan HCI 2N hingga pH 2 -
3, dikocok lalu disaring dan filtrat dibasakan dengan NH
4
OH p hingga pH 9 - 10. Dikocok dengan 100 ml kloroform dalam corong pisah, lapisan air dan lapisan
kloroform dipisahkan. Lapisan kloroform ditambahkan HCI 2N sama banyak dalam corong pisah, dikocok. Lapisan kloroform dan lapisan asam dipisahkan. Lapisan
asam dibasakan dengan NH
4
OH p hingga pH 9 - 10. Dikocok dengan 100 ml kloroform dalam corong pisah, lapisan air dan lapisan kloroform dipisahkan. Lapisan
kloroform ditambahkan HCI 2N sama banyak dalam corong pisah, dikocok. Lapisan kloroform dan lapisan asam. dipisahkan. Lapisan asam dibasakan dengan NH
4
OH p hingga pH 9 - 10. Dikocok dengan 100 ml kloroform dalam corong pisah. Lapisan
air dan lapisan kloroform dipisahkan. Lapisan kloroform yang diperoleh dikumpulkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada temperatur tidak
lebih dari 40
o
C hasilnya diperoleh ekstrak kasar alkaloida daun kitolod Fergusson, 1956. Bagan isolasi senyawa alkaloida dari ekstrak metanol dengan metode
pengocokan asam basa dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 57.
3.9 Analisis Ekstrak Alkaloida Kasar Secara KLT
Kromatografi lapis tipis KLT digunakan untuk mendapatkan fase gerak yang terbaik untuk dipakai pada KLT preparatif. Pada ekstrak alkaloida kasar
dilakukan analisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel F
254
dan fase gerak campuran kloroform-metanol-ammonia dengan beberapa perbandingan fase
gerak kloroform-metanol-ammonia 90:10:1, 85:15:1, 80:20:1, 75:25:1, 70:30:1, 60:40:1. Penampak bercak digunakan pereaksi Dragendorff.
38 Cara kerja: Ekstrak alkaloida kasar dilarutkan dalam metanol, ditotolkan pada plat
lapis tipis, kemudian dimasukan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak, setelah pengembangan selesai plat dikeluarkan dan dikeringkan, plat
disemprot dengan penampak bercak Dragendorff dan dipanaskan di oven pada suhu 110
℃ selama beberapa menit Gritter, et al.,1991. Warna yang terbentuk diamati dan dihitung harga Rf semua bercak. Fase gerak yang menghasilkan noda bercak
paling banyak jumlahnya adalah fase gerak yang terbaik. Hasil analisis ekstrak alkaloida kasar secara KLT dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 66 .
3.10 Isolasi Senyawa Alkaloida Secara KLT Preparatif