Latar Belakang Perlunya Informed Consent

pasien atau keluarga terdekat sebelum melakukan tindakan medis terhadap diri seorang pasien. Persetujuan itu diberikan setelah dokter memberikan informasi penjelasan secara lengkap kepada pasien atau keluarga terdekat mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap diri pasien. Penjelasan informasi tentang tindakan kedokteran tersebut diatas sekurang- kurangnya meliputi: 1. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran 2. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan 3. Alternatif tindakan lain dan risikonya 4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Hanafiah dan Amir, 2012.

2.7. Informed Consent

2.7.1 Latar Belakang Perlunya Informed Consent

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, diharapkan terlaksana hubungan yang lancar antara pasien dan tenaga kesehatan. Akan tetapi dapat terjadi masalah apabila terbentur pada dilema di antara dua prinsip, yaitu prinsip memberikan kebaikan kepada pasien yang bertolak dari sudut pandang nilai etika dan ilmu kesehatan berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tenaga kesehatan, dan prinsip menghormati hak menentukan diri sendiri dari sudut pandang pasien. Terdapat benturan yang dilematis antara tanggungjawab moral profesi dan hak azasi manusia yang universal dalam hubungan dengan kesehatan. Dengan demikian Universitas Sumatera Utara informed consent dibuat dengan tujuan untuk 1 memberikan perlindungan kepada pasien atas segala tindakan medis dan 2 memberikan perlindungan tenaga kesehatan terhadap terjadinya akibat yang tidak terduga yang dianggap merugikan pihak lain. Perlindungan terhadap pasien berarti perlindungan dari segala tindakan medis yang ditujukan pada badaniah dan rohaniah yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dari perlakuan prosedur medis yang sebenarnya tidak perlu atau tanpa ada dasar kepentingan medis yang pada titik klimaksnya merupakan penyalahgunaan dari standar profesi yang merugikanmembahayakan pasien. Jika tenaga kesehatan sudah melakukan tindakan medis atas dasar standar profesi medis tetapi menghadapi akibat yang tidak terduga serta dianggap merugikan pihak lain, maka tindakan medis yang bermasalah itu memperoleh jaminan perlindungan berdasarkan risk of treatment dan error of judgestment untuk kepentingan kesehatan. Peristiwa risk of treatment adalah kejadian yang tidak dapat dihindarkan walaupun sudah berusaha dicegah sedapat mungkin dan bertindak dengan sangat berhati-hati atas resiko tersebut. Menurut Beauchamp dan Walters Komalawati, 1999 bahwa informed consent dilandasi oleh prinsip etik dan moral serta otonomi pasien. Prinsip ini mengandung 2 hal yang penting, yaitu : 1 setiap orang mempunyai hak untuk memutuskan secara bebas hal yang dipilihnya berdasarkan pemahaman yang memadai, 2 keputusan itu harus dibuat dalam keadaan yang memungkinkannya membuat pilihan tanpa adanya campur tangan atau paksaan dari pihak lain. Karena individu itu otonom,diperlukan informasi untuk mengadakan pertimbangan agar dapat bertindak sesuai dengan Universitas Sumatera Utara pertimbangannya tersebut.Prinsip itulah yang oleh para ahli etik disebut doktrin informed consent Hendrik, 2013. Menurut Applebaum Komalawati, 1999, untuk menjadi doktrin hukum, informed consent harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Adanya kewajiban dari tenaga kesehatan untuk menjelaskan informasi kepada pasien. 2. Adanya kewajiban dari tenaga kesehatan untuk mendapatkan izin atau persetujuan dari pasien,sebelum dilaksanakan perawatanpengobatan. Dari pernyataan di atas, timbul persepsi di kalangan para tenaga kesehatan bahwa tampaknya kewajiban itu hanya membebani para tenaga kesehatan, sedangkan risiko yang dihadapi dalam pelayanan medis tertentu tergolong tinggi. Dalam hal ini informed consent diartikan sebagai perwujudan prinsip mengutamakan kepentingan pasien, tetapi kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri seolah-olah terabaikan. Selain itu ada juga yang menafsirkan bahwa informed consent secara tertulis dari pasien dapat dijadikan alat bukti dalam menentukan ada tidaknya kesalahan dalam tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Didasarkan pada asas tidak merugikan, penetapan syarat informed consent justru bertujuan agar tenaga kesehatan dapat menghindarkan resiko sekecil apapun demi kepentingan pasiennya Hendrik, 2013. Hak untuk menolak atau menerima informed consent berada di tangan pasien menjadi hak dasar self determination bagi setiap orang, sedangkan kewajiban tenaga kesehatandokter atau tugas profesi memberi informasi atas tindakan medis kepada Universitas Sumatera Utara pasien merupakan hak dasar pasien mendapat informasi. Atas dasar pengukuran hak wajib hukum tersebut,pengadaan formulir informed consent pada prinsipnya harus disetujui dan ditandatangani oleh pasien sendiri bukan keluarga. Penandatanganan informed consent secara tertulis yang dilakukan oleh pasien maupun keluarganya sebenarnya dimaksudkan sebagai penegasan atau pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukannya Hendrik, 2013.

2.7.2. Pengertian Informed Consent