penyuluh tidak terlalu mempengaruhi keputusan- keputusan internal kelompok tani. Dimana kepustusan seperti pemilihan pengurus, peraturan kelompok, serta
aturan tertulis disepakati melalui musyawarah maupun rapat kelompok.Penyuluh hanya berperan bila dibutuhkan kelompok tani dalam pengorganisasian
kegiatan.Dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa bila penyuluh pertanian di Kecamatan Barusjahe mampu menigkatkan perannya, kelompok tani binaannya
berpeluang meningkat kelas kemampuannya. Data hasil analisis menggunakan alat statistik nonparametik dengan metode
skoring, peneliti menginterpretasikan peran penyuluh pertanian dalam
pengembangan kapasitas managerial dan teknis kelompok tani adalah “sedang” dengan total skor rata- rata 114,53. Banyaknya tugas dan kurangnya tenaga
penyuluh untuk membimbing seluruh kelompok tani yang ada di Kecamatan Barusjahe mengakibatkan peran penyuluh pertanian dalam pengembangan
kelompok tani belum maksimal.
5.2 Sikap Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian
Sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh pertanian dapat diketahui
melalui jawaban responden terhadap pernyataan- pernyataan yang diberikan terkait peran penyuluh di dalam mengembangkan kelompok tani.Pernyataan
dibagi menjadi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif.Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam perwujudan suka atau tidak suka terhadap suatu
objek.Sikap petani bisa positif dan juga bisa negatif. Untuk pernyataan positif jawaban Sangat Tidak Setuju STS diberi nilai 1, Tidak Setuju TS diberi nilai 2,
Ragu ragu R diberi nilai 3, Setuju S diberi nilai 4, dan Sangat Setuju SS
Universitas Sumatera Utara
diberi nilai 5. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju STS diberi nilai 5, Tidak Setuju TS diberi nilai 4, Ragu - ragu R diberi nilai
3, Setuju S diberi nilai 2, dan Sangat Setuju SS diberi nilai 1. Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap
kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor nilai skala untuk masing masing kategori jawaban,
kemudian skor terhadap masing masing pernyataan dijumlahkan. Interpretasi terhadap skor masing masing responden dilakukan dengan mengubah
skor tersebut ke dalam skor standar, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert Skor t. Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor t
menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar t = 50 dan standart deviasi S = 4, 105, sehingga apabila skor standart 50 berarti
mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart 50 berarti mempunyai sikap negatif. Sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh dalam
pengembangan kelompok tani disajikan pada tabel berikut:
N o
Sik ap
Jumlah Responden
Jiwa Persen
tase 1
Pos itif
13 72,22
2 Ne
gatif 5
27,88 Ju
mlah 18
100,00 Sumber : Lampiran 11Diolah, 2016
Berdasarkan hasil pada Tabel22 dapat diketahui bahwa dari 15 anggota kelompok tani sampel, jumlah kelompok tani yang memiliki sikap positif sebanyak 13 orang
Tabel 22. Persentase Skor Sikap
Universitas Sumatera Utara
72,22 dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 5 orang 27,88. Mayoritas sikap petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa
sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani adalah “positif”.
Hasil analisis sikap anggota kelompok tani yang menggunakan Skala Linkert menunjukan hasil “positif”, artinya anggota kelompok tani dapat menerima
dengan baik peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani. Namun hasil pengamatan dan wawancara dengan para penyuluh dan ketua kelompok tani,
diketahui bahwa kehadiran anggota kelompok tani sangat kurang dalam kegiatan- kegiatan kelompok tani. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Rogers 1983
teorinya tentang inovasi yaitu persuation persuasi. Rogers menjelaskan bahwa tahap persuasi terjadi ketika individu memiliki sikap
positif atau negatif terhadap inovasi. Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan apakah individu tersebut akan menerima atau menolak suatu
inovasi. Tingkat ketidakyakinan pada fungsi-fungsi inovasi dan dukungan sosial akan pada akhirnya mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap
inovasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sikap anggota kelompok tani, pada
dasarnya anggota kelompok tani di Kecamatan Barusjahe telah menerima dengan baik peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani.Anggota kelompok tani
juga telah mengetahui pentingnya peran penyuluh untuk mengembangkan kelompoknya.Berdasarkan teori Rogers, sikap “positif” saja tidak cukup untuk
membuat suatu individu atau kelompok untuk mengadopsi prilaku atau inovasi
Universitas Sumatera Utara
baru, yang mana inovasi dalam hal ini adalah kemampuan mengembangkan kapasitas managerial dan teknis kelompok tani.
Dinyatakan oleh Rogers 1983 bahwa perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku atau inovasi yang baru tersebut terjadi dalam beberapa tahapan
sebagai berikut: 1.
Tahap kesadaran awareness, dalam hal ini petani mulai sadar tentang adanya sesuatu yang baru, mulai terbuka akan perkembangan dunia luarnya, sadar apa
yang sudah ada dan apa yang belum. 2.
Tahap minat Interest, tahap ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari keterangan-keterangan tentang hal-hal yang baru diketahuinya.
3. Tahap penilaian Evaluation, setelah keterangan yang diperlukan diperoleh,
mulai timbul rasa menimbang-nimbang untuk kemungkinan melaksanakannya sendiri.
4. Tahap mencoba Trial. Jika keterangan sudah lengkap, minat untuk meniru,
maka dimulai usaha mencoba hal baru yang sudah diketahuinya. 5.
Tahap adopsi Adoption. Petani sudah mulai mempraktekkan hal-hal baru dengan keyakinan akan berhasil.
Anggota kelompok tani di Kecamatan Barusjahe diindikasikan hanya mencapai tahap Penilaian Evaluation. Sikap positif atau menerima terhadap peran
penyuluh pertanian menyimpulkan bahwa anggota kelompok tani telah sadar akan pentingnya kelompok tani untuk meningkatkan produktivitas bahkan
meningkatkan kesejahteraan keluargannya karena dengan bergabung dengan kelompok tani, kesempatan mendapatkan bantuan dari pemerintah lebih
besar..Setelah menyadari pentingnya kelompok tani dan menunjukkan minatnya
Universitas Sumatera Utara
dengan bergabung dengan kelompok tani, anggota kelompok tani di Kecamatan Barusjahe mulai menilai seberapa besar manfaat bergabung dengan kelompok
tani.Penilaian anggota kelompok tani biasannya didasari oleh seberapa besar manfaat yang diterima dari kelompok tani.Perspektif inilah yang menyebabkan
anggota kelompok tani hanya mau hadir dalam kegiatan- kegiatan kelompok tani berupa pembagian bantuan dari pemerintah.Penyuluh pertanian dan pengurus
kelompok tani Kecamatan Barusjahe menyatakan bahwa sangat sulit untuk mengumpulkan anggota kelompok tani dalam hal kelas belajar, hal ini disebabkan
karena anggota kelompok tani hanya mau berkumpul dalam hal bantuan.Para pengurus kelompok tani juga menambahkan bahwa saat ini anggota kelompok
tani merasa bahwa keberadaan kelompok tani hanya menguntungkan para pengurus kelompok saja, tidak untuk anggota.
Secara umum, para penyuluh memang menilai motivasi anggota kelompok tani untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan kelompok tani sangat kurang.Namun
terdapat beberapa kelompok tani yang masih melaksanakan kegiatan- kegiatan kelompok taninya secara rutin, bahkan telah menjadi mitra penyuluh dalam
pelaksanaan rekomendasi- rekomendasi pemerintah. Penyuluh berharap, dengan perhatian lebih terhadap perkembangan kelompok tani- kelompok tani mitra
penyuluh tersebut, dapat merubah prilaku kelompok tani lainya untuk bangkit dan berkembang demi mewujudkan kelompok tani yang kuat dan mandiri serta dapat
mensejahterakan anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hambatan Yang Dihadapi Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok Tani