2.1.3 Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Revitalisasi Penyuluhan
Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh. Untuk memperkuat tenaga penyuluhan, pemerintah
merencanakan satu desa satu penyuluh untuk seluruh desa di Indonesia. Selain itu, Departemen Pertanian juga berupaya memperbaiki dan memfungsikan Balai
Penyuluhan Pertanian BPP, menyediakan kendaraan dinas untuk transportasi penyuluh, serta membenahi metode dan sistem penyuluhan yang selama ini lebih
banyak berorientasi pada peningkatan produksi kepada penyuluhan yang berorientasi kepada agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani dan
keluarganya. Program pendidikan dan pelatihan penyuluhan yang dicanangkan oleh
Departemen Pertanian Renstra Kementan Tahun 2015- 2019 adalah pemantapan sistem penyuluhan pertanian, pemantapan pendidikan menengah pertanian,
revitalisasi pendidikan pertanian serta pengembangan standardisasi dan sertifikasi profesi SDM pertanian, pemantapan sistem pelatihan pertanian, dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya badan penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian.
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis diantaranya adalah : 1.
Pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik bidang pertanian 2.
Pengembangan kerjasama luar negeri untuk bidang pangan dan pertanian dalam kerangka bilateral, regional dan multilateral
3. Pengelolaan keuangan, perlengkapan, dan kearsipan kementerian pertanian
4. Peningkatan kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian
5. Koordinasi dan pembinaan perencanaan kementerian pertanian
Universitas Sumatera Utara
6. Pengembangan perstatistikan dan sistem informasi pertanian
7. Penyelenggaraan ketatausahaan kementerian pertanian, kerumahtanggaan
dan pelaksanaan hubungan masyarakat di bidang pertanian 8.
Perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 menyatakan bahwa
penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil PNS, Penyuluh Pertanian Swadaya danatau Penyuluh Pertanian Swasta. Hal ini juga
sebagai indikasi bahwa keterbatasan pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan mitra kerja yang memadai sesuai
azas-azas dalam pasal 2 Undang-Undang tersebut. Pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh Pertanian
Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta selama ini dirasakan belum memiliki arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Salah satu kebijakan dalam upaya revitalisassi penyuluhan pertanian, tertuang
dalam Peraturan Bupati Katingan Nomor 6l Tahun 2014, tentang Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Katingan
meliputi : 1.
Memacu pengembangan kelembagaan penyuluhan pemerintah daerah, kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha yang saling bersinergi dan
terpadu di Kabupaten, Kecamatan dan DesaKelurahan; 2.
Pengutamaan prinsip kemitraan dalam pengembangal kelembagaan penyuluhan pemerintah daerah dan kelembagaan pelaku usaha, dan
Pertanian, Perikanan Kehutanan;
Universitas Sumatera Utara
3. Peningkatan fungsi dan peran kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
pertanian, perikanan, dan kehutanan serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan penyuluhan secara partisipatif yang dapat menjamin
terlaksananya pembangunan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang berkelanjutan;
4. Fasilitasi kemandirian dan profesionalitas penyuluh melalui pengembangan
kompetensi profesi, lembaga sertifikasi profesi dan asosiasi profesi; 5.
Fasilitasi peningkatan peran dan fungsi penyuluh swasta dan penyuluh swadaya untuk memenuhi kebutuhan penyuluh baik penytiluh pertanian,
penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan melalui pemantapan pembinaan dan pengawasan;
6. Pengutamaan kegiatan beroirientasi peningkatan nilai tambah dan daya
saing produk pertanian melalui keterpaduan sistem agribisnis hulu-hilir, teknologi tepat guna dan sistem informasi berbasis teknologi informasi;
Revitalisasi yang arti harfiahnya ‘menghidupkan kembali’ maknanya bukan hanya sekedar mengadakanmengaktifkan kembali yang sebelumnya pernah ada.Tetapi
menyempurnakan struktur, memperbaiki mekanisme kerja, adaptasi dengan perubahan yang baru, meningkatkan semangat dan komitmen yang
tinggi.Dandan, 2009. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian juga dikatakan sebagai upaya mendudukkan,
memerankan,memfungsikan dan menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah
serta kebijakan Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian, 2009 .
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, pemerintah berkewajiban
menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan secara sekaligus. Pemerintah Pusat melalui kegiatan PRP Pencanangan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mendukung penyelenggaraan penyuluhan di provinsi dan kabupatenkota melalui dana dekonsentrasi sejak
tahun 2005. Upaya tersebut perlu disinergikan dengan program-program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupatenkota
serta dukungan pembiayaan yang memadai dari APBD provinsi dan APBD
kabupatenkota. 2.1.4. Pengembangan Kelompok Tani
Menurut Badan Informasi Penyuluhan Pertanian 2001 berdasarkan kemampuannya kelompok tani dibagi ke dalam empat kelas dengan ciri-ciri
sebagai berikut: 1. Kelompok Tani Pemula, memiliki ciri- ciri antara lain:
a Kontak tani masih belum aktif
b Taraf pembentukan kelompok tani masih awal
c Pimpinan formal aktif
d Kegiatan kelompok bersifat informatif
2. Kelompok Tani Lanjutan a
Kelompok tani menyelenggarakan demplot dan gerakan-gerakan terbatas
b Kegiatan kelompok dalam perencanaan meskipun terbatas
c Pimpinan formal aktif
Universitas Sumatera Utara
d Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama usahatani
sehamparan 3. Kelompok Tani Madya
a Kelompok tani melenggarakan kerjasama usahatani sehamparan
b Pimpinan formal kurang menonjol
c Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama
d Usahatani sehamparan
e Berlatih mengembangkan program sendiri
4. Kelompok Tani Utama a
Meningkatkan hubungan dengan KUD b
Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan
c Program usahatani terpadu
d Program disesuaikan dengan KUD
e Pemupukan modal dan kepemilikan atau penggunaan benda modal
Badan Informasi Penyuluhan Pertanian, 2001 Penilaian kemampuan kelompoktani dirumuskan dan disusun dengan pendekatan
aspek manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi: a perencanaan, b pengorganisasian, c pelaksanaan, d pengendalian dan pelaporan, e
penguasaan teknik kelompoktani dari fungsi-fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka indikator penilaian kinerja kelompok tani dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Indikator Penilaian Kinerja Kelompok Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Universitas Sumatera Utara
Indikator Kemampuan Kelompok Tani Nilai Maksimal
Indikator
1. Kemampuan merencanakan kegiatan
200
2. Kemampuan mengorganisasikan
100
3. Kemampuan melaksanakan kegiatan
400
4. Kemampuan mengendalikan dan melaporkan
150
5. Kemampuan mengembankan kepemimpinan
kelompok tani
150
Jumlah
1.000 Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011
Merujuk atas indikator penilaian kinerja kelompok berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani pada Tabel 2, maka klasifikasi kelompok tani
berdasarkan kemampuannya dapat ditentukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Kelompok Tani Berdasarkan Kemampuan
Klasifikasi Jumlah Nilai
Pemula 250
Lanjut 251 – 500
Madya 501 – 750
Utama 751 – 1.000
Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011
Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat kelas setiap kelompok tani, yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok
tani disuatu daerah, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok tersebut 2.
Bagi pembinapenyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani.
3. Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan kelompok tani selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Peran Penyuluh Pertanian