Linieritas Kurva Kalibrasi Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk Kimia Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Sayur Selada

36 halaman 58 sedangkan kurva waktu operasional nitrit dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Waktu Operasional Nitrit Baku Berdasarkan Gambar 4.2, diperoleh waktu operasional yang paling stabil adalah pada menit ke-21 sampai menit ke-23. Waktu operasional ini selanjutnya digunakan untuk penentuan kadar nitrit dan nitrat pada sampel.

4.5 Linieritas Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi merupakan suatu hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi yang berupa garis lurus apabila memenuhi hukum Lambert-Beer. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan konsentrasi 0,1 µgmL; 0,2 µgmL; 0,4 µgmL; 0,6 µgmL; 0,8 µgmL; 1,0 µgmL dan diperoleh hasil sebagai berikut: 0,4579 0,458 0,4581 0,4582 0,4583 0,4584 0,4585 0,4586 0,4587 0,4588 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Time minute Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Nitrit Baku Dari Gambar 4.3 diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan absorbansi. Persamaan garis regresi yang diperoleh yaitu Y = 0,54794X + 0,00754 dengan koefisien korelasi sebesar 0,99953 yang menunjukkan adanya hubungan yang linier antara absorbansi dan konsentrasi.

4.6 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi nitrat dan nitrit adalah sebesar 0,037718 µgg sedangkan batas kuantitasi sebesar 0,125725 µgg. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 62. Batas deteksi didefinisikan sebagai jumlah terkecil analit di dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih membetikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil Conc: µgmL Universitas Sumatera Utara 38 analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004.

4.7 Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk Kimia Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Sayur Selada

Tanaman selada yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini ditanam dengan tiga perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama tanpa menggunakan pupuk, perlakuan kedua menggunakan pupuk organik berupa pupuk kompos dan perlakuan ketiga menggunakan pupuk kimia yaitu pupuk urea. Sampel kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm. Pengaruh pemberian pupuk organik dan pupuk kimia terhadap kadar nitrat dan nitrit pada tanaman selada dapat dilihat pada Tabel 4.2, Tabel 4.3, Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Tabel 4.2 Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk Kimia Terhadap Kadar Nitrit pada Selada No. Sampel Kadar Nitrit µgg H-52 H-54 H-60 1 Tanpa Pupuk 22,6209 ± 0,2503 23,1304 ± 0,2809 23,7401 ± 0,5029 2 Pupuk Organik 22,9765 ± 0,8626 24,0591 ± 0,3378 27,9530 ± 0,5590 3 Pupuk Kimia 36,6316 ± 0,5006 41,6541 ± 1,1510 42,9886 ± 1,4836 Tabel 4.3 Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk Kimia Terhadap Kadar Nitrat pada Selada No. Sampel Kadar Nitrat µgg H-52 H-54 H-60 1 Tanpa Pupuk 28,6386 ± 1,9763 30,6925 ± 1,4756 28,5999 ± 0,6363 2 Pupuk Organik 29,5394 ± 7,2902 29,4055 ± 2,5403 35,2673 ± 5,0270 3 Pupuk Kimia 39,6238 ± 1,0499 47,4497 ± 2,3581 47,2578 ± 3,7149 Universitas Sumatera Utara 39 Keterangan: H-52 : Panen hari ke-52 H-54 : Panen hari ke-54 H-60 : Panen hari ke-60 : Berbeda signifikan α = 0,05 Hasil merupakan rata-rata ± standar deviasi dari 6 kali pengulangan Gambar 4.4 Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Nitrit pada Selada Gambar 4.5 Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Nitrat pada Selada 0,0000 5,0000 10,0000 15,0000 20,0000 25,0000 30,0000 35,0000 40,0000 45,0000 H-52 H-54 H-60 Tanpa Pupuk Pupuk Organik Pupuk Kimia 0,0000 10,0000 20,0000 30,0000 40,0000 50,0000 H-52 H-54 H-60 Tanpa Pupuk Pupuk Organik Pupuk Kimia Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 4.6 Perbandingan Kadar Nitrit dan Nitrat pada Selada Dari Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 dapat dilihat adanya perbedaan kadar nitrit dan nitrat antara sampel sayur selada yang ditanam tanpa menggunakan pupuk, dengan pupuk organik dan sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia. Kandungan nitrit paling tinggi terkandung dalam sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia, sebesar 42,9886 µgg pada masa panen hari ke-60. Sedangkan kandungan nitrit terendah terdapat pada sayur selada yang ditanam tanpa pemupukan, yaitu sebesar 22,6209 µgg pada masa panen hari ke-52. Demikian juga kadar nitrat tertinggi terkandung dalam sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia yaitu sebesar 47,4497 µgg untuk masa panen hari ke-54. Sedangkan kadar nitrat terendah terkandung dalam sayur selada yang ditanam tanpa pemupukan, yaitu sebesar 28,5999 µgg untuk masa panen hari ke-60. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kadar nitrit dan nitrat yang terkandung dalam sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia 0,0000 5,0000 10,0000 15,0000 20,0000 25,0000 30,0000 35,0000 40,0000 45,0000 50,0000 H-52 H-54 H-60 H-52 H-54 H-60 H-52 H-54 H-60 Selada Tanpa Pemupukan Selada dengan Pupuk Organik Selada dengan Pupuk Kimia Kadar Nitrit µgg Kadar Nitrat µgg Universitas Sumatera Utara 41 lebih tinggi dibandingkan dengan sayur selada tanpa pemupukan maupun sayur selada dengan pupuk organik. Pada penelitian ini, terlihat bahwa penyebab perbedaan kadar nitrit dan nitrat yang terkandung di dalam sayur selada ialah jenis dan jumlah pupuk yang digunakan. Untuk pupuk organik, digunakan pupuk kompos sebanyak 300 gpolibag sementara pupuk kimia menggunakan pupuk urea sebanyak 0,3gpolibag. Jenis pupuk yang berbeda tentu saja memiliki kandungan unsur hara yang berbeda yang dapat mempengaruhi kondisi kesuburan tanah. Tanah mineral dengan kandungan bahan organik yang tinggi mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah yang lebih baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi. Sebaliknya, bila kandungan bahan organik tanah sedikit, maka sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga kurang baik sehingga produktivitas rendah Manuhuttu, dkk., 2014. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Maynard, dkk. 1976, komponen lingkungan juga mempengaruhi penyerapan nitrat oleh tanaman, asimilasi nitrat atau pertumbuhan tanaman yang dapat mempengaruhi fluktuasi konsentrasi nitrat pada seluruh bagian tanaman. Berdasarkan Gambar 4.6, diketahui bahwa kadar nitrat yang terkandung dalam selada lebih tinggi dibandingkan dengan kadar nitrit. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan kadar nitrat di dalam selada sebesar 54,7 mgKg sedangkan kadar nitrit sebesar 6,6 mgKg Afzali dan Elahi, 2014. Akan tetapi, kadar nitrit yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lokasi dan kondisi tanah, sumber air, intensitas cahaya, waktu Universitas Sumatera Utara 42 panen, konsentrasi karbondioksida serta penggunaan pupuk Maynard, dkk., 1978. Pada setiap masa panen, kandungan nitrit yang terkandung dalam selada untuk setiap perlakuan mengalami peningkatan, demikian juga dengan kandungan nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa selada lebih baik dipanen pada usia yang masih muda, dikarenakan kandungan nitrit dan nitratnya yang relatif rendah. Di samping itu, pada umumnya selada dipanen pada umur 60-80 hari, tetapi di umur kurang dari 60 hari selada sudah layak dikonsumsi karena lebih dari separuh berat segar tanaman dicapai pada umur dua minggu menjelang panen Zulkarnain, 2013. Sebagian besar tumbuhan mengandung 1-25 nitrogen dari berat keringnya. Nitrogen dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk antara lain asam amino, protein, amida, klorofil, alkaloida dan basa nitrogen. Tumbuhan menyerap nitrogen dalam bentuk tertentu dari dalam tanah, yaitu nitrat, amonia, nitrogen organik dan molekul nitrogen Harahap, 2012. Lebih dari 90 nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat. Kandungan nitrat di dalam tanaman dipengaruhi oleh jumlah nitrat yang tersedia di dalam tanah dan faktor genetik yang mengontrol pola metabolisme nitrat di dalam tanaman. Penggunaan pupuk juga dapat meningkatkan kapabilitas tanaman untuk mengakumulasikan nitrat Walters, 2000. Kandungan nitrat di dalam tanaman dapat diatur dengan mengendalikan satu atau lebih proses yang terjadi di dalam tanaman seperti pengambilan nitrogen dari lingkungan, transportasi nitrogen, reduksi nitrat dan asimilasi, misalnya Universitas Sumatera Utara 43 dengan memodifikasi kondisi pertumbuhan seperti sumber air, kondisi tanah, waktu panen serta jumlah, jenis dan waktu pemupukan Keeton, dkk., 2011.

4.8 Uji Validasi