46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemupukan memberikan pengaruh terhadap kadar nitrat dan nitrit yang
terkandung di dalam selada, selada yang ditanam dengan pupuk kimia memiliki kadar nitrat dan nitrit yang paling tinggi dibandingkan dengan
selada yang ditanam dengan pupuk organik dan tanpa pemupukan. 2.
Kadar nitrit dalam sayur selada untuk masa panen hari ke-52, hari ke-54 dan hari ke-60 untuk selada yang ditanam tanpa pemupukan adalah 22,6209 µgg;
23,1304 µgg dan 23,7401 µgg; selada yang ditanam dengan pupuk organik 22,9765 µgg; 24,0591 µgg dan 27, 9530 µgg; selada yang ditanam dengan
pupuk kimia 36,6316 µgg; 41,6541 µgg dan 42,9886 µgg. Kadar nitrat pada selada yang ditanam tanpa pemupukan 28,6386 µgg; 30,6925 µgg dan
28,5999 µgg; selada yang ditanam dengan pupuk organik 29,5394 µgg; 29,4055 µgg dan 35,2673 µgg sedangkan selada yang ditanam dengan
pupuk kimia 39,6238 µgg; 47,4497 µgg dan 47,2578 µgg. 5.2 Saran
1. Disarankan kepada masyarakat agar mengkonsumsi sayuran yang dipanen
pada usia yang masih muda dan ditanam secara organik atau tanpa pemupukan.
2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penetapan kadar
nitrat dan nitrit pada sayur selada berdasarkan pengaruh waktu panen pagi dan sore hari.
Universitas Sumatera Utara
5
`BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Selada Lactuca sativa L.
Lactuca sativa adalah satu-satunya genus Lactuca, yang didomestikasi dan
dibudidayakan sebagai tanaman sayuran. Selada diperkirakan berasal dari daerah sekitar Laut Mediterania, yang meliputi Asia Kecil, Transcaucasia, Iran dan
Turkistan. Pertama kali, selada dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan, seperti obat tidur, dan mulai pada tahun 4.500 SM tanaman
ini dimanfaatkan sebagai makanan Zulkarnain, 2013.
2.1.1 Klasifikasi Selada
Di dalam sistematika botani, tanaman selada menempati kedudukan sebagai berikut Samadi, 2014:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa
Universitas Sumatera Utara
6 Menurut Pracaya 2006, tanaman selada mempunyai empat varietas
sebagai berikut: a.
Selada Kepala Lactuca sativa var. capitata L. Selada yang disebut juga selada kol ini mempunyai daun yang kompak
seperti kepala atau kol, hanya lebih kecil dan kurang keras. Daunnya lebar hampir buat, halus dan lembut. Umumnya selada ini hanya membentuk kepala bila
ditanam di dataran tinggi. b.
Selada Silindris Lactuca sativa var. longifolia Lam. Selada ini disebut juga selada kerucut, selada romain dan selada cos.
Selada ini membentuk krop yang bentuknya silinder atau kerucut. Daunnya memanjang, ujungnya lengkung, tekstur keras, kaku dan agak kasar.
c. Selada daun atau selada keriting Lactuca sativa var. crispa L.
Tanaman ini membentuk roset yang longgar tidak membentuk krop, daunnya menyerupai tekstur selada kepala dengan tepi berumbia.
d. Selada Batang Lactuca sativa var. asparagina Bailey, sin. L. sativa var.
Angustana Irish Selada ini mempunyai batang yang berdaging tebal sehingga dapat
dikonsumsi. Adapun daunnya tidak dikonsumsi karena kasar dan tidak enak.
2.1.2 Nilai Gizi dan Manfaat Selada
Selada merupakan salah satu tanaman sayuran rendah kalori dan sumber antioksidan serta vitamin K. Selain itu, selada juga memiliki kandungan vitamin
A dan C yang tinggi Zulkarnain, 2013. Di samping mengandung vitamin dan mineral, seluruh jenis selada
mengandung senyawa yang dikenal sebagai Lactucarium atau Opium Selada,
Universitas Sumatera Utara
7 yaitu senyawa yang bila dikonsumsi menimbulkan rasa kantuk menyerupai reaksi
tubuh setelah mengkonsumsi opium. Oleh karena itu, pada masa lalu, penduduk Romawi dan Mesir memanfaatkan selada sebagai makanan penutup untuk
merangsang timbulnya rasa kantuk. Komposisi kimiawi yang terkandung dalam 100 gram tanaman selada dapat dilihat pada Tabel 2.1 Zulkarnain, 2013.
Tabel 2.1 Komposisi Kimiawi per 100 g Tanaman Selada Senyawa
Kadar Nutrisi Persen dari Kebutuhan
Harian
Energi kalori 15,00
1,00 Karbohidrat g
2,79 2,00
Protein g 1,36
2,00 Lemak Total g
0,15 0,50
Serat g 1,30
3,00 Folat mikrogram
38,00 9,50
Vitamin A IU 7.405,00
247,00 Vitamin C mg
9,20 15,00
Natrium mg 28,00
2,00 Kalium mg
194,00 4,00
Kalsium mg 36,00
3,50 Magnesium mg
13,00 3,00
Besi mg 0,86
10,00 Fosfor mg
29,00 4,00
``
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Selada
Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk daerah penanaman selada karena kondisi lingkungannya. Menurut Pracaya 2006, kondisi lingkungan yang
berperan dalam pertumbuhan selada yaitu: a.
Iklim Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500-2000
mdpl dan suhu rata-rata 15-20
o
C. Di dataran rendah, tanaman selada juga bisa tumbuh tetapi krop yang terbentuk kurang baik. Tanaman selada tidak
tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu tinggi dan tergenang air. Dalam kondisi seperti itu tanaman selada akan mudah terserang
penyakit. Waktu tanam ang paling cocok pada wkatu musim kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang
cukup dan tempat yang terbuka Pracaya, 2006. b.
Tanah Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak
mudah tergenang air Pracaya, 2006.
2.1.4 Pemeliharaan
Benih selada akan mulai berkecambah kurang lebih satu minggu setelah tanam. Menurut Prasetio 2013 perawatan yang sebaiknya dilakukan agar benih
tumbuh dan berkembang optimal antara lain:
Universitas Sumatera Utara
9 a.
Pemupukan Susulan Pemupukan susulan penting untuk dilakukan karena kandungan hara di
alam tanah semakin berkurang karena diserap tanaman dan gulma. Pemupukan susulan dilakukan pada saat benih berumur dua minggu.
Setelah pemupukan susulan pertama maka pemupukan susulan berikutnya setiap dua minggu sekali Prasetio, 2013.
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan agar kondisi tanah tetap terjaga kelembabannya. Pada musim hujan, penyiraman dilakukan sekali sehari pada pagi atau sore
hari. Pada musim kemarau, lakukan penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Siram dengan menggunakan air bersih yang bebas dari zat-
zat berbahaya Prasetio, 2013. c.
Penyulaman Penyulaman perlu dilakukan jika benih lambat tumbuh atau terserang
penyakit hingga mati. Penyulaman sebaiknya dilakukan dua minggu setelah tanam Prasetio, 2013.
d. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena ikut menyerap unsur hara di adalam tanah. Lakukan
penyiangan secara teratur agar benih dapat tumbuh secara optimal Prasetio, 2013.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2 Pemupukan
Pupuk merupakan kunci dari esuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman Lingga dan
Marsono, 2001. Pemupukan merupakan pemberian atau penambahan bahan- bahan zat-zat kepada kompleks tanah – tanaman untuk memperlengkapi keadaan
makananunsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung di dalamnya Sutedjo, 2002.
Menurut Lingga dan Marsono 2001, secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu:
1. Pupuk anorganik seperti urea pupuk N, TSP atau SP-36 pupuk P, KCl
pupuk K. 2.
Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus dan pupuk hijau. Pupuk anorganik atau pupuk buatan yang merupakan hasil industri atau
hasil dari pabrik-pabrik pembuat pupuk yang mengandung unsur-unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman. Sedangkan pupuk organik atau pupuk
alam merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang Sutedjo, 2002.
2.2.1 Pupuk Kompos
Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya berasal dari pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang
bisa digunakan seperti jerami, sekam, rumput-rumputan, sampah kota atau limbah pabrik Musnamar, 2005.
Universitas Sumatera Utara
11 Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan
organik dan terkenal manjur untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah
nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium. Kadar hara kompos memang sangat ditentukan oleh bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara
penyimpanannya Lingga dan Marsono, 2001. Menurut Musnamar 2005, kandungan rata-rata hara kompos dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Kandungan Rata-Rata Hara Kompos Komponen
Kandungan
Kadar air 41,00-43,00
C-organik 4,83-8,00
N 0,10-0,51
P
2
O
5
0,35-1,12 K
2
O 0,32-0,80
Ca 1,00-0,19
Mg 0,10-0,19
Fe 0,50-0,64
Al 0,50-0,92
Mn 0,02-0,04
Universitas Sumatera Utara
12 Menurut Lingga dan Marsono 2001, pupuk organik mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu: 1.
Memperbaiki struktur tanah. Ini dapat terjadi karena organisme tanah saat penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat
mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar. 2.
Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik mempunyai daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya pupuk organik sering
berpengaruh positif terhadap hasil tanaman, terutama pada musim kering. 3.
Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan organik sebagai
makanan. Oleh karena itu, pupuk organik seperti pupuk kandang yang diberikan kepada tanah harus diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik
melalui proses pembusukkan atau peragian sebelum dihisap oleh akar tanaman. Dari proses pembusukkan ini, jasad renik memperoleh makanan dan
sumber tenaga. Semakin banyak pupuk organik yang diberikan maka semakin banyak pula jasad renik dalam tanah.
4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik mengandung zat
makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik.
2.2.2 Pupuk Urea CO NH
2 2
Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46. Urea
termasuk pupuk yang higroskopis mudah menarik uap air. Pada kelembaban 73, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dari udara. Oleh karena itu, urea
Universitas Sumatera Utara
13 mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Kalau diberikan ke tanah,
pupuk ini mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Padahal kedua zat ini berupa gas yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh
air dan mudah terbakar oleh sinar matahari Lingga dan Marsono, 2001. Menurut Lingga dan Marsono 2001, terdapat beberapa keuntungan dari
pupuk anorganik yang patut dicatat sehingga tetap diminati sampai sekarang, yaitu sebagai berikut:
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena umumnya pupuk anorganik
takaran haranya pas Lingga dan Marsono, 2001. 2.
Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat. Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200
Kgha sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas Lingga dan Marsono, 2001.
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan
pupuk ini bisa dipenuhi dengan mudah Lingga dan Marsono, 2001. 4.
Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding pupuk organik Lingga dan Marsono, 2001.
Pupuk anorganik juga memiliki kelemahan. Selain hanya unsur hara makro, pupuk anorganik sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur
hara mikro dan dapat merusak tanah jika digunakan terus - menerus Lingga dan Marsono, 2001.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3 Cara Pemberian Pupuk
Pembuatan rekomendasi pemupukan khusus untuk beraneka jenis tanah dan tanaman tidaklah mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan digunakan pada sebidang lahan bagi tanaman tertentu. Pemilihan cara pemupukan yang terbaik, tergantung pada
berbagai faktor, diantaranya jenis tanah, kadar lengas, daya semat tanah terhadap berbagai hara, pengolahan, macam tanah, sistem perakaran tanaman, kemampuan
tanaman mengekstraksi hara dalam tanah dan macam pupuk yang digunakan Rosmarkam dan Yuwono, 2006.
2.3 Nitrat dan Nitrit
Nitrit dan nitrat adalah senyawa nitrogen alami yang terdapat di dalam air dalam tanah dan air permukaan. Kaliumnatrium nitrit dan kaliumnatrium nitrat
telah digunakan dalam daging olahan curing selama berabad-abad di berbagai negara, termasuk Indonesia, nitrit dizinkan sebagai bahan tambahan makanan
Sumber utama nitrit secara umum adalah makanan, terutama sayuran dan air minum. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian pupuk pada sayuran. Jika
pupuk urea banyak digunakan, akan menyebabkan paparan pada manusia melalui sayuran, terutama sayuran yang berwarna hijau serta sayuran dari umbi dan air
minum Silalahi, 2005.
2.4 Efek Toksik Nitrat dan Nitrit
Nitrit dapat bereaksi dengan zat-zat yang ada dalam saluran pencernaan. Nitrit juga dapat terbentuk melalui reduksi nitrat oleh bakteri pada infeksi kelenjar
kemih. Sintesa nitrit dan nitrat juga terjadi di dalam jaringan tubuh mamalia oleh bakteri heterotrop. Jika pH lambung meningkat, bakteri akan berkembang yang
Universitas Sumatera Utara
15 kemudian dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrat diabsorbsi dengan cepat
pada saluran pencernaan bagian atas, dan sebagian besar dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran melalui urin mempunyai waktu paruh sekitar 5 jam. Sebagian nitrat
yang diangkut dalam darah dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Nitrat yang berada dalam rongga mulut dapat direduksi menjadi nitrit oleh mikroba rongga mulut dan
kemudian tertelan. Sebanyak 25 dari asupan nitrat dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Sekitar 20 dari nitrat dalam kelenjar ludah direduksi menjadi nitrit,
dengan demikian sekitar 5 dari seluruh asupan nitrat akan direduksi menjadi nitrit dalam ludah dan tertelan kembali Silalahi, 2005.
Methaemoglobin adalah hemoglobin yang di dalamnya ferro Fe
2+
telah diubah menjadi ferri Fe
3+
dan kemampuannya untuk mengangkut oksigen telah berkurang dan menyebabkan warna darah menjadi coklat. Methaemoglobin dapat
terjadi jika hemoglobin terpapar terhadap oksidator, termasuk nitrit. Sebenarnya darah manusia secara normal mengandung methaemoglobin pada konsentrasi
tidak melebihi 2. Tetapi, jika kadarnya meningkat menjadi 20 dapat menyebabkan gangguan pada pengangkutan oksigen yang nyata, namun masih
dapat ditoleransi. Darah yang mengandung methaemoglobin yang tinggi disebut methaemoglobinemia, terjadi gejala kulit biru sianosis, sesak napas, mual dan
muntah, serta shock. Kematian dapat terjadi jika kadar methaemoglobin mencapai 70 Silalahi, 2005.
Universitas Sumatera Utara
16
2.5 Siklus Nitrogen