Nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora

(1)

OKA AURORA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

Yumna Hidayatin

NIM 1111011000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M


(2)

LEMB AIi PEN G,E S

AIIT\N

PEN,IBIMBIN G SI(RI P S

I

Skripsi berjuclul Nilai-Nilai Penilicliliarr Birrul lf/aliclain dalam Novel zlclct Surgu

di

Rumahmu

Karya Oka Aurora

disusr-rn oieh Yumna Hidayatin, NIM.

1111011000010, Jumsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguman, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahrllah Jakarla. Telah rnelalui

bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya iimiah yang berhak untuk diujikan pada

sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 0l Desember 2015

Yang Mengesahkan,

Pembimbing II,

Pembimbing I,


(3)

(FITK)

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dinyatakan

lulus

dalam ujian

munaqasah pada tanggal 07 Januan 2076 di depan Dewan PengUji. Karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (s.Pd.I).

Jakarta, I I Januari 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

Dr.H. Abdul Majid Khon. M.Ae

NrP.19s80707 198703

t

005 Sekretaris Jurusan

Marhamah Shaleh. Lc. MA

NIP. 19720313 200801 2010

Penguji I

Siti Khadijah. MA

NIP. 19700727 199703 2 004

Penguji II

Drs. Rusludi Jamil. M.Ag

NrP. 19621231 199503 1 005

Dekan Fakultas Ilm

l4*l

-%r/1

lA-

f

. zole

//:

!

: 29!{

Mengetahui,

ruan (FITK)


(4)

r Esiss F{TK

.-'' -.- - Jt-It.tt. Jx,rth.\i,95t:tput,il !5Jt:tt)."..,t,

FORM (FR)

No. Revisi: : 0l

Hd 1/l

SIIRAT Ptr

&,ruVATAAN

KARYA

SENDIRI

Saya yalg bertanda talgan di

Nama

Tempat/Tg[.Lahir

NIM

Jurusan I Prodi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

I

Dosen Pembimbing

II

bawah ini,

. Yumna Hidayatin

: Karawang, 19 November 1993

:

i111011000010

,

: Pendidikan Agama

Islarn

r

:

: Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalarn Novel Ada Surgo di RumahmuKaryaOka Aurora

: Dr. H. Dimyati, MA

: Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggrurg jawab secara akadernis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.

Jakarta, 01 Desember 2015

Mahasiswa Ybs.

F69DEADF4468

:

Yumna Hidayatin

NIM. 1111011000010

b"


(5)

i

Tujuan penelitian dari novel Ada Surga di Rumahmu yaitu untuk

menemukan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel tersebut dan untuk menemukan metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel tersebut. Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra, khususnya karya novel dan untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam. Bagi para pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk masukan dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai rujukan dalam bidang pendidikan.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian library research (penelitian kepustakaan) yakni suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku, artikel, atau dokumen-dokumen lainnya. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara pencarian data melalui hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode deskriptif. Analisis isi digunakan untuk mengungkap, memahami, dan menangkap isi karya sastra, sedangkan metode deskriptif untuk membahas objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh.

Penelitian ini menemukan beberapa nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora yaitu: berbicara lemah lembut kepada orangtua, menaati perintah orangtua, bersikap santun kepada orangtua, menafkahi orangtua, mengutamakan kepentingan orangtua, meminta izin dan restu orangtua, mendoakan orangtua, membantu pekerjaan orangtua, menjaga silaturahim dengan orangtua, mendoakan dan menziarahi kubur orangtua yang sudah meninggal. Adapun metode pendidikan yang digunakan untuk pendikan

birrul walidain dalam novel ini meliputi: metode nasihat, metode teladan, dan metode kisah.


(6)

ii

Yumna Hidayatin (NIM: 1111011000010). Birrul Walidain Educational

Values of Ada Surga di Rumahmu, a Novel by Oka Aurora.

The aims of the research of the novel Ada Surga di Rumahmu are to find

out the values of Birrul Walidain education and also to find out the methods of education which used for Birrul Walidain education in the novel. This research gives some benefits not only for the writer but it also gives some benefits for the reader. The benefits are to enrich the knowledge for literature researcher, especially research of the novel, and to give some references for Islamic education. For the reader, this research is also used as the input in understanding a literature and as a reference in the field of education.

This research used library research which refers to literature such as books, articles, or other documents. Technique of collecting data in this research used documentation method. It is one of the way in collecting the data through things or variable in the form of notes, transcripts, books, and so on. In analyzing the data, the researcher used content analysis method and descriptive method. This content analysis is used to uncover, understand, and to catch the content of literature work. While the descriptive method, it is to describe object of the research according to the data obtained.

The result of this research showed some Birrul Walidain education values of Ada Surga di Rumahmu, a novel by Oka Aurora such as: speaking gently to parents, obeying parents’ words, being polite to parents, feeding up parents, putting the parents’ priority first, asking for parents’ blessing, praying for parents, helping parents’ works, keeping a good relationship to parents, praying for and pilgrimming parents who have passed away. The methods of education used for

Birrul Walidain education in the novel are counsel method, modeling method, and story method.


(7)

iii

Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh

Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillâh, yang merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi dengan rahmat dan hidâyahnya telah menghadiahkan anugerah yan begitu mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Şalawat dan

salâm semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik batuan moril ataupun materil. Oleh karena itu sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK).

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.

3. Dr. H. Dimyati, M.A dan Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan,


(8)

nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Yudhi Munadi MA, dosen pebimbing akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi perkuliahan.

6. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi ini.

7. Orang tua penulis, yaitu: Dr. H. Sapiudin Shidiq, MA. dan Dra. Hj. Yayah Sopiah yang telah merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta

membimbing, memotivasi dan mendo‟akan penulis dalam menempuh

langkah hidup di dunia yang sementara ini.

8. Adik-adikku tersayang, M. Ali Haidar, Halwa Shaima, dan M. Fawaz

Khatami yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga kita selalu menjadi anak-anak yang bisa membanggakan kedua orang tua kita.

9. Tubagus Wahyudi, ST., MSi., MCHt, CHI., guru sehat Kahfi BBC Motivator School yang selalu memberikan motivasi, inspirasi, dan banyak pelajaran kehidupan sehingga penulis selalu optimis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat

PAI A yang selalu ada untuk menemani, membimbing, dan terus memberikan semangat kepada penulis.

11.Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.

Jakarta, 01 Desember 2015


(10)

vi

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

1 ا Tidak

dilambangkan

16 ط ţ

2 B 17 ظ ť

3 T 18 ع „

4 Ś 19 غ ġ

5 ج J 20 ف f

6 ح H 21 q

7 Kh 22 k

8 د D 23 l

9 Ż 24 m

10 ر R 25 n

11 Z 26 و w

12 س S 27 h

13 ش Sy 28 ء `

14 ص Ş 29 ي y

15 Đ 30 ة h

2. Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin

َ ـ A

َ ـ I


(11)

3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Huruf Latin

ْ يـ Ai

ْ وــ Au

4. Mâdd

Harakat dan Huruf Huruf Latin

ْاــ â

ْ يــ Î

ْ وــ ȗ

5. Tâ’ Marbuţah

Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.

Tâ’ Marbuţahmati transliterasinya adalah /h/.

Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh:

ناوي لاَ ي ح = hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât

يئا بإاَ سر لا =al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul

ibtidâ`iyyâh

6. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan).

َ َ ع Ditulis „allama

َ ر ي Ditulis yukarriru

7. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.


(12)

Contoh:

َ ة اَ لا= aş-şalâtu

b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

َ

َ لا= al-falaqu

8. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif, contoh:

َ

َ كأ= akaltu َ ي و أ = ȗtiya

b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:

و كأ = ta‟kulȗna َ ئي ش = syai`un

9. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh:

آ لا = al-Qur`ân


(13)

ix

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pendidikan Birrul Walidain ... 9

1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain ... 9

2. Metode Pendidikan Islam ... 11

3. Keutamaan Birrul Walidain ... 15

4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain ... 17

5. Berkah Birrul Walidain ... 22

B. Konsep Novel ... 24

1. Pengertian Novel ... 24

2. Unsur-Unsur Novel ... 26


(14)

D. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Langkah-Langkah Penelitian ... 35

B. Satuan Analisis ... 36

C. Prosedur Analisis ... 37

D. Teknik Analisis ... 38

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 40

1. Sinopsis Novel Ada Surga di Rumahmu ... 40

2. Unsur Intrinsik ... 43

a. Tema Novel ... 43

b. Latar ... 43

c. Alur ... 49

d. Penokohan ... 49

e. Sudut Pandang ... 52

3. Unsur Ekstrinsik (Biografi Oka Aurora) ... 53

B. Hasil Analisis Data ... 55

C. Pembahasan Hasil Analisis Data... 58

1. Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora ... 59

a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua ... 59

b. Menaati Perintah Orangtua ... 61

c. Bersikap Santun kepada Orangtua ... 63

d. Menafkahi Orangtua ... 66

e. Mengutamakan Kepentingan Orangtua ... 67

f. Meminta Izin dan Restu Orangtua ... 70

g. Mendoakan Orangtua ... 71


(15)

i. Menjaga Silaturahim dengan Orangtua... 74

j. Mendoakan dan Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah Meninggal ... 75

2. Metode Pendidikan yang Digunakan untuk Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora ... 76

a. Metode Nasihat ... 76

b. Metode Keteladanan ... 79

c. Metode Kisah ... 82

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 85

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(16)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 : Temuan Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga

di Rumahmu Karya Oka Aurora ... 55 Tabel IV.2 : Temuan Metode Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di


(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran II : Daftar Uji Referensi Lampiran III : Identitas Buku


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbakti kepada orangtua merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran Islam. Adapun kondisi berbakti kepada orang tua lebih disukai oleh Allah Swt. daripada berjihad di jalan Allah Swt. Hal ini tercermin dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi:

ْنع

:ل ق ؟ هَا لإ ُ حأ لمعْلا ُ أ ه س هْ ع هَا ه ص ه بهنلا تْلأس :ل ق هَا دْبع

ه ث :ل ق ؟ٌ أ ه ث :ل ق , تْق ع ةَهصلا

د جْلا : ل ق ؟ ٌ أ ه ث :ل ق ,نْ دلا ْلا ُرب

هَا ل بس ف

) ر خبلا ها ر(

Abdullah bin Mas‟ud bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal apakah yang paling Allah cintai?” Rasulullah Saw menjawab: “Shalat pada waktunya

Abdullah bin Mas‟ud bertanya kembali: “Kemudian apa?” Rasulullah Saw menjawab: “Berbakti kepada kedua orangtua” “Kemudian apa?” tanya Abdullah bin Mas‟ud. Rasulullah Saw menjawab: “Berjihad di jalan Allah” (H.R. Bukhari)1

Menurut al-Asqalani dalam Fathul Bâri, sebagian ulama berkata hadis tersebut sesuai dengan Firman Allah Swt. di dalam surat Luqman ayat 14 yang berbunyi:











Artinya: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. [bersyukurlah

1


(19)

kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman [31]: 14)2

Firman Allah Swt. tersebut dijelaskan dalam tafsir Ibnu Uyainah yang berbunyi, “Barang siapa shalat lima waktu, maka ia telah berterimakasih kepada Allah Swt.; dan barangsiapa berdoa untuk kedua orangtuanya setelah shalat, maka

ia berterimakasih kepada mereka.”3

Firman Allah Swt. dalam surat Luqman tersebut telah menunjukkan bahwa betapa besar apresiasi yang diberikan Allah Swt. kepada orangtua. Manusia tidak hanya diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah Swt, tetapi diperintahkan pula untuk bersyukur kepada orangtua berkat jasa-jasa yang diberikan orangtua kepada anaknya. Syukur yang dimaksud ayat di atas adalah menghormati orangtua dengan memberikan bakti sebaik mungkin kepada mereka.

Fenomena yang terjadi saat ini, masih banyak anak yang belum memperlakukan orangtuanya dengan baik, salah satunya sebuah kasus yang

diungkap di tribunnews.com. “Seorang anak merasa ibunya membuat beban

hidupnya semakin berat. Ia memukuli ibunya yang telah renta di sebuah rumah susun di daerah Lower Delta Road, Singapura.”4 Fenomena tersebut sangat memprihatinkan dan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam. Pengorbanan orangtua yang begitu besar dibalas dengan perbuatan keji.

Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahami dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.5 Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkerpribadian, mandiri, maju, tangguh,

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 412.

3

Al-Asqalani, op. cit., h. 335.

4

Suryamalang, Anak Durhaka Pukuli Ibu, Picu Murka Warga Singapura, 2015, (http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/28/video-anak-durhaka-pukuli-ibu-picu-murka-warga-singapura).

5


(20)

cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani.6

Beberapa cara yang ditempuh pendidikan untuk membina akhlak yaitu dengan pembiasaan, keteladanan, kisah, dan lain-lain. Imam Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Al-Ghazali menganjurkan agar membiasakan seseorang melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan

murah tangan itu menjadi bi‟atnya yang mendarah daging.7

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, sebab tabiat jiwa manusia untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya dengan perkataan. Pendidikan tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.8

Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan.9 Digunakan berbagai jenis cerita yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan oleh contoh tersebut. Kisah-kisah tersebut dapat kita peroleh juga dari berbagai karya sastra.

Menurut M. Atar Semi, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.10 Karya sastra merupakan karya yang mengandung banyak nilai-nilai bagi kehidupan manusia.Perlu ditegaskan kembali

6

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 143.

7

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 164.

8Ibid

, h. 165.

9

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 97.

10


(21)

bahwa objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama yang menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir.11

Sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, sastra lebih berperan menggerakkan hati dan perasaan daripada mengajarkan dalam pengertian kognitif. Sastra memberi kenikmatan kepada pembaca sehingga ia hadir untuk memberikan rasa senang, kesenangan yang menghibur dan memuaskan. Hiburan yang memuaskan dalam karya sastra mengandung manfaat yang melibatkan berbagai aspek kehidupan yang menunjang atau mempengaruhi cara berpikir, bersikap, berperasaan, bertindak secara verbal atau nonverbal. Atau minimal, ada perubahan dalam memandang sesuatu terkait antara sebelum dan sesudah membaca cerita fiksi.12

Sastra mempunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, karena sastra memiliki andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian. Jika dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara yang menyenangkan.13

Bentuk karya fiksi yang terkenal dewasa ini adalah novel. Novel merupakan prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.14 Pada saat ini, tidak semua novel dapat menjadi bacaan yang baik, maraknya penerbitan novel remaja yang tidak mementingkan isi.15 Sebaiknya kita membaca novel yang dapat menghibur dan mendidik, dengan demikian setelah membaca, kita mendapatkan pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

11Ibid

.

12

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 433.

13Ibid

, h. 434.

14Ensiklopedi Sastra Indonesia,

(Bandung: Angkasa, 2007), h. 546.

15


(22)

Novel yang mendidik memiliki peranan penting terhadap masyarakat, karena novel bukan hanya sekedar menyajikan wacana dan cerita kepada masyarakat, akan tetapi novel juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka berupaya agar si pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan si pembaca.

Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora ini merupakan salah satu karya sastra yang banyak memberi pesan mengenai nilai-nilai pendidikan birrul

walidain bagi pembacanya. Oka Aurora mengisahkan seorang anak yang selalu memuliakan orangtuanya, kebaktiannya kepada orangtua sangat penting untuk ditiru. Tidak hanya itu, orang tua dan keluarga dari tokoh utama (Ramadhan) selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Berbagai macam cobaan yang dilalui keluarga Ramadhan sangat memberikan teladan kepada para pembaca untuk selalu berada di jalan Allah swt.

Salah satu komentar pembaca yang telah membaca buku ini, Dini Fitria, penulis Scappa per Amore, berpendapat : “Kisah pertautan antara orang tua, guru, dan anak yang menginspirasi hingga melahirkan ketakjuban. Di mana ridha orang

tua dan semangat membara dari guru menjadi mercusuar yang tak pernah mati”.16

Pendapat tersebut menggambarkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu mampu

memberikan motivasi kepada generasi muda dan bangsa untuk selalu mencari ridho orang tua dan menghormati guru agar senantiasa mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.

Di antara sekian banyak novel populer yang hanya mementingkan hiburan dan komersial, novel Ada Surga di Rumahmu ini menonjolkan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang bermanfaat bagi pembacanya. Namun, peranan orang tua juga sangat penting dan diperlukan untuk membimbing dan mengambil hikmah nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel

16


(23)

tersebut. Selain itu, novel ini juga menampilkan beberapa metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain.

Pengamalan birrul walidain dalam setiap kesempatan yang ditokohi oleh Ramadhan membuat peneliti tertarik untuk mengadakan analisis novel dengan

judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM NOVEL

ADA SURGA DI RUMAHMUKARYA OKA AURORA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Karya sastra termasuk di dalamnya novel, belum banyak dimanfaatkan sebagai alat pendidikan.

2. Novel sebagai karya sastra lebih dilihat dari fungsinya untuk

mempengaruhi emosi pembaca, belum ditekankan pada penerapan nilai-nilai pendidikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dari sekian banyak novel yang beredar, tidak semua novel mengandung tema pendidikan. Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Auroratampil sebagai salah satu novel bertema pendidikan yang sampai saat ini belum ada yang mengkaji.

C. Pembatasan Masalah

Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel yang berjudul Ada

Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yang sampai saat ini belum ada yang mengkaji. Selain itu peneliti hanya memfokuskan pada permasalahan:

1. Nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada


(24)

2. Metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?

2. Apa saja metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul

walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.

b. Mengetahui metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan

birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai

nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel

Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.

2) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel Ada


(25)

3) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya.

4) Untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam. b. Manfaat Praktis

1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca

dalam mengaplikasikan nilai pendidikan birrul walidain dalam

novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Diharapkan menjadi bahan refleksi yang mengena tanpa

menggurui sehingga masyarakat khususnya umat muslim dapat mengamalkan nilai pendidikan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

9

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Birrul Walidain

1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain

Dalam membahas nilai-nilai pendidikan birrul walidain perlu diketahui pengertian dari nilai dan juga pengertian pendidikan birrul

walidain. Dalam kamus Bahasa Indonesia, “Nilai memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.”1 Tidak ada sebuah nilai apabila tidak ada sesuatu yang menyemat nilai tersebut, jadi sebuah nilai akan sangat tergantung pada pengembannya. Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi, “nilai merupakan seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.”2

Istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya

“memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.”3

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”4

1

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 690.

2

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 202.

3

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 232.

4

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 2.


(27)

Menurut John Dewey, “pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”5 Muhibbin Syah mendefinisikan pendidikan

sebagai “tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang

atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”6

Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. 7

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mewujudkan kecerdasan pikiran, akhlak, dan keterampilan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Berbakti kepada kedua orang tua dalam bahasa Arab disebut birrul

walidain. Ia terdiri dari kata birr (kebaktian, kebajikan), dan alwalidain (dua orang tua). Dengan demikian, secara harfiyah kata birrul walidain berarti berbakti atau berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.8

Istilah berbakti kepada orang tua merupakan terjemahan yang diambil dari istilah Al-Qur‟an, yaitu bil walidaini ihsana. Menurut Quraish Shihab, maksud dari berbuat baik kepada orang tua yaitu dengan memberikan kebaikan dan kegembiraan kepada keduanya dengan semampu kita dan mencegah gangguan terhadap keduanya melebihi perlakuan yang kedua orang tua berikan kepada kita9

Berdasarkan pengertian pendidikan dan birrul walidain tersebut, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud pendidikan birrul walidain

5

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 2.

6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 32.

7

Hasbullah, op. cit., h. 1.

8

Salafuddin Abu Sayyid, Surga di Telapak Kaki Bunda, (Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2010), h. 17.

9


(28)

adalah proses atau usaha yang dilakukan untuk menjadikan seseorang, anak yang berbakti dan menggembirakan orangtua.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan birrul walidain adalah sifat-sifat atau hal yang perlu ditanamkan pada diri seseorang agar menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.

2. Metode Pendidikan Islam

Sebuah ungkapan populer yang kita kenal dalam dunia proses belajar

mengajar yaitu “metode jauh lebih penting dari pada materi”. Demikian

urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode memiliki posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.10

“Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti

melalui atau melewati dan “dhos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti suatu jalan yang dilaalui untuk mencapai tujuan.” 11

“Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.”12

Dari berbagai pengertian metode dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

10

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2012), h. 109.

11Ibid

, h. 40.

12


(29)

Adapun metode pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Metode Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , “biasa” adalah “1) . Lazim atau umum; 2). Seperti sedia kala; 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, 4). Sudah seringkali.” 13Dengan adanya prefiks “pe”

dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/ seseorang menjadi terbiasa.14

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap

peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan

yang kuat dan kondisi kepribadiannya yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal daam proses pendidikan, pembisaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.15

b. Metode Perumpamaan (Amtsal)

Metode perumpamaan (amtsal), yakni metode yang digunakan oleh pendidik dengan cara mengambil perumpamaan-perumpamaan dalam ayat-ayat al-Qur‟an untuk diketahui dan diresapi peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan tersebut.16

13

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 129.

14

Arief, op. cit., h. 110.

15Ibid

.

16

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.144.


(30)

c. Metode Kisah

Metode kisah mengandung arti suatu cara dalan menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam.17

d. Metode Targhîb dan Tarhîb

Metode targhîb dan tarhîb, yakni metode yang digunakan pendidik dengan cara memberikan targhîb (janji-janji kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan) dan tarhîb (ancaman karena melakukan perbuatan dosa). Metode ini dimaksudkan agar peserta didik melaksanakan perbuatan yang diperintahkan dan menjauhi larangan Allah Swt.18

e. Metode Diskusi

“Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada

suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” 19

Oleh karena itu, diskusi bukan lah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

“Metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara

17

Arief, op. cit.,h. 160.

18

Yasin, op. cit., h.. 145.

19


(31)

saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).”20

f. Metode Keteladan

Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberikan keteladanan dalam mendidik sahabatnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu: “(Perbuatan atau barang dsb,) yang patut ditiru dan dicontoh.”21

Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.

Sebagai pendidikan yang bersumber kepada Al-qur‟an dan Sunnah Rasulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam Al-qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah, kata ini berada dalam Firman Allah Swt.:







Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)22

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua

20

Arief, op. cit., h. 146.

21

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1025.

22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 420.


(32)

ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan

tidak pandai mengamalkan. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat bagi

umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, seperti melaksanakan ibadah, shalat, puasa, nikah. dll.23

Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang biak secara fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian, dll.24

g. Metode Nasihat (mau’izdah)

Metode Nasihat (mau’izdah) yaitu metode yang digunakan oleh pendidik dalam proses pendidikan dengan cara memberi nasihat-nasihat yang baik dan dapat dipercaya, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh peserta didik untuk bekal kehidupan sehari-hari.25

3. Keutamaan Birrul Walidain

Birrul Walidain merupakan salah satu ajaran Islam yang utama dan tindakan yang mulia. Dikatakan demikian, karena dengan berbakti kepada orangtua berarti kita telah menjalankan dua hal sekaligus, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt, dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah Swt, kedua-duanya merupakan tindakan atau perilaku yang sangat terpuji.

23

Arief, op. cit., h. 119.

24Ibid

, h. 120.

25


(33)

Allah Swt. memberikan penghargaan yang sangat besar kepada anak yang berbakti kepada orangtuanya. Bahkan Allah Swt. mensejajarkan bakti kepada orang tua dengan shalat dan jihad.26 Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.:

Dari Abdullah bin Mas‟ud, aku bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal

apakah yang paling Allah cinta?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya

Aku bertanya kembali: “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berbakti

kepada Kedua Orangtua” Aku bertanya : “Kemudian apa?” Nabi Saw.

bersabda: “Berjihad di Jalan Allah”. (H.R. Bukhari)27

Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya juga akan memiliki nilai ibadah melebihi ibadahnya orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah Swt.28 Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw., dalam sebuah hadis yag berbunyi:

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ada seorang yang menemui Nabi Saw.,

lalu berkata: “Aku hendak membaiatmu untuk berhijrah dan berjihad dalam rangka mengharap pahala dari Allah” Nabi bertanya kepada keduanya, “

Apakah di antara kedua orang tuamu ada yang masih hidup?”“Ya, kedua

-duanya masih hidup.” jawabnya. Nabi bertanya, “Engkau mengharap pahala dari Allah?” “Ya” jawabnya. Nabi bersabda: “Pulanglah, temui keduanya dan sikapilah keduanya dengan baik.” (H.R. Muslim).

Berdasarkan kedua hadis diatas, maka dapat diketahui bahwa birrul

walidain lebih disukai oleh Allah daripada berjihad di jalan Allah karena orang yang berbakti kepada orang tua akan bernilai jihad jika diniatkan karena Allah swt.

26

Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, (Jakarta: Al-Maghfiroh, 2013), h. 165.

27

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul BaariJilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 334.

28


(34)

4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

a. Birrul Walidain yang Masih Hidup

Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah kewajiban setiap anak. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berbakti kepada orang tua, diantaranya adalah:

1) Menaati Perintah Orangtua

Taat kepada orangtua merupakan salah satu wujud ketaatan kepada Allah Swt. Semua perintah orangtua yang tidak melanggar perintah Allah wajib ditaati. Adapun jika orang tua memerintahkan kepada kemaksiatan kita boleh menolaknya.29

2) Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua

Berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan mempergunakan kata-kata mulia adalah kewajiban anak kepada orangtuanya.30 Hal ini terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 23 yang berbunyi:









Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”(Al -Isra [17]: 23)31

29

Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h. 97.

30

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 170.

31

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 284.


(35)

Dari ayat tersebut, anak berkewajiban berbuat baik kepada orang tuanya yaitu dengan cara berkata dengan lemah lembut dan tidak boleh berkata dengan perkataan yang menyinggung hati orangtuanya.

Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi. Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi yang baik.32

3) Menafkahi Orangtua

Orangtua berjasa besar bagi anaknya, karena sejak kecil orangtua yang menanggung kebutuhan anaknya. Adapun anak merupakan orang yang paling dekat dengan orangtuanya, maka diantara bentuk birrul

walidain adalah dengan menafkahi orangtua.

Harta yang dimiliki anak adalah harta orangtua. Jadi, jika mereka mengambil harta anaknya diperbolehkan.

Rasulullah Saw. didatangi seorang lelaki, lalu berkata, „Wahai Rasulullah, saya mempunyai harta dan anak. Sedangkan ayahku

membutuhkan hartaku itu.” Lalu Nabi bersabda, “Kamu dan hartamu

adalah milik ayahmu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah termasuk hasil usahamu yang terbaik, maka dari itu makanlah dari penghasilan anak-anakmu. (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)33

4) Meminta Izin dan Restu Orangtua

Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun. Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika

32

Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h. 112.

33


(36)

tidak, maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas menerima keputusan orangtuanya yang tidak memberi izin. Sebab, kepatuhannya mendatagkan pahala yang besar dan bisa jadi hal itulah yang terbaik bagi anak.

5) Mendoakan Orangtua

Mendoakan orangtua merupakan suatu perbuatan baik. Karena doa yang dilantunkan seorang anak, esensinya berupa harapan yang diharapkan oleh sang anak, yaitu sebuah harapan baik agar selalu menyertai orangtuanya.

Doa yang kita panjatkan dapat berupa doa lantunan kasih sayang. Sebaiknya memanjatkan doa memohon kasih sayang kepada Allah Swt. untuk orangtua setiap saat.34

6) Menjaga Adab kepada Orangtua

Perkara-perkara yang berkaitan dengan adab/etika dengan orangtua sangat penting untuk diperhatikan. Sebab hal kecil/ ringan yang diperlakukan kepada orangtua akan menjadi besar karena kedudukan mereka, baik berupa pahala ataupun dosanya. Kesopanan anak kepada orangtuanya dapat membuat mereka ridha, sehingga bisa menjadi penyebab ia masuk surga. Ketidaksopanan anak kepada orang tua yang membuat hati mereka terluka bisa menjadi penyebab ia masuk neraka.35 7) Mengutamakan Kepentingan Orangtua daripada Kepetingan Sendiri

dan Orang Lain

Hak terhadap orangtua harus didahulukan karena keridhaan Allah Swt. terletak pada keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah Swt juga terletak pada kemurkaan orangtua. Jika anak masih sering mengabaikan

34

Syaifullah, op. cit., h.129.

35


(37)

kepentingan orangtua dari pada kepentingan diri sendiri dan juga orang lain maka anak tersebut belum dikatakan patuh.36

Dalam sebuah hadis juga menegaskan bahwa hak orang tua harus didahulukan dibandingkan dengan hak orang lain, termasuk istri dan anak-anaknya. Bahz bin Hakim meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah saya

harus lebih dulu berbakti?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Lalu kepada siapa lagi. beliau menjawab: "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Kemudian Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dijawab: "Kemudian bapakmu!" (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi).

b. Birrul Walidain yang Sudah Meninggal

Perintah untuk berbakti kepada orangtua bukan hanya semasa hidupnya, tetapi setelah orangtua meninggal pun anak tetap diperintahkan untuk berbakti kepada orangtua. Berikut ini beberapa bakti yang dapat dilakukan untuk orangtua yang sudah meninggal:

1) Berdo‟a dan Memohon Ampun untuk Orangtua

Doa adalah intisari ibadah. Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh siapa yang telah meninggal dunia melebihi doa yang tulus, karena itu doa merupakan persembahan bakti anak terhadap orangtua yang telah wafat.37

2) Menunaikan Janji atau Wasiat Orangtua

Kalau semasa hidup ada janji yang belum dilaksanakan orangtua, maka janji itu bisa dilaksanakan oleh anak, misalnya ibadah haji yang

36

Syaifullah, op. cit., h.86.

37


(38)

belum dilaksanakan, maka anak bisa menghajikan orang tuanya yang telah meninggal.38

3) Membebaskan Hutang Orang Tua

Hutang merupakan tanggung jawab berat yang tidak akan bisa lepas sampai hari kiamat sebelum hutang tersebut dilunasi. Seorang anak hendaknya segera membebaskan orangtua yang sudah wafat dari tanggungan hutang, agar dimudahkan jalannya, dilapangkan kuburnya, dan diberi nikmat sampai datangnya hari kiamat.39

4) Menjalin Silaturahim dengan Kerabat Orang Tua

Manusia yang baik adalah manusia yang menjaga hubungan persahabatan dengan orang lain. Allah memerintahkan umat-Nya untuk menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarga. Salah satu cara bakti kepada orangtua setelah mereka wafat adalah dengan menjalin silaturrahim dengan kerabat dan sahabat terdekatnya, seperti yang ditunjukkan hadis Nabi Saw. :

Dari Usaid ra., ia berkata “Kami ada di sisi Nabi Saw, lalu seorang lelaki berkata, „Wahai Rasulullah, masih tersisakah untukku suatu bakti yang

aku berikan kepada ibu bapakku setelah keduanya meninggal?‟ Beliau menjawab, „Ya, ada empat perkara: mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan menjalin persaudaraan yang tidak ada

persaudaraan bagimu kecuali dari arah keduanya‟.”(H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)40

38

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), h. 84.

39

Asy-Syafrowi, op. cit., h. 119-120.

40


(39)

5) Bersedekah untuk Orangtua

Kebaktian anak kepada orangtua yang telah meninggal dapat dilakukan dengan sedekah untuk mereka. Sedekah yang dilakukan untuk orangtua yang telah meninggal memberi manfaat untuk mereka, mendatangkan pahala, dan dan dapat menghapus dosa mereka.41

Ibnu Abbas ra. Menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw dan mengatakan bahwa ibunya telah meninggal dunia, lantas apakah ibunya akan mendapatkan manfaat jika

dia bersedekah atas namanya? Saat itu Rasulullah Saw menjawab, “Ya

(bermanfaat baginya).” Kemudian lelaki itu menyedekahkan kebunnya atas nama ibunya dengan disaksikan oleh Rasulullah Saw.(H.R. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad)

5. Berkah Birrul Walidain

a. Panjang Umur dan Melapangkan Rezeki

Berbakti kepada orangtua dapat memperpanjang umur dan juga dapat melapangkan rezeki. Hal ini sangat logis karena terjadi simbiosis mutualisme (hubungan saling menguntungkan) antara bakti yang dilakukan oleh seorang anak terhadap orangtuanya. Anak yang berbakti kepada orangtuanya akan membuat orangtua merasa senang sehingga terlontarlah doa-doa yang baik dari orangtua. Doa tersebut yang akan membuat anak berbakti dipanjangkan umur dan dilapangkan rezekinya.42

Dari Salman, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang

bisa menolak takdir kecuali do’a dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebaikan” (H.R.Turmudzi)

41

Asy-Syafrowi, op. cit., h. 134.

42


(40)

Anas mengatakan: “Barang siapa yang ingin diberi umur dan rezeki yang panjang maka hendaklah berbakti kepada kedua orangtuanya dan

menjalin hubungan dengan karib kerabatnya.” (H.R. Ahmad)

b. Amal Shaleh Diterima dan Kesalahan-kesalahan Diampuni

Anak yang mampu melakukan pengabdian terhadap orangtuanya dengan sebaik-baik pengabdian, maka insya Allah semua amal shaleh yang dilakukan anak tersebut diterima dan kesalahannya akan diampuni43, sesuai dengan Firman Allah Swt:







































Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada

dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".

Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan

43Ibid,


(41)

mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15-16)44

B. Konsep Novel

1. Pengertian Novel

Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan, dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Novel termasuk fiksi (fiction) karena novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada.45

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat

setiap pelaku.”46

Kata novel dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia diartikan sebagai prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.47

Menurut Burhan Nurgiyantoro, “Istilah novella dan novella

mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet (Inggris: novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.”48

44

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 504.

45

Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, (Garudhawaca, 2014), h. 75.

46

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 694.

47Ensiklopedi Sastra Indonesia,

(Bandung: Angkasa, 2007), h. 546.

48

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 12.


(42)

Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penug kesadaran dan tanggung jawab.49

Karya fiksi seperti novel merupakan sebuah cerita yang terkandung di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin, dan sekaligus

memperoleh pengalaman kehidupan. Namun, betapapun saratnya

pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi harus tetap merupakan cerita yang menarik, bangun struktur yang koheren, dan mempunyai tujuan estetik.

Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Karena pada dasarnya setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan melihat maupun mendengar. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi, dan kesastraan pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia

menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.50

49

Ibid, h. 3.

50Ibid


(43)

2. Unsur-unsur Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat.

Unsur-unsur pembangun sebuah novel dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan

membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.”51

a. Unsur Intrinsik

“Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra out sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan

antarunsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud.”52

Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.

1) Tema

Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.53 Berbagai unsur fiksi lainnya seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan mendukung eksistensi tema.

51Ibid

, h. 30.

52Ibid

.

53Ibid,


(44)

Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang

mengandung tema pokok.54

2) Alur

Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi

urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan

terjadinya peristiwa yang lain.”55

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.56

Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu.

Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan berakhir pada tahap awal.57

54

Ibid, h. 116.

55Ibid,

h. 167.

56Ibid

, h. 168.

57

Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014), h. 37.


(45)

3) Penokohan

Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi.

Menurut Baldic, “penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita

fiksi dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menfsirkan kualitas dirinya lewat kata dan

tindakannya.”58

Menurut Mursal Estern, penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe manusia yang dikehendaki tema.59

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah cerita.60

4) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Tempat atau ruang yang dapat diamati, waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah merupakan bagian dari latar.61

“Latar memberikan pijakan cerita secara secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

58

Nurgiyantoro, op. cit., h. 247.

59

Mursal Estern, Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 26-27.

60

Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.


(46)

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-ada dan terjadi.”62

Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu,inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.63

Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan dengan atas.64

5) Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita. Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap

62

Nurgiyantoro, op. cit., h. 303.

63Ibid.

, h. 314-315.

64Ibid


(1)

o Burhan Nurgiyantoro, Te

ori

P en gkaj i cut Filr.si, (Yogyakarta :

Gadjah Mada University Ptess, 2013). h.433.. dan hal. 434.

12 dan

li

4

W

10 Erusiklopedi Sastra Inclonesict, (Bandung: Angkasa, 2007), h.

s46.

l4

4

{r

r

11 Agus Trianto, Bahasa Inclonesict

Jilid

2. (Erlangsa. 2007), h. 48.

t5 4

(

d-t2 Oka Aurora, Ada Surga di

Rumahmu, (Jakarla: Noura Books.2015).

l6

5

(r

U,

//

%

BAB

II

l3

Tim PenlT rsun Kamus

Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, KamtLs Besar Bahasa Indonesia, (Jakarla: Balai Pustaka, 1999), h. 690,

h.232,h.

129..h.

l02s.h.

694.

l,

3, 13,

21,46

9,12,14,

24

w

t4

Abu Ahmadi danNoor Salirni, D as ar-D as ar P endidikan A gama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). h.202.

2 9

15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarla: Visimedia, 2007\,h.2.

4 10

tu

16 Hasbullah, Das ar-Das ar

llmtt

Pendidikan. (Jakarla: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.

2..h.1.

5 danT 10

[}

%

17 Muhibbin Sy ah, P s iko I o

gi

Pendidikan, (Bandung: Rernaj a Rosdakarva. 2010). h. 32.

6 10

{t

u

18 Salafuddin Abu Sayyid, Surgct di

Telapak Kaki Bunda, (Surakarta: Wacana Ihniah Press, 2010), h.

17.

8 t0

(F

19 M. Quraish Shihab, BirrtLl Walidain., (Tangerang: Lentet a Hati, 2014), h. 89., h.142., h. i41.

9,37, 40 11,21

22

20 Arnrai Arief, Pengantar llnuL dcut Metodologi Pend idi lccut Islam, (Jakarla: Ciputat Pers,

10, 11

14, 15

t].20

ll,

12,

13,14,


(2)

2012), h. 109.. h. 40.. h. I t0., h

160.. h. 146.. h. 119.. h. 120.

V

2t Abclul lvlajid, Stru tegi

P entbela.j a r-az, (Banclung:

Remaja Rosdakarya, 2013), h. 193. Dan h. 200.

l2

dan

l9

12 dan 14

22 A. Fatah Yasin, Dintensi-dinrens i P endiclikcut Is lcun, (Yogyakarla: UIN-Malang Press, 2008), h.144. dan h. 145.

16, 18 dan 25

13 dan

i6

F

23 Deparlemen Agama Rl,

Al-Qur' an dan Terj e nr ahnya, (Jakarla: Maghfirah Pustaka), h.

420..h.284..h.

504.

??71

,4 /1

aa

15, 18,

24

w

24 Hamli Syaifullah, RaltasicL

Keajaiban Berbakti kepada

Ih4

(Jakarta: Al-Maghfiroh, 20 1 3),

h. 165.,

h.173.,h.129,

h. 86., h.167-r68.. h. 169.

26,28,

34,36, 42,43

16,19, 20,23

25 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul

Baari

Jilid

3, (Jakaila: Pustaka Azzam.2003), h.334.

27 t6

%

26 Mahmud Asy-Syafrowi, Orcmg Tualu Pintu Surgafrr, (Bandung:

Mizania,2015),h. 9l

.,h.

112.,

h.102., h. 111., h. 119-120., h.

r34.

)q

1)

i1

15 39,41

17,18, 19,20,

21,22

V

27 A. Mustofa, Akhlak Tasawttf, (Bandung: Pustaka Setia, 20 1 4),

h.170.

30 t7

ry

28 Moh. Ardani, Akhluk Tosawttf, (Jakarla: Karya Mulia, 2005), h. 84.

38 11

w

29 Andri Wicaksono, P ett gkctj icut

P r os cr Fiksi, (Garudharvaca,

2014\. h. 15 .

45 24

hr

r

30 Ensikl.opedi Sastrct lttdones i tt (Bandung: Angkasa, 2007), h. s46.

47 24

v

*

31 Bur-han Nurgiyantoro, Te

ori

Pengka.jian tru /rsi, (Yogyakarta.

Gadjair Mada Universitl, Press.

2013),h. 12.- h. 3., h. 4, h. 30. h. 118., h. 116, h.

16l.,h.

168., h.

241

.,h.

248, h. 303, h. 3 14-3 15.

h.322.h

336.,h

333,h

3i9,

48,49,

50

5l

5? 5i

{1 5i 56,58, 60,62. oJ. 04.

)5

)6

)'7

)R

29

30

JI

{p

/l

W,,


(3)

h. 30-3 1. 65, 6J . 68,69,

clan 70

(F

)Z Alfian Roklnnansyah, SttLcli tlurt

P engkcj icr rt Sas tra, (Yogyakar-ta

Graha Ilmu , 2014), h. 37. dan h 39.

s7, 66 28,30

W

-l -l Mursal Estern, Kesusa truon Pengantar Teori dan Sejaroh, (Bandung: Angkasa,2013), h.

26-21.

59 28

w

34 M. Atar Semi, Anatorni Sastt'a, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 46.

61 29

\P

(/

BA

B

TII

35 Zainal Arifi n, P en e I i ti an Pettdidikan Metode dan P aradigma B artL, (B andwg:

Remaja Rosdakarya,, 2011), hal. 41.

I 35

JO Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian

Sas tra, (Yogyakarla: Pustaka Pelaiar. 2007). hal. 48.

2 35

{f

37 Lexy J. Moleong, Metodologi P eneli t i an Kuali t atif, (Bandung

Remaja Rosdakarya, 2010), hal 8. danhal. 168.

3 dan4 36 dan 37

\L

38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,

hnlitatif

don R&D, (Bandung:

ALFABETA,

20 I 3), h.247-248. danh. 252.

5dan6

38 dan 39

BAB

IV

39 Oka Aurora, Aclo Surga cli Runahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015), h. 3., h. 1, h. 30, h. 108-109, h. 109, h.41., h.

162.,h.46.,h.208., h. 34., h. 68,

h. 184., h. 191

.,h.22J.,

h. 200., h.44., h. 20., h.43., h. 102., h. 99.,h. 3.,h. 220., h. 177 ., h. 133., lr. 40. , h. 142.,h.166., h.

206., h. 226., h. 215 ., h. 31 . . b.

40., l.r. 45.,h.48., h. 106., h.

232.,h. 176..h.

221.,lt.

I 04.. h.

148.. h. 215.. h. 148.. h. 182.. h.

7,2,3,4

5,6,7,8

9,10,

il

12,73,

74, 15, 16,\J ,

1 8, 19.

)o

)1

))

)1

)4 )\

-')'")

)6 )'i

1l 1/

)

)-

)

/-43,44, 45,46,

4J, 48,

49,50,

58, 59,

60,6i,

6)

61 65,66, 61, 68, 69, J0,

1't '71

15

16


(4)

201

.,h.

188.. h. 190.,

li.

106., h. 231,

h.92.,h.20.,

h. 142.,h. 200., h. 72J.,h. 128., h. 14., h. 54., h. 104., h. 131., h.37.,h.28.,

h. 16.

38,39, 40, 45, 46, 4J,

48,49, 53,54,

57, 58,

59,60,

62,63,

64,69,

70,77,

72,75, 77

,78,

80,81, 82, 83,

86,8J,

89

7J,J8,

79

80

40 Tim Peny'Lrsun Kamus

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamts Besar Bahasa Indonesia, (Jakarla: Balai Pustaka, 1999),h.579., h. 986., h. 878.. h. 940., h. 102s.

28,34,

42,73,

84

57,59,

61,72, 77

%

41 Mahmud Asy-Syafro w i, O r an

g

Tualru Pintu Surgaftu, (Bandung:

Mizania,2015),h. 712., h. 111.,

h. 103., h. 104., h. 107., h. 103-104.

29,44,

51, 61, 65,74

57 , 61,

64,68,

69,72

{L

42 Departemen Agama Rl.,

Al-Qm"an don Terjemahnyo, (Jakarla: Maghfirah Pustaka), h. 284., h. 412., h. 33., h. 284., h. 420.

30,35,

52,67, 85

57,59,

64,70,

78

,m-

r

43 Al-Habsyi, 7 Kecjaibcut

OronghLcr, Ccrra Cepat Silrses

D

utia

d a n Aklti rat,(Jakar1a,

Haqiena Media. 201 5), h. 179.

36 59

(e

%

44 Mohamad Mustari,

M/ai

Karakter Refleksi unhtk P en didilran, (Jakarla: Rajarvali Pers 2014) . h.129.. h. 130.

47,43

6t

\iJ

/t/

ry/

/

45 Abdul Wahid, Mencari Strga cli

Telapak l{alri

Iht

Ragaru Silcap clcu't P erillnh t P en ggap cti Ricl h ct

Ibu, (Yogyakarta: Sabil, 2015),

h. 97-98., l.i. 87., h. 15., h. 93.

50, 55,

66,69

63,65,

10,71

(p

,hL

/


(5)

Kecjoibcut Berbakti hepoda lbu, (Jakarta: Al-Maghfiroh, 201 3),

h.235.

fil

al

r

41 M. Quraish Shihab, BirnLl

Walidain, (Tangerang: Lentera Hati. 2014).h. 142.

t6

t3

v,

%

48 Abdur:rahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda P en didikan Is I am, (B andung: CV Dipone goro, 1992), h. 403 -404.

79, 88 75, 80


(6)

IDENTITAS BUKU

Judul Buku

: Ada Surga di Rumahmu

Penerbit

: Noura Books

Tahun Terbit : 2014

Cetakan

: Jakarta, Maret 2015

Tebal Buku

: vii + 232 halaman

Pengarang

: Oka Aurora