Metode Pendidikan Islam Nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora

saja, tetapi memerlukan wawasanilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik alternatif terbaik. ” 20 f. Metode Keteladan Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan uswah. Rasulullah ternyata banyak memberikan keteladanan dalam mendidik sahabatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu: “Perbuatan atau barang dsb, yang patut ditiru dan dicontoh.” 21 Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Sebagai pendidikan yang bersumber kepada Al- qur‟an dan Sunnah Rasulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam Al- qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah, kata ini berada dalam Firman Allah Swt.:                   Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Q.S. Al-Ahzab [33]: 21 22 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua 20 Arief, op. cit., h. 146. 21 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, h. 1025. 22 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h. 420. ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasulullah dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, seperti melaksanakan ibadah, shalat, puasa, nikah. dll. 23 Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang biak secara fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian, dll. 24 g. Metode Nasihat mau’izdah Metode Nasihat mau’izdah yaitu metode yang digunakan oleh pendidik dalam proses pendidikan dengan cara memberi nasihat-nasihat yang baik dan dapat dipercaya, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman oleh peserta didik untuk bekal kehidupan sehari-hari. 25

3. Keutamaan Birrul Walidain

Birrul Walidain merupakan salah satu ajaran Islam yang utama dan tindakan yang mulia. Dikatakan demikian, karena dengan berbakti kepada orangtua berarti kita telah menjalankan dua hal sekaligus, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt, dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah Swt, kedua-duanya merupakan tindakan atau perilaku yang sangat terpuji. 23 Arief, op. cit., h. 119. 24 Ibid, h. 120. 25 Yasin, op. cit., h.145. Allah Swt. memberikan penghargaan yang sangat besar kepada anak yang berbakti kepada orangtuanya. Bahkan Allah Swt. mensejajarkan bakti kepada orang tua dengan shalat dan jihad. 26 Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.: Dari Abd ullah bin Mas‟ud, aku bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal apakah yang paling Allah cinta?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya” Aku bertanya kembali: “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berbakti kepada Kedua Orangtua ” Aku bertanya : “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berjihad di Jalan Allah”. H.R. Bukhari 27 Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya juga akan memiliki nilai ibadah melebihi ibadahnya orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah Swt. 28 Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw., dalam sebuah hadis yag berbunyi: Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ada seorang yang menemui Nabi Saw., lalu berkata: “Aku hendak membaiatmu untuk berhijrah dan berjihad dalam rangka mengharap pahala dari Allah” Nabi bertanya kepada keduanya, “ Apakah di antara kedua orang tuamu ada yang masih hidup?” “Ya, kedua- duanya masih hidup.” jawabnya. Nabi bertanya, “Engkau mengharap pahala dari Allah? ” “Ya” jawabnya. Nabi bersabda: “Pulanglah, temui keduanya dan sikapilah keduanya dengan baik .” H.R. Muslim. Berdasarkan kedua hadis diatas, maka dapat diketahui bahwa birrul walidain lebih disukai oleh Allah daripada berjihad di jalan Allah karena orang yang berbakti kepada orang tua akan bernilai jihad jika diniatkan karena Allah swt. 26 Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, Jakarta: Al-Maghfiroh, 2013, h. 165. 27 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, Jakarta: Pustaka Azzam, 2003, h. 334. 28 Syaifullah, op. cit., h. 173.

4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

a. Birrul Walidain yang Masih Hidup Birrul walidain berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berbakti kepada orang tua, diantaranya adalah: 1 Menaati Perintah Orangtua Taat kepada orangtua merupakan salah satu wujud ketaatan kepada Allah Swt. Semua perintah orangtua yang tidak melanggar perintah Allah wajib ditaati. Adapun jika orang tua memerintahkan kepada kemaksiatan kita boleh menolaknya. 29 2 Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua Berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan mempergunakan kata- kata mulia adalah kewajiban anak kepada orangtuanya. 30 Hal ini terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 23 yang berbunyi:                            Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. ”Al- Isra [17]: 23 31 29 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, Bandung: Mizania, 2015, h. 97. 30 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2014, h. 170. 31 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h. 284. Dari ayat tersebut, anak berkewajiban berbuat baik kepada orang tuanya yaitu dengan cara berkata dengan lemah lembut dan tidak boleh berkata dengan perkataan yang menyinggung hati orangtuanya. Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi. Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi yang baik. 32 3 Menafkahi Orangtua Orangtua berjasa besar bagi anaknya, karena sejak kecil orangtua yang menanggung kebutuhan anaknya. Adapun anak merupakan orang yang paling dekat dengan orangtuanya, maka diantara bentuk birrul walidain adalah dengan menafkahi orangtua. Harta yang dimiliki anak adalah harta orangtua. Jadi, jika mereka mengambil harta anaknya diperbolehkan. Rasulullah Saw. didatangi seorang lelaki, lalu berka ta, „Wahai Rasulullah, saya mempunyai harta dan anak. Sedangkan ayahku membutuhkan hartaku itu.” Lalu Nabi bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah termasuk hasil usahamu yang terbaik, maka dari itu makanlah dari penghasilan anak- anakmu. H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah 33 4 Meminta Izin dan Restu Orangtua Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun. Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika 32 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, Bandung: Mizania, 2015, h. 112. 33 Ibid, h. 102.