Teknik Analisis METODOLOGI PENELITIAN
berhutang nyawa kepada Abuya Ramadhan yang telah berjihad menyumbangkan ginjalnya agar ia tetap bisa mengajar. Bagaimana mungkin
dia meneruskan dakwah guru yang juga pamannya itu, sedangkan dia masih harus menaikkan harkat keluarganya yang miskin dan diinjak-injak orang.
Umi, Abuya, serta keenam saudaranya adalah surga hati Ramadhan yang lebih penting dari cinta dan karirnya. Demi surganya itu, saat SD dia
bahkan pernah menjadi pemulung dan apa saja untuk membahagiakan mereka. Termasuk ketika akhirnya dia dicalonkan jadi model iklan di
Jakarta. Niat hati Ramadhan hanya ingin mengangkat harkat keluarga dan menyenangkan hati orangtuanya. Namun Ramadhan tak mampu juga
mengabaikan pesan pamannya, guru yang amat ia cintai dan sudah seperti Abuyanya sendiri. Sehingga Ramadhan mengurungkan niatnya untuk
menjadi model. Ramadhan memulai perjalanannya sebagai pendakwah dengan
menjadi guru mengaji, mengajar dari satu rumah ke rumah lain, dari satu mushala ke mushala lain. Dalam menjalankan dakwahnya, banyak rintangan
yang ia hadapi, salah satunya ancaman dari kelompok pengacau yang tidak suka dengan adanya pengajian di daerahnya. Tetapi Ramadhan selalu ingat
pesan Buya Athar agar tak pernah gentar dalam menyuarakan kebenaran. Cobaan datang kepada keluarga Ramadhan, Naya murid mengajinya
memfitnah Ramadhan dan mengatakan kepada warga kampungnya bahwa Ramadhan telah menghamilinya. Keluarga Ramadhan mendapat teror dari
warga kampung akibat fitnah itu. Umi melafalkan berbagai doa, memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar keluarganya diberikan keselamatan.
Ramadhan sadar, keyakinannya kepada pertolongan Allah sedang diuji, ia berprasangka baik atas kejadian ini.
Ramadhan berjanji kepada Umi untuk membagi penghasilannya dengan Umi fifty-fifty. Setelah penghasilan pertamanya diberikan kepada
Umi fifty-fifty, pada penghasilan kedua Ramadhan mendapatkan sepuluh
kali lipat dari jumlah sebelumnya. Begitupun penghasilan selanjutnya, ia mendapatkan jumlah lebih banyak dari sebelumnya.
Seorang gadis bernama Kirana mengalihkan perhatian Ramadhan dari beberapa jamaah saat ia berdakwah. Baru kali itu ia jatuh hati kepada
seorang gadis. Keinginannya untuk menikahi Kirana tidak dapat terwujud. Ibu Kirana selalu menghina dan menyinggung perasaan Umi. Ia merasa
anaknya tak pantas dengan pemuda dari keluarga miskin seperti Ramadhan. Ramadhan memilih remuk hati meninggalkan Kirana, kekasihnya, karena
uminya dihina ibu Kirana. Keinginan Ramadhan untuk memperluas jangkauan dakwahnya
akhirnya tercapai. Selain ceramah ke berbagai tempat tiga sampai empat kali dalam sehari, bolak-balik ke stasiun televisi sekarang menjadi rutinitas
harian Ramadhan. Penghasilannya yang semakin lama bertambah banyak tidak ia nikmati sendiri. Ia membelikan Umi dan Abuyanya rumah besar, di
saat ia sendiri belum memiliki rumah. Itulah kebaktian yang Ramadhan persembahkan kepada orangtuanya.
Acara syukuran rumah baru Umi dan Abuya menjadi ajang pertemuan Ramadhan dengan teman masa kecilnya, yang bernama Rindu.
Ramadhan akhirnya bertemu Rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Pertemuan itu menjadi awal kisah baru bagi Ramadhan. Gadis santun nan
anggun itu ia jadikan teman hidupnya. Cita-cita Umi dan Abuya untuk pergi haji sejak Ramadhan kecil
akhirnya tercapai. Umi, Abuya, dan Ramadhan berangkat bersama-sama jama‟ah lainnya, Ramadhanlah yang menjadi pemimpin rombongan.
Kalimat syukur tak sekalipun lepas dari lafalnya.