Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel
merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika
novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan
kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penug kesadaran dan tanggung jawab.
49
Karya fiksi seperti novel merupakan sebuah cerita yang terkandung di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping
adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin, dan sekaligus
memperoleh pengalaman
kehidupan. Namun,
betapapun saratnya
pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi harus tetap merupakan cerita yang menarik, bangun struktur yang
koheren, dan mempunyai tujuan estetik. Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang
untuk membacanya. Karena pada dasarnya setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan melihat maupun
mendengar. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang
secara sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi, dan kesastraan pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia
menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.
50
49
Ibid, h. 3.
50
Ibid, h. 4.
2. Unsur-unsur Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-
bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dibedakan menjadi dua
macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Kedua unsur inilah yang
sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.”
51
a. Unsur Intrinsik
“Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra out sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara
faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan antarunsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud.”
52
Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
1 Tema
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh pengarang dan digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah
makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.
53
Berbagai unsur fiksi lainnya seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain
akan berkaitan mendukung eksistensi tema.
51
Ibid, h. 30.
52
Ibid.
53
Ibid, h. 118.
Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun
adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mengandung tema pokok.
54
2 Alur
Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”
55
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan
sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.
56
Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain,
bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu
yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan
progresif alur maju yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif alur
mundur yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan berakhir pada tahap awal.
57
54
Ibid, h. 116.
55
Ibid, h. 167.
56
Ibid, h. 168.
57
Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014, h. 37.