5. “Mad, kau sajo belum ado rumah di Jakarta.
Masih kos, pindah-pindah rumah. Ngapo kau mau belikan Umi rumah sebesar ini?”
“Doakan aku bisa beli rumah untukku
sendiriya, Umi. Sekarang, yang penting Umi punya ruma
h yang nyaman dulu.” novel. h. 215
Mengutamakan Kepentingan
Orangtua
6. “Umi”, Ramadhan mengambil sebelah
tangan Umi
dan mencium
punggung tangannya. “Apa Umi ikhlas aku pergi?”
novel. h. 190 Meminta Izin dan
Restu Orangtua
7. “Wahai Dzat yang Mahapengampun dan
Penyayang. Ampuni dosa kami dan dosa kedua orangtua kami. Sayangi mereka berdua
sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kami belum lahir, sampai saat ini, dan
selamanya.” novel. h. 231 Mendoakan Orangtua
8. “Biji kopi, Mad, adalah emas hitam,” kata
Abuya kepada Ramadhan yang sedang membantunya mengantongi biji-biji kopi.
novel. h. 92 Membantu Pekerjaan
Orangtua
9. Desanya bernama Sungsang, terletak di
Kecamatan Banyuasin. Ramadhan sedang ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk
mengabdi di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari rumah cukup jauh, sekitar 70
km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke rumamm Umi setiap akhir pekan. novel. h.
200 Menjaga Silaturahim
dengan Orangtua
10. Abuya berdiri di sebelah nisan batu kelabu
Mendoakan dan
kehitaman itu. Tangannya menengadah dan diangkat tinggi di depan dada, membacakan
Al-Fatihah untuk Datuk Rahman dan Datuk Hasan, para buyutnya. novel. h. 127
Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah
Meninggal
Tabel IV. 2 Temuan Metode Pendidikan yang digunakan untuk Pendidikan Birrul
Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora No.
Dialog Metode
Pendidikan
1. “Ramadhan dan Raihan, ini namanya
orangtuamu berdoa dan berikhtiar untukmu. Kamu ingat-ingat ini kalau suatu kali kamu
kesal kepada orangtuamu. Jangan pernah lupa, Ya?” ucapnya dengan logat Jawa Barat yang
sungguh kental. novel. h. 14 Metode Nasihat
mau’izdah
2. “Ngapo dipan kakek idak kito bawa saja Buya?
Kan, sudah disuruh pakai saja,” Kata Umi.
Abuya mengambil sepotong ubi dengan hati- hati. “Dak usah, Umi. Kan, dipannya juga
masih dipakai disana.” novel. h. 31
Metode Keteladan
3. Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya
memulai kisahnya, yaitu sebuah hikayat yang terjadi pada musim haji, 1400 tahun lalu.
Begini Abuya memulai dongengnya: Keringat meleleh dari dahinya seperti mentega
yang diletakkan di sebelah perapian. Tanpa ampun, sebagian lelehannya pelan menyusupi
kelopak mata, menimbulkan perih. Sebagian mengalir ke ujung hidungnya yang besar dan
Metode Kisah
membulat. Sebagian rembes ke janggutnya. Salman Al-Farisi menatur napasnya yang
berlari kencang. Saking kencangnya, sesekali ia terbatuk.
“Turunkan ibu nak,” pinta wanita renta yang ia bopong di punggungnya. “Ibu bisa jalan
sendiri.” Salman menggeleng pada permintaan ibunya
yang entah sudah kali keberapa. Napas Salman berat dan terengah, tapi ia tak mau
menyerah. Ini putaran tawaf mereka yang keenam. Sedikit lagi, Salman mengencangkan
tekadnya, sedikit lagi. Terbayang olehnya pintu-pintu surga membuka lebar untuknya.
novel. h. 16
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi
cerita, dialog antartokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam novel ini terdapat dialog seperti percakapan langsung pada umunya.
Namun percakapan ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulang-ulang.
Paragraf dan kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan ide yang ingin dituangkan oleh pengarang. Interpretasi yang berbeda-beda dapat timbul
karena berbedanya kemampuan pembaca untuk melihat melihat lebih dalam. Sehingga terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda
oleh pembaca. Oleh sebab itu, paragraf dan kalimat yang jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan di balik deskripsi cerita maka dalam skripsi ini penulis akan
menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat.
1. Nilai-nilai Pendidikan Birrul Walidain yang terdapat dalam Novel
Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora
Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu:
a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua
Lemah lembut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti baik hati tidak pemarah dsb., peramah.
32
Ketika berbicara dengan orangtua, bentuk dari berbakti adalah dengan bertutur atau berbicara dengan
sopan, lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan orangtua. Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi.
Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi
yang baik.
33
Kewajiban berkata baik dan lemah lembut kepada orangtua terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 17 yang berbunyi:
….
“
....Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia. ”Al-Isra [17]: 23
34
32
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, h. 579.
33
Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, Bandung: Mizania, 2015, h. 112.
34
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h.
284.
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
berbicara lemah lembut kepada orangtua. ““Umi sudah?” Tanya Ramadhan, lembut. Tapi, Umi tak menjawab.
Pandangan wanita itu terlempar jauh ke bawah sana, ke ribuan tenda
putih yang berbaris rapi, menelungkup di padang suci ini. ”
35
Dialog tersebut menerangkan bahwa Ramadhan bertanya dengan intonasi yang lembut kepada Uminya ketika sedang berdoa di padang
arafah. Pada dialog lain Oka Aurora menampilkan perkaatan lembut
seorang anak kepada orangtua seperti, “”Tiga puluh sembilan koma tujuh,” ujarnya lirih. “Ya Allah. Naik lagi
panasnya. Umi sayang, Umi harus ke rumah sakit. Biar diobservasi di UGD. Ya?””
36
Diperkuat lagi dengan dialog di bawah ini, “Adikku masih ada lima, Umi,” Ramadhan menjawab sambil tersenyum.
Ia bombing Umi menuju salah satu kamar terbesar di lantai dasar.”
37
Beberapa dialog di atas telah menampilkan perkataan lemah lembut seorang anak kepada orangtuanya. Ia berbicara dengan intonasi
lembut, perkataan lembut, dan ekspresi menunjukkan rasa senang kepada orangtuanya. Hal ini membuat orangtuanya merasa senang
dengan kelembutan dan keramahan anak-anaknya.
35
Aurora, op. cit, h. 226.
36
Ibid, h. 206.
37
Ibid, h. 215.
b. Menaati Perintah Orangtua
Menaati berarti mematuhi dan menurut perintah, aturan, dsb..
38
Seorang anak wajib menaati orangtua, apapun agama mereka, selama tidak melanggar perintah dan larangan Allah Swt. Perintah menaati
orangtua terdapat dalam al-Qur`ân surat Luqman ayat 15 :
….
Artinya:
“
dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik
…..”
Luqman [31]: 15
39
Wujud kasih sayang seorang anak kepada orangtua dapat dilihat dengan ketaatan anak kepada orangtua, memberikan apa yang diminta
orangtua dan menjauhi yang dilarang oleh orangtua.
40
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
menaati perintah orangtua. “Ramadhan melirik Raniah. Wajah kakaknya yang biasanya ceria telah
berubah murung. Ramadhan tahu, Raniah ingin menolak. Tapi,
kakaknya bukan anak seperti itu. Hampir tak pernah Raniah menapik permintaan Umi. Melihat itu, Ramadhan memutuskan, ia harus kuat.
Demi Abuya. Demi Umi. Demi Raniah. Demi Enjid dan Jidda. Dan demi dirinya sendiri.
”
41
38
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, h. 986.
39
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfirah Pustaka, h.
412.
40
Al-Habsyi, 7 Keajaiban Orangtua, Cara Cepat Sukses Dunia dan Akhirat,Jakarta, Haqiena Media, 2015, h. 179.
41
Aurora, op. cit , h. 33.
Pada kalimat di atas Oka menunjukkan sikap taat Ramadhan dan Raniah kepada kedua orangtuanya. Mereka diminta oleh Umi dan Abuya
untuk menetap tinggal di rumah Enjid dan Jidda sampai lulus SD, karena jika ikut tinggal bersama Umi dan Abuya jarak yang mereka tempuh
untuk berangkat sekolah cukup jauh dan harus menyebrang Musi. Walaupun Ramadhan dan Raniah tidak ingin berpisah dengan Umi,
tetapi mengetahui tujuan Umi dan Abuya baik, mereka menaati perintah orangtua mereka. Ramadhan dan Raniahpun tinggal di rumah Enjid dan
Jidda. Pada kalimat lain dalam novel, Oka menunjukkan ketaatan tokoh
terhadap perintah orangtua, “Akhirnya dengan suara lirih ia berkata, “Aku idak keberatan, Buya
Jika menurut Umi dan Buya baik untukku, Insya Allah aku siap.””
42
Diperkuat lagi dengan dialog, “”Mad, Abuya mau kamu selalu ingat dan jalankan ini,” ucap Abuya
sebelum mereka berpisah tadi. “Beranilah kau bertanya. Berani menjawab. Ilmu itu dekat denganorang-
orang yang berani, Mad.” Ramadhan membalas tatapan ayahnya tanpa kedip, mencatat setiap
kalimatnya. Mengingat-ingat setiap garis usia yang melintang di kening pria penuh pengabdian itu.”
43
Pada dialog di atas Ramadhan diminta Abuya untuk masuk pesantren setelah tamat SD. Meskipun Ramadhan masih ingin melepas
rindu dengan kedua orangtuanya, karena ketika SD Ramadhan tinggal di rumah Enjid dan Jidda., Ramadhan tetap menuruti perintah orangtuanya
untuk masuk pesantren. Pada dialog kedua, menceritakan kisah Ramadhan saat sampai di
pondok pesantren Foerqanoel Moeis pesantren milik Buya Athar, Abuyanya berpesan agar Ramadhan berani bertanya, berani menjawab,
42
Ibid, h. 40.
43
Ibid, h. 45.