Pengertian Novel Nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora
Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun
adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mengandung tema pokok.
54
2 Alur
Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”
55
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan
sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.
56
Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain,
bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu
yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan
progresif alur maju yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif alur
mundur yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan berakhir pada tahap awal.
57
54
Ibid, h. 116.
55
Ibid, h. 167.
56
Ibid, h. 168.
57
Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014, h. 37.
3 Penokohan
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi. Menurut Baldic, “penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita
fiksi dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menfsirkan kualitas dirinya lewat kata dan
tindakannya.”
58
Menurut Mursal Estern, penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh
dalam sebuah cerita rekaan. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan
watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe manusia yang dikehendaki tema.
59
Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah
cerita.
60
4 Latar
Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Tempat atau ruang yang dapat diamati, waktu, hari, tahun, musim, atau periode
sejarah merupakan bagian dari latar.
61
“Latar memberikan pijakan cerita secara secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
58
Nurgiyantoro, op. cit., h. 247.
59
Mursal Estern, Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah, Bandung: Angkasa, 2013, h. 26-27.
60
Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.
61
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1988, h. 46.
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-ada dan terjadi.
”
62
Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu,inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat
yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.
63
Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar
spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan
dengan atas.
64
5 Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita. Walau
demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya,
bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap
62
Nurgiyantoro, op. cit., h. 303.
63
Ibid., h. 314-315.
64
Ibid, h. 322.