Divisi Kewirausahaan Sosial Devisi Kelembagaan .1 Devisi Anak dan Perempuan

2. Lembaga memiliki pendanaan yang terbatas untuk mendukung kegiatan non program 3. Pendanaan penelitian masyarakat yang masih terbatas C. Peluang Opportunity 1. Adanya dukungan dari stakeholders dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui program CSR 2. Meningkatnya kepercayaan pemerintah kepada lembaga sosial 3. Banyaknya wilayah yang masyarakatnya belum sejahtera secara ekonomi dan SDM. 4. Adanya dukungan Donor baik lokal maupun internasional dalam program D. Ancaman Threat 1. Belum ditemukannya ruang masuk dalam mengakses dana CSR 2. Dukungan pemerintah belum sesuai dengan visi dan nilai lembaga

4.6.3 Divisi Kewirausahaan Sosial

Komunitas atau kelompok masyarakat bawah selama ini masih tergolong dalam kelas marginal. Pemerintah tidak menjadi pengayom bagi keberlangsungan hidup komunitas dalam bentuk regulasi dan kebijakan. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan gerakan sosial lainnya juga bergerak terbatas dan tidak kongkrit. Mereka bergerak hanya sampai pada level advokasi isu strategis. Namun, untuk keberlanjutan dan aksi kemandirian ekonomi, LSM sebagai institusi pun tidak mampu survive terhadap dirinya sendiri, apalagi untuk mendampingi kemandirian ekonomi komunitas. Mereka berkembang menjadi lembaga yang bergantung pada lembaga donor atau dana internasional. Para pengusaha kolektif dan individual pada tingkat lokal, nasional maupun lintas Negara, tidak menyematkan semangat dan motivasi kepada komunitas untuk Universitas Sumatera Utara memanfaatkan peluang-peluang usahanya. Mereka justru bersikap eksploitatif dan semakin memperjelas perbedaan antara kelas bawah dan kelas atas. Mestinya, dunia bisnis tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tertentu untuk kesejahteraan lingkungan dan komunitas marjinal tersebut. Maka dalam rangka kemandirian ekonomi, komunitas mestinya mulai bangkit, melihat sendiri peluang usahanya, dan mengelola bersama dengan baik. Pengelolaan ini tentu terkait pada hal peluang usaha, struktur organisasi, aturan main, jaringan pasar, system dan mekanisme pembagian hasil, dan saving kepada keberlanjutan organisasi. Menjadi catatan penting perjalanan panjang 12 tahun Yayasan Pusaka Indonesia dengan kerja-kerja advokasi yang dilakukan, telah berhasil mengurangi kegelisahan masyarakat atas lemahnya perlindungan hukum terhadap hak anak dan perempuan. Tetapi Yayasan Pusaka Indonesia sepakat, belum banyak melakukan kerja pemberdayaan bagi kelompok dampingan khususnya dalam peningkatan ekonomi yang sering menjadi sumber dari persoalan yang ada. Keberadaan Divisi Social Enterpreneur akan menjadikan “kita” atau semua pihak dalam elemen Yayasan Pusaka Indonesia, mulai berpikir dan bekerja untuk satu perubahan sosial yang berkelanjutan serta pengembangan kelembagaan yang mandiri dengan pengelolaan bidang usaha. Dengan menghimpun kekuatan, potensi dan semangat serta memahami nilai-nilai yang dikembangkan, maka wirausaha sosial yang swadaya atau mandiri, peduli, anti eksploitasi, kemitraan dan bersinergi memiliki ekspektasi satu tahun ke depan, divisi ini akan mengerjakan program kerja yang terukur. Universitas Sumatera Utara

4.6.4 Divisi Informasi dan Dokumentasi