h. Mobilisasi, yaitu menghimpun, mendayagunakan, mengembangkan dan mempertanggung jawabkan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penanganan
kekerasan dalam rumah tangga Solekhah, 2009 : 8. Adapun Berdasarkan Pasal 22 dari Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT, dalam memberikan pelayanan terhadap korban, pekerja sosial harus :
1. Melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi korban. 2. Memberikan informasi mengenai hak- hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penempatan perintah perlindungan dari pengadilan
3. Mengantar korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif 4. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban
dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial, yang dibutuhkan korban 5. Seluruh pelayanan ini dilakukandi rumah aman milik pemerintah, pemerintah
daerah atau masyarakat.
2.5 Kerangka Pemikiran
Advokasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia secara khusus adalah pada tataran pendampingan dan pemberian bantuan hukum. Sebagai lembaga
yang mempunyai keterbatasan terhadap pendampingan korban KDRT serta kasus- kasus lainnya.
Rumah tangga merupakan suatu wadah yang di dalamnya terdiri dari keluarga yang umumnya memiliki pertalian darah antar anggotanya. Setiap
anggotanya memiliki peran dan fungsi masing-masing, seperti ayah umumnya adalah seorang yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga dan paling
bertanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya, ibu berperan sebagai pengatur
Universitas Sumatera Utara
keuangan rumah tangga dan melayani suami serta merawat anak-anaknya, sedangkan anak sebagai anggota keluarga yang mendapatkan proses sosialisasi segala tindak-
tanduk dari orang lain disekelilingnya sebagai pembentukan tingkah laku anak tersebut.
Secara umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai sarana pendidikan, perlindungan, sosialisasi, religius, rekreasi, ekonomi dan fungsi-
fungsi lainnya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu hal yang harus di dapatkan setiap anggotanya, sehingga keharmonisan di dalam sebuah keluarga akan terwujud.
Namun, apabila fungsi-fungsi tersebut tidak dapat di jalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya penyimpangan di dalam sebuah keluarga sangatlah besar.
Salah satu contoh adalah apabila seorang ayah menyalahgunakan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, tetapi lebih menganggap dirinya adalah penguasa yang
harus ditakuti dan dituruti setiap kehendaknya oleh setiap anggota keluarga lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan potensi yang ada dalam diri anggota keluarga
lainnya tidak berkembang. Dalam upaya melakukan perlindungan dan pendampingan, Yayasan Pusaka
Indonesia selalu melakukan investigasi terhadap korban dan pelaku KDRT, memberikan perlindungan secara hukum dan psikogis. Dimana Yayasan Pusaka
Indonesia berperan penting dalam perlindungan korban baik anak dan perempuan. Selain itu, Yayasan Pusaka Indonesia juga bekerja sama dengan pihak yang terkait
untuk membantu korban yang mengalami KDRT. Pemberian konseling dan pelayanan medis selayaknya menjadi suatu yang
penting, karena hal tersebut dapat membantu korban kekerasan dalam menjalankan fungsi sosialnya ditengah- tengah masyarakat. Bukan hanya itu tetapi juga dukungan
Universitas Sumatera Utara
dari keluarga korban menjadi satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam pemberian kepercayaan diri korban.
Perempuan dan anak yang selalu menjadi korban kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi penelantaran rumah tangga dimana pelakunya adalah ayah
atau suami korban. Anak dan perempuan yang menjadi korban yang sangat dirugikan baik materil maupun inmateril, mereka sangat memerlukan pelayanan yang
maksimal dan meyeluruh, mudah diakses dan berjangka panjang. Dimana korban yang mengalami kekerasan yang sangat parah atau memperihatinkan selayaknya
harus berada di rumah aman, agar mereka merasa terlindungi dari pihak- pihak yang ingin menyakitinya, berusaha mengintervensi, menghilangkan rasa trauma dan
tekanan mental serta mengembalikan rasa percaya diri korban. Program- program pemulihan dan perlindungan sangat dibutuhkan dalam
mengembalikan martabat korban kekerasan, kesehatan jasmani dan rohaninya. Selain itu, program ini harus bertujuan membawa perbaikan bagi lingkungan korban, agar
tidak ada lagi korban KDRT. Perbaikan tersebut bisa melalui kesejahteraan lahiriah, peningkatan harga diri, dan peningkatan kemampuan untuk melindungi diri.
Rasa ketergantungan korban terhadap pelaku, terutama dari segi ekonomi, menunjukkan bahwa anak terutama perempuan adalah makhluk yang sangat rentan
mengalami kekerasan. Pelaku merasa dirinya yang paling berkuasa, sehingga bisa sesukanya melakukan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Sebelum korban
kembali ke lingkungannya atau memulangkan korban ke kampung halamnannya, korban seharusnya sudah siap untuk mandiri dalam ekonomi. Monitoring yang
dilakukan Yayasan Pusaka Indonesia bertujuan untuk mengetahui suksesnya proses pemberian konseling dan motivasi diri agar dapat mengembangkan potensi diri yang
dimiliki oleh korban.
Universitas Sumatera Utara
Perlunya pencapaian tujuan dalam menghapus kekerasan dalam rumah tangga, dimana peran semua lapisan masyarakat dan pembentukan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah, agar tidak terjadi lagi kekerasan dalam rumah tangga.
Tabel 1 Bagan Alur Pikir
Advokasi
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
Upaya Yayasan a. Investigasi
b. Penempatan Korban Penjemputan Korban
c. Pemeriksaan Kondisi Kesehatan d. Konseling pemberian bimbingan
psikologis e. Pendampingan dalam proses hukum
Litigasi f. Proses Perlindungan
g. Monitoring
Tujuan dari advokasi a.
Perlindungan terhadap korban KDRT korban langsung
maupun korban tidak langsung
b. Penindakan hukum terhadap
pelaku KDRT c.
Mencari penyelesaian alternatif kasus KDRT.
d. Peran pemerintah dan
masyarakat dalam memberikan perlindungan terhadap korban
KDRT.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Definisi Konsep