Pengertian Korban Perlindungan dan Hak- Hak Korban

Advokasi kebijakan publik termasuk pula menyuarakan kepentingan dan mencari dukungan terhadap posisi tertentu berkenaan dengan kebijakan publik tertentu. Posisi ini dapat berupa persetujuan, penghapusan, penolakan ataupun perubahan kebijakan yang ada. Oleh karenanya, advokasi kebijakan publik dapat berupa tindakan penentangan terhadap posisi pemerintah dalam isu-isu tertentu, sehingga dapat memperbaiki kebijakan publik yang perlu dirubah http:www.kadin- indonesia.or.id, Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2014, Pada Pukul 20.15 WIB.

2.2.4 Pengertian Korban

Korban menurut Arief Gosita dalam Mansur Gultom, 2006: 46 adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencarai pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi pihak yang dirugikan. Pengerian lain, Menurut Muladi dalam Mansur Gultom, 2006: 47 korban victims adalah orang- orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi, atau gangguan substansial terhadap hak- haknya yang melanggar hukum pidana di masing- masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan. Adapun menurut undang- undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Mansur Gultom, 2006: 47 korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Dengan mengacu pada pengertian- pengertian korban tersebut, dapat dilihat bahwa korban pada dasarnya tidak hanya orang perorangan atau kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan- perbuatan yang menimbulkan kerugian penderitaaan bagi diri kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di Universitas Sumatera Utara dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang- orang yang mengalami kerugian ketika membantu korban mengatasi penderitaannya. Mengenai kerugian korban, Separovic mengatakan bahwa kerugian korban yang harus diperhitungkan tidak harus selalu berasal dari kerugian karena menjadi korban kekerasan, tetapi kerugian atas terjadinya pelanggaran atau kerugian yang ditimbulkan karena tidak dilakukannya suatu pekerjaan. Tetapi pihak yang dirugikan tetap saja termasuk dalam kategori korban karena ia mengalami kerugian baik secara materiil maupun secara mental Mansur Gultom, 2006: 48-49.

2.2.5 Perlindungan dan Hak- Hak Korban

Setiap hari masyarakat banyak memperoleh informasi tentang berbagai peristiwa kekerasan dalam rumah tangga KDRT, baik yang diperoleh dari berbagai media massa, cetak maupun elektronik. Peristiwa- peristiwa KDRT tersebut tidak sedikit menimbulkan berbagai penderitaan kerugian bagi korban dan juga keluarganya. Guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dalam beraktivitas, tentunya KDRT ini perlu ditanggulangi baik melalui pendekatan yang sifatnya preventif maupun represif, dan semuanya harus ditangani secara profesional serta oleh suatu lembaga yang berkompeten. Berkaitan dengan korban KDRT, perlu dibentuk suatu lembaga khusus yang menanganinya. Namun, pertama- tamaperlu disampaikan terlebih dahulu suatu informasi yang memadai mengenai hak- hak apa saja yang dimiliki oleh korban dan keluarganya, apabila dikemudian hari mengalami kerugian atau penderitaan sebagai akibat dari korban KDRT yang menimpa dirinya. Hak merupakan suatu yang bersifat pilihan optional, artinya bisa diterima oleh pelaku bisa juga tidak, tergantung kondisi yang mempengaruhi korban baik yang sifatnya internal maupun eksternal mansur gultom, 2006: 51-52. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal 10 dari Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT, korban berhak mendapatkan: a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokasi, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan e. Pelayanan bimbingan rohani Mansur Gultom, 2006: 53-54.

2.2.6 Kewajiban Korban