Peran Pekerja Sosial terhadap Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga

5. Pendampingan dalam proses hukum Litigasi adalah langkah hukum berupa pembuatan Berita Acara Pemeriksaan BAP, apabila pihak keluarga korban menginginkan kasusnya dilanjutkan, meliputi : a. Proses hukum mulai dari polisi, jaksa sampai pengadilan; untuk memperoleh bantuan perlindungan hukum. 6. Proses Perlindungan adalah langkah kepada korban yang kasusnya telah selesai ditangani, meliputi: a. Rehabilitasi: untuk pemulihan kondisi korban penguatan secara psikologis, apabila diperlukan oleh korban b. Reintegrasi : untuk mengembalikan korban kepada lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan 7. Monitoring adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi dari korban, meliputi: a. Melakukan kunjungan ke rumah korban, atau melalui telepon; untuk mengetahui kondisi korban selanjutnya, memantau perkembangan dari modal usaha yang telah diberikan b. Mengikutsertakan korban dalam kegiatan- kegiatan yang dilakukan Yayasan Pusaka Indonesia Yayasan Pusaka Indonesia, 2010: 44.

2.4 Peran Pekerja Sosial terhadap Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga

Menurut Charles Zastrow dalam Sukoco, 2001: 7 Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok- kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan Universitas Sumatera Utara Beberapa peranan Pekerja Sosial yang saling berkaitan, menunjang dan melengkapi dalam penyelesaian masalah kekerasan dalam rumah tangga tercakup dalam aspek-aspek sebagai berikut: a. Informasi, yaitu menghimpun, mengembangkan, memanfaatkan serta menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga. b. Partisipasi, yaitu mengambil langkah-langkah aktif asilitas, proaktif dalam penyediaan sumber yang dibutuhkan oleh sasaran serta pengembangan pendekatan penanggulangan masalah dan peningkatan kesejahteraan sasaran. c. Pemberdayaan, yaitu meningkatkan pengertian, kesadaran, tanggungjawab, komitmen, partisipasi dan kemampuan semua pihak yang terkait dengan penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga. d. Fasilitas, yaitu memberikan kemudahan berupa sumber dan peluang bagi organisasi dan lembaga penyedia pelayanan sosial dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga. e. Asistensi, yaitu menyediakan bantuan, baik material maupun konsultasi, bagi organisasi dan lembaga penyedia pelayanan sosial dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga. f. Mediasi, yaitu menjalurkan kepentingan berbagai pihak, baik kepentingan antar organisasi atau lembaga penyedia peayanan maupun antara pihak yang membutuhkan dengan pihak pemilik sumber, sehingga tercipta suatu sistem yang baik untuk penanganan kekerasan dalam rumah tangga. g. Kemitraan, yaitu menjalin hubungna dengan pemilik sumber serta menyalurkan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi atau lembaga penyedia pelayanan dengan pemilik sumber. Universitas Sumatera Utara h. Mobilisasi, yaitu menghimpun, mendayagunakan, mengembangkan dan mempertanggung jawabkan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga Solekhah, 2009 : 8. Adapun Berdasarkan Pasal 22 dari Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT, dalam memberikan pelayanan terhadap korban, pekerja sosial harus : 1. Melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi korban. 2. Memberikan informasi mengenai hak- hak korban untuk mendapatkan perlindungan dari kepolisian dan penempatan perintah perlindungan dari pengadilan 3. Mengantar korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif 4. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial, yang dibutuhkan korban 5. Seluruh pelayanan ini dilakukandi rumah aman milik pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.

2.5 Kerangka Pemikiran