No. Dok.:
FM-GKM-TI-TS-01-06A
; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012; Revisi : 00
2. Mesin
Kecacatan reject cooking pada sosis dapat disebabkan beberapa parameter mesin yang tidak sesuai dengan kebutuhan, seperti besar tekanan uap, suhu
pengeringan dan suhu pemasakan. Jika parameter-parameter tersebut tidak sesuai akan menyebabkan sosis tidak matang dengan sempurna atau
mengalami casing pecah. Kecacatan keriput pada sosis dapat disebabkan proses showering yang kurang optimal sehingga suhu sosis yang semula 80 –
83
o
C belum mencapai suhu yang diharapkan, yaitu 38 – 40
o
C untuk menjalani proses cooling down dengan NH
3
. Jika suhu yang diharapkan tidak tercapai dan langsung dimasukkan ke dalam proses cooling down, maka sosis akan
mengalami pengerutan. Oleh karena itu perlu diperhatikan siklus penyemprotan air pada saat showering tetap stabil.
3. Metode kerja
Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena operator tidak menjalankan SOP dengan baik serta kurangnya perawatan mesin smokehouse.
Dari hasil cause and effect diagram kedua kecacatan terlihat bahwa sebagian besar kecacatan disebabkan oleh faktor suhu pemasakan, tekanan uap,
suhu pada drying I, suhu drying II, suhu drying III, dan siklus penyemprotan air.
6.2. Perencanaan dan Pelaksanaan Metode Taguchi
Metode Taguchi digunakan untuk menyelidiki penyebab terjadinya kecacatan pada sosis. Karakteristik yang digunakan adalah the smaller the better.
Universitas Sumatera Utara
No. Dok.:
FM-GKM-TI-TS-01-06A
; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012; Revisi : 00
Pada metode ini digunakan enam faktor dan 2 level sehingga berdasarkan perhitungan derajat kebebasan yang sesuai dipilihlah matriks orthogonal L
8
2
7
.
6.3. Perhitungan Pengaruh Nilai Level dan Faktor
Analisis perhitungan pengaruh nilai level dan faktor dilakukan untuk mengetahui nilai respon rata-rata dan respon signal to noise ratio dari setiap
faktor yang mempengaruhi kualitas produk sosis. Hasil dari perhitungan nilai respon rata-rata dapat diketahui bahwa faktor-faktor berikut secara berurutan
berdasarkan besar pengaruhnya terhadap kualitas sosis, yaitu faktor D level 2 suhu drying II, 60
o
C, A level 1 suhu pemasakan, 85
o
C, F level 1 siklus penyemprotan air, 2 detik, B level 1 tekanan uap, 2,5 Bar, E level 2 suhu
drying III, 70
o
C, C level 1 suhu drying I, 47
o
C. Proses produksi sebaiknya dijalankan dengan memperhatikan pegaruh
faktor dan interaksi terhadap kualitas dan variabilitas produk.
6.4. Perhitungan Analisis Varians
Analisis varians digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh level dari faktor sehingga akurasi perkiraan model dapat dilakukan berdasarkan nilai rata-
rata. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa semua faktor penting namun untuk menghindari kesalahan, digunakan setengah derajad kebebasan dari matriks
ortogonal yang digunakan dalam eksperimen maka akan digunakan 3 faktor utama untuk perkiraan. Pooling dilakukan terhadap 3 faktor lainnya dengan nilai
F-ratio terkecil ke dalam error dengan demikian dilakukan pooling terhadap
Universitas Sumatera Utara
No. Dok.:
FM-GKM-TI-TS-01-06A
; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012; Revisi : 00
faktor C suhu drying I, kemudian dilakukan lagi pooling terhadap faktor E suhu drying III, dan faktor B tekanan uap. Sehingga didapatkan 3 faktor
utama yang digunakan dalam perkiraan, yaitu A suhu pemasakan, D suhu drying II dan F siklus penyemprotan air. Berdasarkan uji F yang dilakukan
terhadap ketiga faktor utama tersebut didapatkan bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap kualitas sosis.
Hasil pemilihan faktor dan level faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas sosis baik berdasarkan perhitungan rata-rata dan SNR adalah
suhu pemasakan 85
o
C, suhu drying II 60
o
C dan siklus penyemprotan 2 detik. Menggunakan kombinasi nilai level faktor yang optimal sesuai hasil perhitungan
analisis varians pada proses dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas.
6.5. Perhitungan Eksperimen Konfirmasi